XX

2.1K 244 29
                                    


Sudah delapan hari semenjak hari gagalnya pernikahan, Jaehyun agak merasa aneh pada dirinya sendiri. Tidak sedikitpun merasa sedih atau depresi seperti yang seharusnya orang normal rasakan. Gagal di hari pernikahan tidak akan masuk daftar  kebahagiaan siapapun kan. Dan nyatanya Jaehyun berbeda, tidak ada penyesalan yang singgah di hatinya. Semua berlangsung begitu saja. Biasa.

Apa itu lantas menjadi masalah ? Oh tidak, tentu saja tidak. Hal ini justru membuatnya menarik kesimpulan terbaik. Keputusannya tepat. Bagaimana mungkin seorang kakak diam saja melihat adiknya di permalukan di depan umum, walaupun itu oleh calon isteri sendiri. Dan Iya, Jaehyun memilih membela Jaemin lalu pernikahannya batal.

Walau pun batal menikah Jaehyun tidak sedikitpun menyalahkan Jaemin. Malah bersyukur, ia sadari pernikahan bukan permainan yang bebas kapan di mulai dan kapan diakhiri, bukan pula untuk mencari kemenangan dan kekalahan. Pernikahan harus di dasari rasa cinta mendalam dan komitmen yang kuat. Karena tak memiliki keduanya sudah pasti pernikahan itu cepat berakhir. Tapi Jaemin...

Jaehyun sedikit memijit pelipisnya, ada sesuatu yang disembunyikan anak itu. Renjun pun bilang Jaemin selalu menunggunya kembali. Jaemin juga merindukannnya. Tapi mengapa, Jaemin justru bertindak menghindarinya.

"Jaehyun oi Jae"

Jaehyun melengos, "apa ?"tanyanya dengan nada malas.

"Hehehe kasian sekali Dirut perusahaan tambang swasta dengan profit tertinggi berakhir menjadi karyawan bengkel."

Jaehyun ikut tertawa lebih tepatnya menertawai diri sendiri, ia tengah bersama salah satu kawan sekolah menengahnya, ya Dong Sicheng. Lelaki kurus yang dulu terkenal menjadi berandalan sekolah karena kemampuan kungfunya. Sudah bertahun tinggal di korea tapi aksen Chinanya tidak pernah pudar. Bahasa koreanya lancar tapi akan terdengar aneh ketika di dengar.

"Kau juga sama kan, kau pandai berkelahi tapi malah menjadi montir."

"Yaa namanya juga hidup bung, roda kehidupan berputar tanpa menunggu jarum jam kan ? setiap hal di dunia ini fana dan sementara."

"Aneh sekali mendengarmu bicara seperti itu."

"Hidup membuatku banyak belajar, aku tidak ingin masuk lingkar pembodohan lagi."

"Lingkar pembodohan ? Ku dengar kau menjadi atlet usai lulus smu ?"

"Benar, tapi disitulah lingkar pembodohan yang ku maksud. Kau pernah dengar tentang mafia dan olahraga ? Percaya atau tidak aku pernah menjadi pelaku sekaligus korbannya."

"Oh ya ?"tanya Jaehyun kepalanya menoleh di sisi kanan tempat kawannya mengganti ban.

"Percaya atau tidak itulah kenyataannya, uang bicara disitulah banyak manusia menempatkan kelemahannyaㅡ hmm  tentu saja dalam tanda kutip demi kebutuhan mendesak."ujar Winwin, nama julukan yang tersemat semenjak kemenangan beruntunnya melawan para petarung juara bertahan WildFight Champion bertahun yang lalu.

"Oh Jaehyun, aku ingat Jeno adalah adikmu kan ?"

Jaehyun mengangguk,"iya, memang ada apa ?"

"Aku pernah tak sengaja melihatnya."

"Lalu ?"

"Dia masuk ke rumah sakitㅡ"

"Kau bilang rumah sakit ?"tanya Jaehyun melepas kedua sarungtangan yang ia kenakan. Sudah berwarna kehitaman dan lengket karena terkena tumpahan oli.

"Iya rumah sakit, rumah sakit kejiwaan."

Jaehyun reflek menoleh, "ㅡapa !"

Jaehyun reflek menoleh, "ㅡapa !"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Autumn In My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang