XI

2.5K 310 18
                                    

Mereka bilang waktu akan menyembuhkan.

Duka masa lalu akan terobati seiring berjalannya waktu. Mereka bilang, manusia perlu merasakan sakit agar dapat membedakannya dengan rasa senang. Manusia perlu kehilangan agar tau bagaimana sulitnya menjaga. Manusia perlu berkorban untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya.

Beberapa menit telah berlalu semenjak seorang pemuda memperhatikan debur pasang dan surut gelombang dari jendela restoran. Bertahun-tahun tak mengunjungi restoran ini, netranya menangkap banyak perubahan terutama pada desain interiornya,  beberapa menu baru juga menambah daftar. Si pemuda bersedekap masih memperhatikan tiap detil restoran dan sesekali ke arah samudera, benar-benar mengabaikan orang yang duduk di depannya.

"Semakin kulihat, kau memang jauh berbeda dari yang ku ingat."

"berbeda bagaimana ?"

"Kau yakin kau adalah Jung Jaehyun ?"

"Apa kau bercanda Lee Taeyong teman lamaku,"kekeh si pemuda Jung jenaka, sambil melipat ujung kemeja bergaris miliknya saat seorang pelayan datang dengan dua sajian makanan jenis seafood.

Pemuda Lee menyipitkan mata melihat sang teman lama, ia tengah mengulas senyum pada si pelayan tak lupa dengan selembar tip. Ia menggeleng begitu menyadari tip yang diberikan bukanlah selembar uang melainkan selembar cek.

"Kau membuatku penasaran dengan pekerjaanmu."

Pemuda Jung mengulas senyum di sela-sela kunyahannya, semenjak terakhir ia kunjungi citarasa makanannya tak ikut berganti. Rasa tidak asing yang membawanya mengecap kembali kenangan masa lalu.
"Aku sudah tak melukis lagi."

Pemuda Lee menggerutu,"kenapa tidak langsung menjawab apa pekerjaanmu, kau suka sekali membuat segala sesuatu menjadi rumit. Ngomong-ngomong, kau berencana menetap di sini ? "

"Aku akan bertunangan seminggu lagi lalu sebulan lagi menikah, aku akan menetap di sini lagipula aku perlu memperlebar sayap tambangku."

"Wah hebat sekali, jadi kau pengusaha tambang sekarang ? Biarkan aku memiliki saham di perusahaanmu."

"Punya uang berapa hendak beli saham perusahanku ?"

Pemuda lee merotasikan matanya, tangannya mengiris lembut daging lobster dengan pisau lalu mengunyahnya pelan.
"Sombong sekali, aku jadi penasaran siapa wanita yang mau jadi isterimu ?"

Jaehyun tidak langsung menjawab pertanyaan Sang teman lama. Lagi-lagi melirik jendela mengagumi pantai di sisi barat memanjakan mata. Samar terdapat beberapa turis berada di pantai, juga beberapa ada yang berselancar. Cukup nekat mengingat suhu dingin awal musim gugur dan orang-orang masih saja bermain air di pantai.

"Apakah kau tidak tau dimana keluarga Jaemin sekarang tinggal ? Aku benar-benar ingin memberitahunya tentang pernikahanku."

"Aku tidak tau Jae, ku dengar beberapa tahun lalu rumahnya di sita karena hutang lalu aku tidak pernah dengar lagi, keluarganya benar-benar terbelit ekonomi. semuanya karena Kakak Jaemin suka bermain dan berhutang."

Jaehyun menghela nafas, tidak menyangka kehidupan Jaemin akan sesulit itu. Jaemin yang bahkan dulu naik sepeda saja masih oleng, kehujanan lalu gampang sakit. Bagaimana caranya pemuda itu bertahan dalam hidupnya yang sesulit itu.

"Taeyeong, setelah dari sini apa yang akan kau lakukan ?"

Pemuda Lee melihat jadwal agenda di ponselnya,"kembali ke kantor dan menyiapkan meeting besok, kau ?"


Dengan satu tangan memegang gelas berisi sampagne, pemuda Jung sempat mengarahkan manik matanya ke arah samudera,
"Nostalgia." Pungkasnya.

Dan mencari Jaemin, lanjutnya dalam hati.

Autumn In My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang