- - -"Sudah sehat kamu?" Mas Sehan yang sedang sarapan roti melihatku dengan tatapan bertanya, karena kemarin seharian aku hanya berada di dalam kamar saja, keluar kamar hanya untuk beberapa keperluan yang tidak bisa kulakukan di dalam kamar.
Hari ini Senin dan aku harus kembali beraktivitas seperti biasa, tidak mungkin kan aku membolos terus menerus?
"Udah dong, aku tuh emang gampang sakit, tapi gampang sembuh juga." Tanpa ditanya aku memberitahu Mas Sehan, kenyataannya memang begitu, aku mudah sakit, tapi mudah sembuh juga, cukup istirahat seharian, maka besoknya aku akan sehat kembali.
"Yang namanya sakit tidak ada yang gampang, Rivera. Jangan mudah menggampangkan segala sesuatu hal," ucap Mas Sehan.
Aku memutar bola mata malas, pagi-pagi udah dapet ceramah aja, ya aku juga nggak menggampangkan yang namanya sakit kok, cuma mau ngasih tahu aja gitu lho.
"Kenapa dengan mata kamu?"
Aku terlonjak kaget, haduh, pergerakanku ternyata tidak luput dari mata tajamnya Mas Sehan, bakal dapet ceramah lagi nih pasti.
"Nggak papa," elakku.
"Jangan dibiasakan bersikap seperti itu, nggak sopan, Rivera. Apalagi kalau di depan orang yang lebih tua dari kamu."
Meskipun kesal dengannya, tapi aku sadar yang telah kulakukan memang salah dan tidak baik untuk ditiru.
"Iya, aku minta maaf."
Mas Sehan tidak menjawab, dia menyelesaikan sarapannya, lalu berdiri dan menatapku diam.
"Kenapa?" tanyaku heran melihat dia yang menatapku tanpa mengatakan apa-apa.
"Saya tunggu di luar, jangan lama." Setelahnya Mas Sehan langsung berlalu meninggalkan aku yang masih menggigit rotiku.
Astaga, kirain mau ngomong serius pake diem-diem segala gitu, eh ternyata ngomong gitu doang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Without Dating
Chick-LitSehan Adhitya Syahreza, kalau kataku dia itu manusia merangkap batu, terlalu keras dan juga kaku. Bayangkan bagaimana aku harus hidup selamanya dengan manusia semacam itu?! -Rivera Adnan Wijaya