Jika ada unsur kesamaan, dalam cerita, nama dan juga alur, itu secara tidak di sengaja. Karena cerita ini saya ambil dari pengalaman pribadi dan sedikit mengarang
"Allan, bangun woy. Ntar kita telat aish, Allan. Buseh nih anak tidur apa mati si" teriak Nana yang mencoba membangunkan Allan, anak laki laki yang masih berada di dalam selimut itu.
"Berisik banget elah, ganggu lu pergi sana hush" Usir remaja yang semakin menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Allan bego, udah jam berapa ini heh? Cepetan bangun ah! Nana gamau ya nanti kita ga kebagian tempat duduk barisan depan, kan ga lucu kalo Nana duduk di belakang, ntar Nana kaya Allan bego." Yup, hari ini adalah hari pertama masuk sekolah mereka setelah berhasil menginjak bangku 11 SMA.
SMAN Mutiara Bakti, Sekolah yang sudah ditempati selama setahun lebih oleh kedua anak itu.
***
"Masa gua harus sekelas lagi si sama lu Na, ah elah." Allan berbicara dengan nada frustasi.
"Dih gua juga ogah sekelas sama lu heh." Gadis itu berbicara dengan bahasa 'lu gua', dan langsung mendapatkan tatapan mengerikan dari orang yang di sampingnya.
"Siapa yang ngajarin hah ngomong 'lu gua', mulut Nana sekarang udah nakal ya. Bilangin Ayah ahh~." Nada mengejek pun keluar dari mulut lelaki itu di sertai sentilan kuat yang mendarat di bibir mungil Nana. Gadis itu meringis sambil mengusap bibir nya dengan ekspresi yang tambah kesal.
"Dih, Allan aja boleh ngomong 'lu gua'. masa Nana gaboleh si, Ga adil ah."
"Lu mah masih bocah, jadi ga boleh ngomong kaya gitu. Ntar dosa mau?" Rangkulan pun mendarat di punggung Nana.
"Dih, Nana tuh udah gede ya."
"Kalo udah gede ga mungkin pendek haha."
"Dih allan, Nana itu tinggi tau. Allan sama Nana aja masih tinggian Nana, tapi karena Nana baik hati. Jadinya Nana ngalah." Jawab Nana panjang lebar karena tidak terima di katai pendek.
"Yaudah iya dah iya, gua mah masih waras jadinya gua ngalah."
Allan yang masih merangkul Nana pun langsung melepas rangkulan tersebut, dan berjalan agak cepat meninggalkan Nana yang masih mencerna kata katanya itu.
"Emmm, maksud Allan. Nana gila?" Otak Nana yang terkadang lelet, baru saja menyadari kata kata Allan yang secara tidak langsung mengatai ia gila.
"Bukan gua yang ngomong ya, lu sendiri yang ngomong hahah." Allan tertawa keras sambil berlari, karena dia enggan mendapati cubitan bertubi tubi di pinggangnya karena mengatai Nana.
"Dasar Allan pendek, jelek, kurus, bego. Gausah jadi temen Nana lagi lu! Dasar tiang listrik berjalan." Teriak Nana kesal.
"Eh kan tiang listrik tinggi, Allan pendek. Berarti Allan bukan tiang listrik tapi tiang jemuran hahah, eh ko Nana ngomong sendiri ya. Ih sekolahnya angker bikin Nana jadi gila aaa~, Allan tunggu Nana! Sekolahnya serem." Gadis gila itu pun berlari mengejar sahabatnya.
***
"Na, mau ke kantin ga?" Bel istirahat sudah berdering sekitar lima menit yang lalu, anak anak yang sudah berhamburan pergi untuk menuntaskan misi mereka yaitu memberi makan cacing-cacing di perut mereka pun. Meninggalkan kelas dan menuju kantin, menyisakan 2 anak yang sedang duduk.
"Nana mau, Nana laper. Tapi Nana mager, Allan.." nada bicara Nana itu menjadi seperti bayi yang merengek minta untuk di gendong.
Allan yang sudah mengerti maksud Nana pun, hanya menghela napas panjang lalu langsung berdiri memunggungi gadis itu.
"Ayo cepetan naik." Senyum pun merekah dari bibir Nana, tanpa babibu Nana pun langsung menaiki Allan.
Karena acara gendong menggendong pun membuat mereka mendapati banyak pasang mata yang memperhatikan mereka... tidak tidak, bukan hanya di perhatikan tapi ada juga yang membicarakan mereka.
'Eh itu cewenya kenapa?'
'Alah caper'
'Aduh Allan tambah ganteng aja'
'Ih cowonya ganteng, tapi ko cewenya kaya centil gitu si ih'
'Ckckck. dimana ada Allan, di situ ada Nana haha'
'Kakak cewenya cantik, cowonya juga ganteng. Cocok jadinya ih iri'
'Mereka pacaran?'
'Dasar cabe'
Mereka berdua tidak menghiraukan kata kata yang mereka dengar, mereka malah asik dengan dunia mereka berdua.
.
.
.
"Alya!""Nana, lu kenapa? Jatoh? Kaki lu keseleo? Lu di jailin sama Allan lagi ya sampe lu luka?! Allan sini lu!" Nana yang baru duduk di kantin pun sudah mendapati pertanyaan bertubi tubi dari orang yang di sampingnya yaitu sepupu Nana---Alya Delia Winata.
Allan yang di panggil pun hanya memutar mata malas, lalu langsung pergi memesan makanan untuk dia dan Nana.
"Sialan lu llan." Umpatan tersebut keluar dari bibir Alya karena di acuhkan, Nana yang melihat Alya selalu berburuk sangka ke Allan pun hanya terkekeh geli.
"Alya tenang dulu, Allan ga ngapa ngapain Nana ko. Tadi Nana tuh mager banget ke kantin, jadinya di gendong sama Allan." Kekehan pun masih ada di akhir cerita.
Baru saja Alya menjawab Nana, tiba tiba ada yang menyambar pembicaraan mereka berdua.
"Makanya Ya, jangan suka berburuk sangka sama Allan kekeke."
"Tau itu si Alya, gitu gitu juga Allan sayang sama Nana."
Alya yang melihat kedua orang tersebut itu pun hanya memutar mata malas.
"Eh kembar dateng." Mata Nana pun berbinar setelah melihat kedua sahabatnya datang. Dan seperti yang di ucapkan Nana, yang datang itu sepasang saudara yang memiliki banyak kesamaan. bukan banyak, tapi memang mereka berdua sama. Atau bisa kita sebut kembar.
"Eh Nana." Mereka berdua berbicara sangat kompak sampai membuat Nana terkekeh geli lagi.
"Kangen kita ga Na?" Tanya salah satu dari mereka.
"Kangen!" Nana berbicara sangat heboh.
"Ulululu sini peluk."
Saat mereka ingin berpelukan tibatiba ada yang mengacaukan rencana mereka.
"Nana, sini makan dulu." Kalian bisa tahu kan siapa orangnya.
"Eh ada pawangnya, kabur yu Do." Muhammad Aldi Mahardika itulah nama si kembar pertama.
"Ayolah! Tatut dedeq tuh maz, nanti kita di gorok ih gamau." Satu toyoran pun mendarat di kening si kembar yang menjadi adik dari si aldi walaupun hanya selisih beberapa menit saja. Muhammad Aldo Mahardika
"Jijik nyet."
"Jahat lu sama ade sendiri." Ya, yang menoyor Aldo adalah Aldi.
"Dosa apa gw punya kembaran cem lu." Jika ada yang bertanya kenapa mereka tidak seperti kembaran pada umumnya yang selalu kompak. Jawabannya gampang sekali, yaitu peraturan seperti itu tidak berlaku bagi mereka berdua. Ya, walau kadang mereka masih kompak tapi ingat. Garis bawahi kata 'kadang'.
Nana dan alya pun hanya terkekeh geli saat melihat perdebatan kedua kembar itu. Sementara Allan sekarang duduk di samping Nana sambil menaruh Nampan berisi mie ayam satu porsi dan jus alpukat dua.
Jika ada yang bertanya lagi kenapa cuma satu porsi padahal mereka berdua, ya karena mereka akan makan mie ayam itu berdua. Ntah nanti Nana yang menyuapi atau ntah Allan yang akan menyuapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise? { H I A T U S }
Teen Fiction"Allan harus janji ke Nana, jangan pernah tinggalin nana. Allan harus sama nana selama lamanya" kata bocah perempuan berusia lima tahun yang sedang meneteskan air mata. "Iya, Allan janji gabakal tinggalin Nana. Allan juga janji kita akan terus bersa...