Jika ada unsur kesamaan, dalam cerita, nama dan juga alur, itu secara tidak di sengaja. Karena cerita ini saya ambil dari pengalaman pribadi dan sedikit mengarang.
Untuk sekarang Allan yang menyuapi Nana. Lalu pesanan aldi dan aldo pun datang, aldo memesan minuman ntah apa tapi membuat Nana ingin minuman itu.
"Aldo itu minuman apa?"
"Es kopi."
"Kopi apa?"
"L*wak wh*te c*ffee--
Passwordnya?"
"Kopi nikmat nyaman di minum." Ntah mungkin karena sering bersama, mereka seperti memiliki ikatan batin. Ya mereka menjawab dengan kompak lalu terbahak, tidak peduli dengan pandangan orang yang berada di kantin karena meja mereka yang paling berisik. Ingat garis bawahi lagi 'paling'. Mereka tetap tertawa bersama, dasar sekumpulan orang gila.
Tidak terasa waktu, bel masuk pun berbunyi.
"Yha udah masuk." Yang lain hanya mengangguk menjawab Nana.
"Yaudah kita masuk kelas dulu ya Na, bhaaayy. Yuk Di, Do!"
Sekedar memberitahu. Bahwa Alya, Aldi, dan Aldo itu sekelas.
"Bhaaayy."
"Tiati Ya,entar di gigit si kembar lu haha."
"Sialan lu llan, belom pernah gua kameha meha dia."
"Tau itu, gua tabok aur auran lu."
"Yeuh, gua kasih jurus rasengan lu mampus haha."
Aldi dan Aldo pun saling bertatapan lalu senyuman miring pun keluar dari bibir mereka berdua.
Ntah apa yang mereka rencanakan kita semua tidak tahu, dan cara mereka menyusun rencana mungkin melalui telepati antarsaudara--mungkin.
Allan yang sudah peka pun langsung berlari, menyisakan mereka ber empat.
Nana hanya mencibir karena di tinggalkan Allan, lalu dia memarahi sepasang kembar itu.
"Kalian si ah, Nana jadi di tinggal kan tuh."
"Ya maapin Na, Allannya aja yang nyari perkara duluan. Iya ga Di?" Aldi pun mengangguk.
"Heh udah apa, ini kapan ke kelasnya coba kalo lu bertiga berantem mulu?" Alya pun bersuara.
"Bodo amat ah, bhay." Nana akhirnya meninggalkan ketiga sahabatnya itu, sedangkan mereka hanya menggelengkan kepala.
.
.
."Bel pulangnya lama sial."
"Sabar Allan, sebentar lagi juga bel." Allan hanya menghela napas panjang lalu merebahkan kepalanya di atas meja.
"Llan?" Allan hanya berdehem menjawab panggilan Nana.
"Ga jadi deh hehe." Nana tertawa garing dan mendapat sentilan kuat di keningnya.
"Gadanta."
"Sakit be-" Ucap Nana terpotong.
"Kalian berdua denger bapak lagi nerangin ga?!" Kata kata pak Daud itu membuat Nana dan Allan tertunduk.
"Allan si." Bisik Nana.
"Lu bego yang berisik."
"Heh malah ngobrol."
"Iya pak maaf." Kata mereka kompak.
Sebelum pak Daud melanjutkan siraman rohani nya kepada Allan dan Nana, bel pulang pun berbunyi. Membuat murid murid terutama Kedua remaja yang baru saja terkena tegur pun menghembuskan Napas lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise? { H I A T U S }
Teen Fiction"Allan harus janji ke Nana, jangan pernah tinggalin nana. Allan harus sama nana selama lamanya" kata bocah perempuan berusia lima tahun yang sedang meneteskan air mata. "Iya, Allan janji gabakal tinggalin Nana. Allan juga janji kita akan terus bersa...