Jemariku bergerak turun naik di papan ketik. Sementara otakku bekerja sama dengan perasaanku untuk menyusun kalimat yang akan membentuk artikel dengan kata kunci "penuaan dini" dan "anti penuaan". Kedua kata kunci itu akan menuntun orang yang memasukkan kata "penuaan dini" atau "anti penuaan" di mesin pencari ke situs Piurity Organic. Siapa tahu artikel yang kutulis bisa merayu orang itu untuk menukar lembaran rupiah dengan produk yang dijual kantorku.
"Nat, dicari Madam," kata Indah yang baru kembali dari rapat dengan Madam dan tim marketing.
Perutku langsung melilit. Pasti nanya soal kampanye itu.
Segera kusimpan pekerjaanjy, lalu berjalan ke kantor Madam.
"Gimana perkembangannya?" tanya Madam tanpa mengalihkan tatapan dari laptop.
Aku duduk di hadapannya sambil berusaha menenangkan perut. "Mm... naik sedikit." Saking lambatnya kenaikan jumlah tagar, aku sampai takut menyebutnya di depan Madam. Salah dia sendiri pasang target muluk-muluk. Sayangnya, aku enggak bisa bilang gitu di depan wajahnya karena bos selalu benar. Ketika target tidak terpenuhi kesalahan akan dilemparkan ke bawahan. Dalam kasus ini akulah yang akan menjadi sasaran.
Perhatian Madam terpusat padaku. "Berapa?"
Aku menyebut angka berdasarkan pemantauan hari ini. Madam langsung menyemprotku sebelum memintaku keluar dari ruangannya. Aku kembali ke ruangan dan melanjutkan pekerjaanku.
Pukul 16.30, aku menuju lokasi peluncuran Perennial di hotel itu masih satu kompleks dengan kantorku. Pemilik hotel sekaligus gedung kantorku adalah orang yang sama. Pak Peter juga salah satu pendiri Piurity Organic. Biasanya acara kantor selalu diadakan di restoran yang biaya sewanya lebih murah. Tahu sendiri kan harga sewa ballroom hotel di Jakarta bisa mencapai ratusan juta. Tahun lalu kantorku mengadakan buka puasa bersama media massa di tempat yang sama. Sekarang acara buka puasa bersama dibarengi peluncuran produk Perennial demi penghematan.
Aku berdiri sambil mengunggah foto-foto acara hari ini beserta teks ke semua akun media sosial Piurity Organics. Ponselku semakin panas karena sejak tadi kugunakan untuk mengetik, mengunggah foto dan merekam acara untuk Instastory. Kumasukkan ponsel ke saku celana, lalu kutebarkan pandangan ke gedung bercat cokelat yang dihiasi lampu kristal yang menjuntai dari plafon. Ruangan ini terlihat sesak oleh manusia. Sebagian berdiri di atas karpet merah dan berbaris rapi di dekat meja prasmanan, menanti giliran untuk mengambil makanan. Di dekat panggung Pak Ronald dan Bu Ivone berdiri dikelilingi para pemburu berita. Indah sibuk mengumpulkan para social media influencer untuk difoto di depan backdrop bertuliskan Perrenial yang dibawahnya disertai tagline "The Secret to Eternal Youth".
Kantorku turut mengundang social media influencer yang terdiri dari beauty blogger/vlogger, fashion blogger dan lifestyle blogger. Beberapa di antara mereka pernah menjalin kerja sama promosi berbayar. Ada juga yang bergabung dengan program afiliasi alias influencer akan memperoleh komisi ketika ada pembeli yang membeli produk Piurity Organic melalui tautan yang disediakan di blog, situs atau akun medsos mereka. Media sosial dan social media influencer imerupakan strategi marketing kekinian yang tokcer karena bisa menggerakkan pengikut untuk membeli produk yang ditampilkan. Misalnya social media influencer dibayar untuk jualan kacang goreng pasti bakal laku.
Kenapa enggak memanfaatkan mereka buat kampanye CSR? Bu Mira di mana, nih? Aku memindai ruangan, mencari seorang perempuan berambut ikal berkat curler setiap pagi, bermata sipit dan berlipstik merah cabe. Aku malah menangkap pergerakan seorang cowok berambut ikal yang berjalan ke arahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Young and Restless
Ficção GeralNattaya adalah salah satu dari jutaan pekerja di ibu kota yang harus pergi pagi pulang petang. Waktunya pun lebih banyak dihabiskan di kantor dan jalan. Ketika sebagian besar perempuan seusianya sibuk mencari suami, dia lebih tertarik untuk memenuhi...