~Selamat Membaca~
{If I With. You Again}
♤Pencarian.
________________________________________♤♤
"we also need to solve our own problems."
♤♤
_______________________________________Selama pelajaran pikiran Kaline tak sekalipun fokus pada pelajaran yang di berikan. Otaknya memikirkan siapa dan bagaimana dia akan mencari tau penyebabnya.
Bahkan bell pulang pun Kaline tak mendengarnya.
"Kal, lo gak pulang?" Dhiran melambaikan tangan di depan wajah Kaline lantaran dirinya tak merespon sama sekali panggilan dari Dhiran sejak tadi."Ah iya.." Kaline buru- buru memasukkan bukunya kedalam tas.
"Lo mikir apaan sih Kal? Jangan bilang mikirin rumor itu?" Dhiran bertanya sambil menebak. Kaline hanya diam tak memberikan respon. Maka Dhiran menganggap bahwa jawabannya adalah 'iya
"Kak, lo tenang aja ada kita buat bantuin lo. Gue janji gue juga akan berusaha buat cari pelakunya." Kaline mengangguk mengiyakan. Dhiran merasa lega dengan anggukan Kaline. Dan dengan lembut mengusap bahu Kaline perlahan.
"Johan mana?" Kaline bertanya setelah melihat keadaan kelas yang sudah sepi.
"Johan, dia harus kerumah sakit. Ada urusan mendadak soalnya. Makanya dia langsung ngacir setelah bell bunyi." Dhiran hanya menjawab seadanya, karena itu memang fakta.
"Emang Johan sakit?" Kaline bertanya sambil berdiri dari kursi dan melangkah keluar.
"Gue gak tau. Dia cuman bilang ada urusan penting pas gue tanya." Kaline menganggukkan kepalanya lagi.
"Terus Rhena?"
"Dia ada ekstra hari ini." Senyap mulai mengelilingi mereka berdua. Kaline tak lagi berbicara. Dhiran juga tak mempunyai topik pembicaraan makanya dia memilih diam.
Hingga sampai di parkiran Dhiran baru membuka pembicaraan.
"Line, kita pasti nemuin siapa yang nyebarin rumor gak jelas. Setau gue lo itu cewek kuat yang gak bakal kalang kabut cuman hal cetek kayak gini." Dhiran berusaha menyemangati Kaline. Meskipun Dhiran tau Kaline akan terus kepikiran dan akhirnya akan membalas dengan sesuatu yang lebih buruk lagi untuk sang tersangka.
♤♤
Pagi menjelang. Amarah Kaline benar- benar tak tertahankan lagi. Pasalnya bu Tia tadi malam menanyakan hal tersebut. Kaline hari ini benar- benar akan mencari sesuai insting singanya.
Kaline membanting pintu mobilnya ketika sampai di parkiran sekolah. Siswa- siswi yang juga terdapat di sekitar parkiran di buat kaget oleh Kaline. Wajah Kaline sangat mendung dengan guratan yang ada di dahinya. Tak lupa matanya juga ikut menyinis saat di perhatikan oleh siswa siswi yang lain.
Kaline tak beranjak ke kelas langsung. Namun kakinya melangkah ke depan mading sekolah dan tempelkan sebuah kertas yang berisikan ancaman darinya.
"Karena kalian sudah membangunkan gue dari tidur. Maka kalian akan menerima imbalannya secara langsung. Dan jika dalam waktu dekat ini gak ada yang mengaku perbuatan kalian. KALIAN AKAN BENAR- BENAR TAMAT DITANGAN GUE SEKARANG!!!!"
Kira- kira itulah isi tulisan di dalam kertas yang di tempelkan Kaline barusan. Siwa siswi yang ada di sekitar mading, langsung saja menghampiri tulisan tersebut setelah Kaline meninggalkan mading sekolah.
Ada beberapa yang memotret untuk di sebarkan di grup kelas maupun grup sekolah. Mereka saling bertanya, lantaran mereka sudah di beri peringatan dengan singanya SMA Maheswari. Daling tuduh diantara mereka terjadi. Mereka takut akan hukuman dari Kaline yang tak tanggung tanggung berat dan malunya.
Peringatan itu dengan cepat menggemparkan seluruh siswa siswi yang ada. Mereka saling menebak siapa yang berani mengusik ketenangan Kaline Garran.
"Buset Kal. Pagi- pagi udah buat satu sekolah gencar aja lo." Kaline tak menanggapi Kalimat Dhiran saat laki- laki itu baru saja sampai di kelas bersama Rhena.
Kaline mengetuk bolpoinnya di atas kertas. Dia berpikir keras siapa yang benar- benar mengusik dirinya Kali ini. Bukan hanya foto yang kemarin saja. Kabar baru yang ia dapatkan dari Rhena menambah amarahnya. Pasalnya foto yang satu belum kelar, sudah ada foto yang kedua yang jelas jelas itu bukan dirinya.
Kaline tak bisa lagi mengontrol emosinya. Namun usapan di bahunya membuatnya sedikit rileks dan agak tenang. Johan mengusap bahunya dengan lembut. Kemudian menatap Kaline seolah sedang berbicara 'nanti juga dia akan nunjukkin dirinya sendiri'.
Jam pelajaran berlalu begitu saja. Layaknya Kaline seperti biasa dia hanya tidur di dalam kelas. Dan kali ini tidur Kaline tak sepulas biasanya.
Aren perlahan mendekati Kaline yang masih duduk di bangkunya dengan tangan yang berlipat di depan dada. Mata sinis Kaline menatap tubuh Aren yang sudah berada di sampingnya.
"Ternyata lo lebih bejat dari gue ya Line. Siapa juga yang gak tau kalau lo sering keluar masuk dengan bebasnya disana. Jadi ya gak heran gue denger kabar gituan." Aren melemparkan senyum liciknya kearah Kaline. Tentu saja itu membuat amarah Kaline kembali naik.
Awalnya Kaline hanya menendang meja yang ada di depannya dengan sedang dan ingin melangkah pergi. Kalimat Aren seolah benar- benar menghancurkan harga diri Kaline saat itu. Di tambah lagi seluruh siswa siswi yang ada di kelas masih lengkap dan tak ada yang berkurang satupun. Malu yang di timpa Kaline sangat besar. Dhiran, Rhena dan Johan yang awalnya ingin melerai tak jadi. Wajah Kaline terlalu menakutkan untuk di lawan.
"Lo di bayar berapa Line ampe mau di gituan?" Kaline mendekat dengan perlahan. Menatap sorot mata Aren dengan intens. Aren selangkah mundur dari tempatnya berdiri tadi. Kaline semakin maju dan mengikis jarak diantara mereka.
"Atau lo yang nyebarin foto itu? Kalau dugaan gue bener. Sekarang lo bakal dapat balasan yang setimpal atas harga diri gue!" Kaline berucap sinis dan tegas. Kelas begitu hening hingga semua dapat mendengar ucapan Kaline saat itu. Mata Aren berkedip beberapa kali. Dia terlalu takut untuk berhadapan dengan Kaline. Tapi pikiran Aren selalu mencoba untuk melawan.
Aren tak melangkah mundur lagi. Mata mereka bertatapan. Perang akan segara di mulai.
"Kalau nyatanya bukan gue yang nyebarin lo mau apa?" Aren berseru agar dapat meluangkan waktu untuk Kaline menyerangnya.
Senyum jahat Kaline keluar begitu saja. Tubuh Aren perlahan terlihat gemetar. Tangan yang di kepalnya mulai mengeluarkan keringat dingin.
"Kalau lo kasih tau gue siapa dalangnya kali ini. Lo gak akan pernah gue ganggu."
"Dia teman lo, teman yang lo lupakan beberapa tahun lalu. Hanya itu yang bisa gue kasih tau. Gak lebih, itupun gue denger dari temen gue." Kaline mengangguk mengerti. Kemudian melangkah keluar kelas.
"Kaline lo mau kemana? Kelas udah mau di mulai bego!" Dhiran berteriak saat tau Kaline keluar kelas.
"Tuh anak bener- bener gak mikir pelajaran." Rhena dan Johan hanya menggelengkan kepala pada Dhiran yang terlihat kesal karena Kaline. Johan menepuk pundak Dhiran agar kembali duduk di tempatnya. Karena bell baru saja berbunyi.
Kaline melewati koridor kelas yang mulai sepi. Berjalan perlahan dengan pemandangan tiap anak berlari ke arah kelasnya masing- masing dengan tergesa.
Selesai.....
~~~~~~~~~~~~
Balik lagi nih. Maafkan karena lama up nya.
Sorry to typo...0
Jangan lupa vote dan comment ya.
See in the next chapter
Happy read and I love you readers
KAMU SEDANG MEMBACA
If i with you again
Teen FictionTentang gadis nakal yang memiliki sisi baik di dalamnya. Tentang bagaimana ia berubah menjadi lebih baik. Tentang bagaimana ia mengenal cinta. Tentang bagaimana ia menjaga sebuah arti persahabatan.