kakak.

32 4 7
                                    

Jika ada unsur kesamaan, dalam cerita, nama dan juga alur, itu secara tidak di sengaja. Karena cerita ini saya ambil dari pengalaman pribadi dan sedikit mengarang.

.
.

Sudah sejam Allan berdiri di lapangan, sedari tadi ia hanya merutuki Nana.

"Ck, sialan lu Na. Awas aja pulang sekolah gua apain nih bocah atu." Kesal Allan.

Orang yang di bicarakan pun datang sambil membawa minuman.

"Aduh panas banget ya, duh jadi aus." Nana pun meminum minuman yang ia bawa di depan Allan.

Ingatkan Allan untuk menghukum Nana.

"Eh ada maz Allan." Senyuman mengejek tidak berhenti terukir di wajah Nana.

Allan hanya memutar bola mata malas sambil berdecih.

"Aduh kasian banget ya maz Allan pasti cape ya?" Tanya Nana. Bukan, ini bukan pertanyaan. Melainkan sebuah ejekan.

"Eh ko gua jadi pengen eskrim ya? Ntar beli ah pulang sekolah, mumpung si Nana gamau." Allan tidak mau kalah.

"Sialan. Nana mau!!!" Tegas Nana.

"Kaya ada yang ngomong tapi siapa ya?" Ucap Allan berpura pura tidak melihat Nana.

"Dasar buta." Pekik Nana.

"Ih siapa si yang ngomong? Apa jangan jangan ada hantu? Masa tengah hari gini ada hantu? Eh kan hantu ini mah tahan banting. Udah ah merinding gua lama lama di sini." Allan pun berjalan menuju kantin dan meninggalkan Nana.

"Woy Nana bilangin Pak Gofur ah, Allan kabur." Teriak Nana tapi tidak terlalu keras.

Allan menghentikan jalannya.
"Bilangin aja, tapi gausah minta eskrim. Ntar pulang sekolah gua mau beli eskrim lho, bye." Ucap Allan sambil melanjutkan perjalannya tadi yang sempat tertunda.

Nana harus mendapatkan eskrim, harus. Mau tidak mau, Nana berlari mengejar Allan.

Dan mereka pun sampai di kantin.

Allan yang lapar karena sejam ia harus berdiri di bawah teriknya matahari pun langsung memesan makanan dari bandung yaitu seblak ceker satu porsi, tidak lupa juga es jeruk satu.

Dan Allan langsung duduk di meja depan warung tersebut setelah membayarnya, Nana pun ikut duduk di samping Allan.

Pesanan pun datang, Allan langsung memakannya setelah membaca doa. Sementara Nana hanya memperhatikan Allan yang sedang makan.

Setelah suapan pertama, Allan pun langsung menyuapi Nana.

Mereka makan sampai tersisa ceker satu buah.

"Allan itu cekernya buat Nana aja." Ucap Nana seraya mau mengambil ceker itu dengan tangannya.

"Engga." Tepis Allan.

"Ih Allan pelit." Sepelit itukah Allan? Ia sudah sering menuruti kemauan Nana, apa ia masih bisa di sebut pelit? Terserah Nana.

"Amis Nana." Ucap Allan.

"Ih gapapa, ntar juga Nana cuci tangan." Bela Nana.

"Pantes tuh pipi gede banget, makannya banyak si." Ejek Allan.

"Apa Allan bilang? Allan ngatain Nana gendut gitu?" Tatapan tajam pun di berikan kepada Allan dari Nana.

"Bukan gua yang ngomong ya." Allan langsung berlari meninggalkan Nana.

"Woy jangan kabur!" Teriak Nana.

Akhirnya ceker tersebut jatuh ke tangan kucing.

Selalu seperti itu, Allan dan Nana tidak pernah berhenti dari pertengkaran.

Promise? { H I A T U S }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang