13. Kehangatan

16 2 0
                                    

~Selamat Membaca~
{If I With. You Again}
♤Kehangatan
____________________________________________

"Sahabat. Kita memerlukannya untuk ikut merasakan apa yang kita rasa. Sahabat. Seseorang yang selalu ingin berada di samping kita meski hal buruk terjadi diantara salah satu."

____________________________________________

Kaline, gadis itu berjalan dengan mata yang setengah tertutup, kesadarannya pun hampir hilang. Namun ia tetap berjalan, berjalan menuju toilet untuk mengeluarkan semua isi perutnya.

Bagaimana tidak memuntahkan kembali? Kaline bahkan belum memasukkan apapun kedalam perutnya dan ia meminum semua alkohol tanpa henti.

Dengan sisa kesadarannya Kaline berjalan sekuat tenaga menuju mobil yang ia parkirkan. Siapa yang tidak gemas pada Kaline saat ini? Bahkan Alver tak bisa lagi menahan Kaline untuk tetap tinggal dan menunggu pagi.

Saat Kaline ingin memasuki kursi kemudi tangannya di tahan oleh seseorang. Kaline menyerngit bingung. Mata yang tak bisa melihat dengan jelas itu semakin di besarkan agar dapat melihat siapa yang sedang memegang tangannya.

"Dhiran, lo ngapain di sini? Ngikutin gue ya." Dhiran menggelengkan kepalanya melihat kondisi Kaline saat ini. Tentu saja ucapan Kaline tak seperti ucapan Kaline yang cuek. Dia bergumam layaknya orang yang benar-benar tak sadarkan diri karena Alkohol.

Dhiran memapah Kaline menuju kursi penumpang di sebelah pengemudi. Melekatkan seltbelt  agar Kaline aman. Kemudian Dhiran membawa Kaline pulang kerumah.

"Kal apa ini yang lo lakuin di saat lo terpuruk? Bagaimana dengan beberapa tahun yang lalu?" Dhiran berucap. Seakan akan bertanya pada Kaline yang saat ini dengan memejamkan matanya.

"Ini tidak seberapa saat gue lebih hancur di masa lalu." Dhiran seketika menengokan kepalanya kearah Kaline. Tidak lupa dengan mobil yang ia rem mendadak. Beruntung hari sudah larut jadi tak ada kendaraan lain yang berada di belakang mobilnya yang akan melakukan hal yang sama dengan yang Dhiran lakukan.

"Gak usah tatap gue gitu juga kali Dhir." Ucap Kaline lagi, dahi Dhiran berkerut ia kira Kaline hanya bergumam tapi ternyata ia salah. Kaline sudah sadar dari ketiksadarannya.

"Lo buat kita khawatir tau gak!" Dhiran sedikit menekankan suaranya.

"Lo tau dari mana kalau gue di situ Dhir?" Tanya Kaline.

"Gue sendiri yang pingin datang tanpa tanya siapapun. Johan udah cerita semuanya sama gue dan Rhena. Karena Johan juga khawatir sama lo makanya dia nyuruh gue buat cari lo, karena dia tau lo gak akan pulang ke rumah hari ini." Jalas panjang Dhiran.

Setelah Kaline mengangguk. Dhiran kembali melanjutkan perjalanan mereka yang sempat terhenti. Mobil merah yang mereka tumpangi telah sampai di depan rumah Kaline sat ini. Rumah besar yang terlihat sangat sepi tanpa penghuni.

"Bokap lo kemana Kal?" Dhiran bertanya karena rumah yang ia lihat saat ini terlihat sangat sepi.

"Mungkin keluar kota. Gue gak terlalu tau sol bokap gue." Dhiran berdecak kemudian melajukan kembali mobil Kaline setelah gerbang di buka oleh satpam yang dengan berjaga. Mobil sport mereka itu benar-benar berhenti tepat di depan pintu utama rumah tersebut.

"Ayo masuk. Lo nginep di sini juga gak papa. Besok pagi-pagi sekali gue anterin lo pulang buat ganti baju." Dhiran mengangguk setuju. Lagi pula ini sudah jam dua pagi.

Dhiran mengikuti langkah Kaline menaiki tangga.

"Kamar lo yang itu, pintu warna abu-abu. Kalau mau mau mandi, mandi aja. Anggap rumah sendiri." Sisi hangat Kaline keluar begitu saja.

If i with you againTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang