1

2.5K 80 10
                                        

Happy reading!!!

"Seandainya masa lalu itu tidak ada, maka kita tidak akan pernah merasakan masa depan karena masa depan adalah revolusi dari masa lalu"

Malam yang begitu santai dimana Di
Dya hanya ditemani dengan petikan gitar dalam kamar kosnya, semuanya akan berubah jadi ramai kalo sudah ada Maya sahabat Dya yang sudah 2 tahun bersama, sekaligus teman sekamar Dya yang cantik, baik hati, dan cerewet.

"Nindya Putri Pratama Anaknya om Tama yang biasanya duduk di jendela sambil megang gitar? Kayak burung kakak tua." ucap Maya dan tawanya yang baru saja pulang dari toko dan disambut dengan buku yang melayang tepat di kepalanya.

Aww

"Sorry refleks." dan sekarang giliran Dya yang ngetawain Maya.

"Lo mah refleksnya bahaya banget. Kenapa gak sekalian gitarnya yang dilempar."

Dya tertawa karena melihat raut wajah Maya yang dimanyunkan "janganlah, terlalu banyak kenangan dengan gitar ini."

"Lo ya masih sayang aja sama tuh gitar." Sambung Maya sambil membaca buku yang hanya berisi lirik lagu ciptaan Dya yang tadi dilemparkan kearahnya. "Move on Mbak!" lalu Maya mengembalikan buku itu.

"Move on itu tak semudah membalikkan telapak tangan, apalagi banyak kenangan tentang dia dan gue yang manis." Ucap Dya sembil memainkan gitar.

"Tapi kenangan lo terlalu pahit untuk dikenang, lo harus maju jangan terpuruk dengan masa lalu." sambung Maya bijak karena tidak mau Dya hanya terpuruk dengan masa lalunya.

"Iya May gue tau itu." karena Maya mengingatkan kenangan pahit itu membuat Dya tidak bisa mengontrol emosinya sendiri yang tadinya Dya memainkannya dengan lembut, berubah menjadi petikan kasar yang membuat tangannya terluka.

'Gitar ini menyimpan kenangan manis walaupun akhirnya menyakitkan seperti senar yang putus melukai tangan'

Maya yang melihat cairan merah segar itu langsung mengambil kotak P3K "mainnya pelan-pelan aja gue gak mau lihat lo terluka untuk kedua kalinya hanya krna mengingat cowok brengsek itu." ucap Maya sambil mengobati luka Dya.

Dya melihat Maya mengobati tangan Dya dengan tulus tanpa sadar air matanya jatuh dengan sendirinya membasahi pipi Dya."Terima Kasih May." Ucap Dya Karena Maya yang begitu peduli dengan keadaannya

"Tidak perlu terima kasih lo udah gue anggap saudari gue sendiri."

Dya tersenyum lalu memeluk Maya.

"Udah ah pelukannya, oh iya besok katanya lo yang ikut gantikan Kayla dia nggak bisa ikut."

"Buset dah ngapa dadakan banget lo ngasih taunya, gue kan belum ada persiapan." kaget gue dan sedikit kesal.

"Tasya juga baru ngasih tau gue barusan, ya sudah sana lo siapin barangnya yang mau dibawa besok."

Dya kaget banget Bisa-bisanya si Kayla ngebatalin pas besok harinya kita jalan kan kampret.
Dya pun mulai mengemasi barang-barang yang akan dibawa untuk besok tapi tidak langsung dimasukkan ke dalam tasnya karena sudah terlalu larut Dya memilih untuk tidur dan melanjutkannya besok pagi.

___________________________________________________________

08:00

Dya terlihat tergesah-gesah memasukkan barang-barangnya kedalam tasnya dan memegang gitar yang selalu Dya bawa ketika bepergian jauh karena gitarnya yang berukuran minimalis jadinya gampang dibawa kemana mana.
Karena tanpa persiapan Dya lebih mengutamakan membawa barang-barang yang sudah di siapkan kemarin malamnya dan selalu membawa barang yang paling berharga baginya yaitu gitar dan kamera karena 2 benda ini tidak bisa lepas dari Dya.

Ini semua terjadi karena Maya yang memberitahukannya kemarin malam untuk mengikuti kegiatan yang diadakan TNI Angkatan Darat dalam membantu sosialisasi pemeriksaan kesehatan masyarakat dan berinisiatif untuk membersihkan lingkungan masyarakat hal ini dilakukan setelah bencana banjir yang menimpa desa yang akan dikunjungi ini dan maraknya penyakit DBD dll. Sebenarnya setiap universitas hanya di minta perwakilan beberapa orang saja. Dya termasuk orang yang tidak ikut Kegiatan ini akan tetapi karena salah satu temannya yang diutus untuk ikut kegiatan ini tidak bisa ikut maka Dya yang menggantikannya.

"Dya udah belum." teriak Maya.

"Bentar dulu may." ucap Dya dari dalam kamar kosnya. Sedangkan Maya sudah menunggunya di depan kamar.

"Lama bener lo siapnya masih ngapain sih?" tanya Maya

"Masih siap-siap Maya cantikku, suruh siapa ngabarinnya baru tadi malam jadi nunggu lama kan." jawab Dya sambil memakai sepatunya didepan pintu.

Lalu Dya mengunci kamar kosnya.

"Lama...untung juga gue langsung kasih tau ke lo kan."

"Ya iya lah kalo lo kasih taunya tadi pagi, waktu lo udah siap. gue gak bakalan ikut juga."

"Kalo nggak ada lo nggak seru tauk."

Dya masa bodo dengan ucapan Maya.

Mereka berdua jalan beriringan dan berhenti disalah satu halte untuk menunggu angkutan umum. Didalam angkutan umum yang berdesakan Dya duduk memegang gitarnya dan Maya yang sedang marah-marah disampingnya.

"Lo siapnya lama sih kita jadi terlambat gini kan, ini lagi ribet bener sama gitar." Gerutu Maya.

Karena lelah mendengarkan Maya yang sadari tadi ngoceh Dya pun membuka mulutnya "Huuff lo jangan salahin gue dong. Salahin Tasya dan Kayla noh yang ngasih tau dadakan kayak tahu bulat aja." ucap Dya lalu tertawa.

"Iya maaf." sambung Maya dengan tersenyum.

"Si Kayla kalo nggak bisa ikut kenapa waktu dipilih mau-mau aja, sekarang malah gue yang rempong aduh hay begini kan."

"Lebay...." kitapun tertawa bersama.

Karena percakapan Dya dan Maya yang terlalu berlebihan membuat mereka menjadi pusat perhatian didalam angkot hal itu membuat Dya dan Maya bergedik ngeri.

Hay readers, Maaf iya part awalnya sedikit saja...
Mohon di vote dan komen makasih
Tbc.

Mendapatkan Cinta Abdi NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang