16. Misterius

7 0 0
                                    

Kaline berjalan menuju meja bartender dengan senyum yang mengembang. Pasalnya dirinya sedang bahagia karena musik miliknya membuat mereka bahagia.

Tak lupa Alver pun ikut tersenyum bersama dengan kedatangan Kaline ke mejanya.

"Lo bener-bener keren Kaline." Kata Alver ketika Kaline telah menduduki bangku yang biasa ia duduki.

"Baru nyadar lo kalau gue keren?" Alver menaikkan sebelah alisnya ketika mendengar ucapan Kaline barusan. Sangat jarang seorang Kaline mengeluarkan kata-kata yang menyanjung dirinya sendiri.

"Lo udah mulai jarang ke sini Line. Ada apakah gerangan?" Alver menaik turunkan kedua alisnya. Berusaha untuk menggoda Kaline. Namun bukan Kaline namanya jika ia luluh pada Alver.

"Kan gue udah bilang. Gue mulai sibuk dengan urusan sekolah." Alver hanya mengangguk pada pernyataan Kaline barusan.

"Ver buatin gue Stroberi milk shake dong." Dan lagi Alver menaikkan sebelah alisnya. Bingung dengan permintaan Kaline barusan. Bukan-bukan permintaan yang aneh hanya karena sebuah minuman.

Yang membuat Alver heran adalah permintaan gadis itu yang tak seperti biasanya. Jika biasanya Kaline akan meminta minuman beralkohol maka kali ini Kaline meminta minuman pada umumnya.

Meskipun terheran. Alver tetap memenuhi permintaan gadis tersebut. Di saat Alver sibuk membuatkan Kaline minuman. Kaline hanya menikmati pemandangan bar yang penuh dengan cahaya lampu dan juga riuh percakapan bahkan lagu yang begitu keras.

"Line, pesanan lo." Alver memberikan pesanan tersebut pada Kaline yang masih sibuk dengan pandangan dalam ruangan tersebut.

"Line, lo tumben gak minum?" Tanya Alver sambil duduk di hadapan Kaline.

"Lagi gak pingin." Jawab Kaline ringan. Alver hanya menganggukan kepalanya.

Selanjutnya mereka sibuk dengan kesibukan mereka masing-masing. Alver yang sibuk melayani semua pelanggannya. Dan Kaline sibuk dengan matanya meneliti setiap tempat tersebut.

Hingga mata Kaline tertuju pada seseorang di pojok ruangan. Seseorang yang juga sama memperhatikan dirinya. Tempat yang remang menghalangi Kaline untuk melihat wajah seorang tersebut. Hanya baju yang ia kenakan saja.

Kaos putih polos dengan celana kaki. Tak lupa dengan topi hitam yang semakin membuat wajah seseorang itu tak terlihat.

'Apa dia ngeliatin gue?' Kaline menanyakan hal tersebut pada dirinya. Rasa tak nyaman semakin menyelimuti hatinya saat ini.

Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Itu artinya ia harus pulang.
"Ver gue pulang dulu." Pamit Kaline pada Alver yang sedang menyiapkan minuman di depannya.

"Okey. Hati-hati di jalan." Jawab Alver tanpa memperhatikan wajah Kaline. Kaline berjalan keluar menuju parkiran tempat mobilnya berada.

"Hai Kaline! Udah mau pulang?" Tanya sang penjaga pintu seperti biasa.

"Ia ini sudah malam." Kaline menjawab dengan senyum yang manis.

"Okey hati-hati di jalan Kaline." Kaline melanjutkan jalannya menuju mobil miliknya.

Langkah awal Kaline terlihat begitu santai. Namun saat tiba-tiba hatinya tak tenang ia mempercepat langkahnya menuju parkiran.

Kaline melirik sedikit kebelakang dengan ekor matanya. Dan ternyata perasaannya benar. Ada yang mengikutinya. Ingin Kaline melihat wajahnya lebih jelas. Namun sayang wajah itu tertutup separuhnya oleh topi yang ia kenakan.

"Sit! Kenapa jalan perparkiran rasanya jauh sekali?" Langkahnya semakin di percepat. Dan seseorang yang ada di belakangnya pun sama melebarkan langkahnya.

Hati Kaline semakin tak tenang. Ini kali pertama ia di ikuti oleh orang yang tak ia kenal sama sekali.

Kaline bernafas lega karena matanya telah melihat mobil miliknya. Segera ia masuk dan menancap pedal gas dan meninggalkan tempat tersebut.

Sedangkan laki-laki tadi masih melihat kepergian Kaline dari tempatnya. Dan Kaline dapat melihat orang tersebut dari kaca spion mobil.

"Kenapa dia ngikutin gue?" Kaline beradu pertanyaan dengan otaknya. Terdapat beberapa dugaan di dalam otaknya saat ini.

**

Pagi datang. Kaline sudah siap dengan baju seragamnya. Tak lupa dengan tas dan sepatu yang selalu ia kenakan. Meskipun jam yang ia pakai di pergelangan tangan sudah menunjukkan pukul tujuh kurang sepuluh menit. Namun Kaline  tetap santai. Seakan tak takut jika ia akan terlambat.

Langkahnya menuruni tangga sambil bermain ponsel. Segera ia menuju ruang makan dan menuju mati sarapannya. Seperti biasa Kaline akan sarapan sendiri karena ia yakin kalau Ayahnya sudah berangkat sejak subuh tadi.

**

Brak....

Setelah Kaline mendengar tas yang ia bawa terjatuh di balik tembok. Kaline dengan santainya memanjat tembok pembatas sekolah dengan lancar tanpa halangan sama sekali. Bahkan saat ia mendarat pun tak ada sesuatu yang lecet.

Kaline menepuk kedua tangannya. Kemudian mengambil tas yang ia lempar tadi dan berjalan dengan santai menuju kelasnya.

Kedua earphone terpasang di telinganya. Bahkan Kaline sedikit bersenandung dan besiul. Kepalanya pun tak lupa diangguk-anggukkan mengikuti alunan lagu yang sedang ia dengar.

"Kaline Garran!!" Kaline tak mendengar panggilan tersebut.

"Kaline Garran!!" Panggilnya kembali. Setelah orang yang memanggil Kaline itu tak mendapat respon. Ia segera berjalan menuju ke arah Kaline dengan cepat.

"Aw!" Kaline beringin saat telinga miliknya di tarik dengan keras.

"Kamu berani sekali nya tidak menjawab panggilan saya?" Kaline menoleh pada orang yang ada di sampingnya dengan raut muka yang sudah sangat marah.

"Aw. Bu gimana saya mau dengar kalau saya lagi pakek earphone?" Guru yang sedang menjewer telinga Kaline itu semakin memelintir daun telinga Kaline hingga merah.

"Aw!! Buk! Aww!! Jangan kencang-kencang. Bisa copot telinga saya buk!" Kaline mulai berbicara dengan nada tinggi.

"Kamu ikut saya sekarang ke ruang BK!!" Kaline hanya pasrah. Ia mengikuti telinganya yang masih setia di tarik oleh Bu Ika.

Kini Kaline terduduk di kursi interogasi sang guru BK. Nampak wajah bosan dengan jelas. Dan bisa Kaline simpulkan. Guru yang ada di depannya saat ini sudah benar-benar capek untuk mengurus dirinya.

"Kaline. Lihat point pelanggaran yang sudah kamu buat. Dan hampir tiga ratus. Kamu mau di keluarkan dari sekolah ini?!" Ucap guru yang ada di depannya sambil menyondorkan buku peraturan yang tertuloskan namanya dengan pena warna merah. Kaline hanya diam. Ia tak membuka mulutnya sama sekali.

Ia sadar bahwa dirinya memang sering sekali membuat ulah. Dan itu tak tanggung tanggung poinnya. Kaline melihat namanya sendiri. Tertulis dengan nama paling atas bertanda merah.

"Kamu ibu beri keringanan. Jika kamu melakukan semua hukuman itu dalam satu minggu akan ibu kurangi poin kamu 50." Kaline mengangguk menyetujui permintaan guru tersebut.

"Selama satu minggu kamu harus selalu membersihkan perpustakaan setelah pulang sekolah. Tak ada bantahan." Kaline menghela nafasnya kasar. Satu minggu ia akan melakukan hukuman itu. Dan harus di lakukan untuk mengurangi poin yang hampir tiga ratus.

Ingin rasanya ia kabur sekarang jika guru yang ada di hadapannya ini tak lagi berbicara.

"Dan jangan lupa juga. Selama satu minggu ini jangan kamu berbuat ulah. Termasuk terlambat seperti tadi."

"Iya bu iya."

Selesai......

Cewek pembuat ulah balik lagi nih😄
Maaf lama up nya ya😁

See you...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

If i with you againTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang