________________________
________________________
"Hoon, titip salam buat Bunda! Maaf gue gak bisa ikut lo jenguk!"
Jihoon hanya mengangkat sebelah tangannya sembari berjalan keluar kelas. Felix masih belum boleh pulang lantaran di tahan oleh seksi kebersihan kelas karena ia sempat ingin kabur dari tugas piketnya. Jihoon udah sibuk ketawa aja liat Felix tersiksa.
Sambil memutar-mutar kunci motor di jarinya, Jihoon jalan santai ke arah parkiran roda dua khusus siswa. Udah hampir sepi, jadi Jihoon leluasa ngeluarin motornya. Sambil pakai helm, Jihoon nerawang sebentar setelah ini dia harus kemana dulu sebelum ke makam Bundanya.
Hmm... ke toko bunga dulu setelah itu ke makam Bunda adalah ide yang bagus menurut Jihoon.
Lantas ia melajukan motornya keluar dari kawasan sekolah menuju toko bunga langganannya, membeli satu buket tulip putih dan air kembang seperti biasa.
Di jalan menuju makam, tak sengaja Jihoon melintas tepat di samping Karmelia yang tengah jalan kaki sendirian. Ia hampir berhenti untuk menawari tumpangan pada gadis itu. Tapi kemudian ia urungkan karena di perempatan jalan sana Jihoon lihat ia naik angkutan umum.
Sampai di area pemakaman, sejenak ia merapihkan seragam yang ia kenakan. Jihoon harus tampak rapi untuk bertemu Bunda.
Jihoon masuk, menelusuri petak-petak makam untuk sampai di tempat Bundanya. Pemuda ini kemudian berlutut di samping makam milik wanita yang disayanginya. Ia taruh bunga tulip tadi di atas makamnya dan tak lupa disirami pula dengan air kembang.
"Assalamualaikum, Bun? Mau lapor lagi nih, hehe. Aduh tapi... kayanya Bunda lama-lama bosen gitu ya liat Jihoon ke sini terus? Haha, bercanda."
"Anu, Bun... Jihoon mau cerita, kalau di kelas ada murid baru. Perempuan, namanya Karmelia. Dia baik, lucu, unik juga. Tau nggak, Bun? Masa dia bilang behel aku unik, hehe."
"Ngomong-ngomong soal behel, minggu depan kayanya behel Jihoon udah mau di lepas. Oh iya, Jihoon juga hidup baik dan sehat di sini. Bunda gak usah khawatir, Jihoon berusaha gak nyusahin orang lain."
Sejenak Jihoon menarik nafas panjang sembari mencabuti rumput-rumput di sekitar makam Bunda. Pelupuk matanya memanas. Tidak, Jihoon tidak boleh menangis di depan makam Bundanya sekarang.
Dengan segenap kekuatannya, Jihoon menahan air matanya agar tidak jatuh dari tempatnya.
"Bunda, maaf ya kalau di sini Jihoon masih kepikiran sama Bunda, kangen juga sama Bunda. Jadi Jihoon suka sedih aja gitu tiba-tiba. Tapi untung ada Felix sama temennya Jihoon yang lain, udah mau hibur Jihoon dan nemenin Jihoon kapan aja."
"Oh iya, Jihoon hampir lupa. Felix titip salam ke Bunda, maaf katanya karena gak bisa ikut jenguk. Ya udah, Jihoon pamit pulang ya, Bun? Assalamualaikum..."
Setelah mengusap singkat nisan Bundanya, Jihoon kembali ke motornya dan bergegas pulang karena sudah semakin sore.
Jihoon merasa lega sudah mengobati kerinduannya pada Bunda seharian ini. Ia juga merasa lebih bahagia karena bisa berbagi ceritanya hari ini. Jujur saja, saat Jihoon mendengar ucapan Karmelia tentang behelnya, ia teringat akan Bunda yang juga menganggap behelnya unik.
Lagi-lagi Jihoon tersenyum tipis saat mengendarai motornya pulang ke rumah. Pikirannya kembali dilewati oleh sosok Karmelia hari ini.
________________________
________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] ᴄʟᴀꜱꜱɪᴄ • ᴘᴀʀᴋ ᴊɪʜᴏᴏɴ ✔
FanfictionTingkah laku Jihoon itu terlalu manis untuk disebut klasik. ㅡ05/02/2019 ~ 14/02/2019