16. Ditemenin Belanja

1.5K 171 16
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- - -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


- - -

"Jadi mau belanja?" Mas Sehan datang menghampiri aku yang tengah asik menonton drama China di ruang tengah, yah—selain pencinta drama Korea, aku juga menyukai drama China.

Aku menoleh sekilas ke arah mas Sehan, "Iya jadi," ucapku pelan, masih terlalu fokus pada drama yang sedang aku tonton.

"Ya sudah, ayo!"

Lagi-lagi aku menoleh ke arah Mas Sehan, ayo apa nih? Maksudnya dia mau mengantar aku belanja gitu? Tumben banget deh, kenapa akhir-akhir ini aku merasa sikapnya jadi sedikit mencair ya? Biasanya juga dingin seperti air yang membeku.

"Ayo apa? Mas mau nganterin aku?" tanyaku memastikan ucapannya, atau hanya aku saja yang kegeeran dengan sikap Mas Sehan akhir-akhir ini?

Seperti biasa, responnya hanya berdehem pelan. Aku mendengus, kirain sudah mencair, ternyata masih beku teman-teman.

"Bentar deh, aku mau kelarin nonton dulu, udah mau selesai kok itu." Tanggung kan kalau aku menyudahi drama China yang kutonton? Padahal tinggal beberapa menit lagi akan selesai.

Untungnya Mas Sehan tidak banyak berkomentar, dia hanya diam dan mengangguk saja.

Kemudian Mas Sehan duduk di sampingku, ikut menemaniku menyelesaikan drama China yang sedang kutonton.

Dimenit-menit terakhir aku membelalak kaget saat melihat pemeran utama wanita dan laki-laki didrama itu malah berciuman.

Aku tidak menyangka adegan ciuman itu justru akan muncul di saat aku sedang menontonnya bersama dengan Mas Sehan. Rasa-rasanya aku sangat malu sekali, pasti sekarang pipiku sudah memerah karena salah tingkah.

Aku menoleh pelan ke arah Mas Sehan, dia terlihat mengusap-usap belakang telinganya, apa dia salah tingkah juga ya?

Dengan cepat aku mengambil remot dan mematikan drama China yang masih menampilkan adegan ciuman sepasang pemeran utamanya itu, mana ciumannya lama banget, gila apa ya! Haduh Rivera, mau ditaruh di mana mukamu ini?! Malu banget sumpah.

"Mmm... Itu, ayo belanja sekarang!" seruku kepada Mas Sehan.

Dia mengangguk dengan canggung, "Saya tunggu di luar, kamu siap-siap saja." Mas Sehan langsung berlalu keluar untuk menunggu aku bersiap-siap.

Aku bernapas lega, syukurlah dia tidak membahas drama yang sempat kami lihat tadi, cepat-cepat aku ke kamar dan bersiap-siap untuk pergi berbelanja kebutuhan rumah dengannya.

- - -

Sampai di supermarket terdekat kami langsung turun dari mobil, kupikir Mas Sehan hanya akan menunggu di dalam mobil, ternyata aku salah.

Mas Sehan justru ikut turun dan membantuku mencari-cari keperluan rumah sekaligus bahan makanan, dia bahkan mendorongkan trolli belanjaan, kok Mas Sehan jadi sweet gini sih? Lama-lama aku bisa diabetes kalau dia begini terus, duh baperan banget sih kamu Rivera!

"Mas, kamu ada alergi sama makanan gitu nggak?" tanyaku memastikan, siapa tahu Mas Sehan punya alergi terhadap sesuatu, jadi aku tidak akan membeli sesuatu itu.

"Saya alergi udang," jawab Mas Sehan.

Aku menoleh kepadanya, baru tahu satu fakta lagi tentang Mas Sehan, istri macam apa aku ini? Sudah lima bulan menikah tapi tidak tahu apa-apa tentang suamiku sendiri.

Tidak sepenuhnya salahku karna tidak tahu apa-apa tentangnya, salah Mas Sehan sendiri yang tidak pernah cerita kepadaku.

"Kalau kemakan udang emang langsung kenapa?" tanyaku penasaran.

"Gatal-gatal."

"Parah gatal-gatalnya?"

Mas Sehan mengernyit, mungkin heran kenapa aku jadi banyak tanya gini. "Kenapa nanya?"

Aku mengangkat bahu, "Ya nggak papa, pengen tau aja."

"Nggak parah, tapi tetap nggak nyaman kalau gatal-gatal."

Aku mengangguk-angguk, ngomong-ngomong tumben Mas Sehan mau ngejelasin, biasanya kalau ditanya jawabannya cuma ham hem ham hem aja.

Selesai berbelanja, Mas Sehan langsung membayar belanjaan kami dan membawanya ke dalam mobil.

Sekarang kami sedang dalam perjalanan pulang, eh bentar deh, ini kenapa Mas Sehan malah berhenti di depan restoran?

Aku menoleh dengan bingung, "Kenapa berhenti, Mas?"

"Kita makan malam di sini saja." Mas Sehan turun dari mobil dan aku segera menyusulnya.

Masih dengan bingung aku mengikuti Mas Sehan yang berjalan masuk ke dalam restoran, "Mas, kenapa makan di sini?" bisikku.

"Kamu nggak mau?"

"Ya mau sih, aku cuma heran aja, kamu kan nggak pernah ngajakin aku makan di luar, ini pertama kalinya lho," jelasku.

"Kalau kamu masak buat makan malam nanti capek, kan habis belanja."

"Mas khawatir kalau aku kecapean masak?"

"Saya keburu lapar kalau nunggu kamu masak, jadi lebih baik makan di sini saja."

Jawaban yang membagongkan, kupikir Mas Sehan mengkhawatirkan aku, ternyata dia hanya mengkhawatirkan perutnya yang kelaparan, dasar menyebalkan!

- - -

TBC...

Marriage Without DatingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang