~Selamat Membaca~
{If I With. You Again}
♤Sakit
____________________________________________Gadis dengan gerai rambut yang sedikit merah itu mengahadapi ke langit. Dirinya menikmati setiap angin yang menerpa wajahnya. Roof top adalah satu tempat Kaline bersembunyi dari semua orang.
Kaline duduk di sebuah bangku yang memang sudah di siapkan di roof top sekolah. Dirinya berbaring, menutup matanya, kemudian menghalangi cahaya matahari dengan tangannya.
Hingga Kaline benar-benar tertidur. Johan yang melihat Kaline sedang tertidur di atas bangku pun mengampirinya.
"Lin lo gak pulang, udah bel dari tadi loh." Johan membangunkan Kaline dengan cara memegang bahunya.
Kaline membuka matanya dan menegakkan tubuhnya yang semula tertidur. Langit mulai menampilkan siluet merahnya. Kaline melirik jam tangan yang ia gunakan. Dan waktu menunjukkan jam empat sore.
"Kok kayaknya gue cuman tidur sebentar sih?" Gerutu Kaline. Johan hanya mengedikkan bahunya.
" Lo pulang gak Line?" Johan bertanya pada Kaline yang masih setia duduk di bangku yang ia tempati sedari tadi.
"Bentar lagi deh. Gue mau di sini dulu. Terus lo kenapa gak pulang?" Tanya Kaline kembali.
"Gue lagi males pulang. Makanya nyariin lo. Dan ternyata dugaan gue benar." Kaline menaiki sebelah alisnya, bingung dengan perkataan Johan.
"Kalau lo ada di sini dan sedang tidur." Kaline mengangguk mengerti. Mereka berdua duduk berdampingan disana. Menikmati siluet merah yang di berikan oleh sang surya. Begitu indah dan cerah. Hingga mereka terpaku pada langit dan tak berbicara sama sekali.
"Terus lo pulang sama siapa?" Tanya Kaline. Mengakhiri keheningan yang ada.
"Gak tau Lah. Gak gue pikirin." Johan menjawab dengan santai sambil mengedikkan bahunya acuh.
"Ya udah ayo gue anterin. Nanti bunda lo nyariin gimana?" Mereka bangkit, berjalan menuruni tannga dan menuju parkiran dimana mobil Kaline berada.
Mobil merah yang di kendari oleh Kaline berjalan dengan kecepatan sedang. Alunan lagu kesukaan Kaline mengisi kekosongan di antara mereka.
"Makasih Kaline. Jadi ngerepotin." Ucap Johan pada Kaline saat mereka sudah berada di depan rumah Johan.
"Kayak sama sapa ae lo. Yaudah gue langsung pulang aja." Johan mengangguk. Kemudian Kaline melajukan mobilnya.
Seperti biasa, Kaline tak akan langsung menuju rumah. Dirinya sibuk mengelilingi kota Jakarta hingga larut malam. Bahkan baju seragam masih melekat di tubuhnya. Hari ini Kaline tak berminat untuk sekedar main ke taman ataupun Bar.
Akhirnya mobil yang di kendari selama berjam-jam itu berhenti de depan sebuah mini market yang buka duapuluh empat jam.
Dirinya berdiri depan di depan lemari pendingin untuk minuman. Mata Kaline memilih minuman yang ada di hadapannya. Bir dan minuman bersoda. Tak lupa juga Kaline mengambil berbagai makanan ringan sesuai seleranya.
Waktu menunjukkan pukul sebelas malam.
"Kamu dari mana Kal?" Suara barito itu memenuhi ruangan yang gelap. Dan Kaline tau siapa pemilik suara itu. Ya dia Leo, ayah dari Kaline.Kaline tak menjawab pertanyaan itu. Iya cuek dan tetap berjalan lurus. Bahkan hanya untuk melihat sang ayah pun tidak.
Leo, memandang punggung anak semata wayangnya dengan lesu. Leo merasa sesak pada dadanya dan juga kehancuran yang tak bisa ia deskripsikan, saat melihat anak yang ia sayangin mengabaikannya. Dirinya bahkan tak tau bagaimana caranya untuk mengembalikan sifat kaline yang lama.
Kaline melemparkan begitu saja kantong plastik yang ia tenteng sejak tadi. Sepatu yang ia gunakan, ia letakkan di rak sepatu tepat sebelah pintu kamar. Tas yang yang melekat pada punggungnya ia letakkan di atas meja belajar.
Kaline langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tak lama, hanya lima belas menit untuk Kaline membersihkan diri dan mengganti pakaiannya.
Dirinya saat ini hanya menggunakan kaos putih polos dengan celana pendek untuk di rumah. Setelah dirinya menyelesaikan diri untuk mengganti baju. Kaline langsung menuju tempat tidur dan membuka kaleng minuman untuk membasahi tenggorokannya yang sudah kering sedari tadi. Tak lupa dirinya menyibukkan diri untuk memakan cemilan yang sudah ia beli.
Malam semakin larut, namun Kaline tak merasakan kantuk sama sekali. Sudah empat kaleng Bir ia bahiskan. Bahkan makanan ringan pun sudah hampir habis. Dan ia masih belum memejamkan mata. Namun tetap saja, Kaline tertidur dengan pulas setelah kaleng Bir ke enam.
♤♤
"Kaline! Tungguin kita dong." Rhena berseru dari belakang Kaline. Dan dengan cepat Kaline membalikkan tubuhnya mengarah pada Rhena dan Dhiran.
"Johan mana? Kok blm datang?" Tanya Dhiran saat di tengah perjalanan.
"Iya ya. Johan kemana ya?" Rhena ikut bertanya.
"Ye gue yang nanya lo malah balik nanya. Gimana sih lo!" Tangan Dhiran dengan sepintas merusak tatanan rambut yang sudah Rhena tata sedemikian rupa agar rapi.
Pertengkaran kembali di mulai antara Dhiran dan Rhena. Hingga mereka saling ngambekan.
"Lo tau Johan kemana gak Line? Waktu udah mepet nih. Gak biasanya dia telat." Tanya Dhiran lagi saat mereka sudah ada di kelas mereka dan duduk di tempat masing-masing.
Kaline hanya mengedikkan bahu, tanda bahwa ia juga tidak mengetahui keberadaan Johan.
Bel pelajaran pertama sudah berbunyi sejak lima belas menit yang lalu. Namun Johan belum menunjukkan batang hidungnya.
Tok tok tok
Suara pintu kala di ketuk itu membuat semua semua mata tertuju pada pintu yang di ketuk. Dan saat pintu di buka, muncul Bu Ika yang membawakan amplop berwarna putih.
"Itu apa bu?" Tanya salah satu murid yang ada di kelas, namanya Erka.
"Surat sakit dari Johan." Jawab guru yang mengajar saat itu setelah membaca isi surat yang di berikan Bu Ika sebelumnya.
"Line Johan sakit tuh." Suara Dhiran memenuhi telinga Kaline saat itu juga, meski suara Dhiran hanya berupa bisikan namun dirinya bisa mendengar dengan jelas apa yang di ucapkan oleh Dhiran.
"Gimana kalau nanti pulang sekolah kita jenguk dia?" Tawar Rhena yang ikut berbalik kearah Kaline. Kaline hanya mengangguk menyetujui saran Rhena.
Tak ada yang istimewa hari ini bagi Kaline. Ya hanya seperti itu saja. Kaline yang masih suka tidur di setiap pelajaran. Si Kaline yang tidak pernah memperhatikan pelajaran. Dan si Kaline yang selalu membuat guru-guru naik pitam dengan ulahnya yang selalu melanggar peraturan.
Bel pulang akan berbunyi duapuluh menit lagi, namun bagi Kaline duapuluh menit itu sangat lama. Dirinya merogoh saku dan mengambil ponsel yang ia simpan. Dan membuka sebuah aplikasi chat berwarna hijau.
K_Garran.
Jo, lo di rumah kan?
Kita mau kerumah lo.Johan_H
Iy, gue di rumah.
Kalau mau kerumah silahkan.K_Garran.
Okey, nih OTWJohan_ H
Bukannya msih jam pelajaran ya?K_Garran
Ya nanti kalau udh plg. Bentar lgi jga bel.Johan_ H
OkeySetelah Kaline memberitahukan kepada Johan jika dirinya akan kerumah untuk menjenguk, bel pulang berbunyi. Dhiran dan Rhena sibuk menata buku-buku yang mereka gunakan untuk mencatat. Sedangkan Kaline hanya perlu memakai tas. Karena Kaline sedari tadi bahkan tak mengeluarkan satu bukupun.
Selesai...
~~~~~~~~~~~~~Selamat beraktifitas bagi kalian yang sibuk.
Semangat buat kalian yang masih sekolah.
Semangat buat kalian yang lagi sibuk sibuk ya melakukan ujian.
KAMU SEDANG MEMBACA
If i with you again
Teen FictionTentang gadis nakal yang memiliki sisi baik di dalamnya. Tentang bagaimana ia berubah menjadi lebih baik. Tentang bagaimana ia mengenal cinta. Tentang bagaimana ia menjaga sebuah arti persahabatan.