Pagi ini mereka sarapan dengan telur gulung, satu-satunya menu yang bisa Jimin sajikan. Setidaknya ini lebih baik daripada kemarin pagi yang hanya ada nasi tanpa lauk apapun. Dan lagi, Taehyung terlihat sangat menikmatinya. Terlihat dari suapannya yang sangat besar dan cepat. Atau mungkin lelaki itu hanya kelaparan? Cukup masuk akal karena semalam Taehyung tidak makan apapun. Bahkan mie instan yang Jimin tinggalkan malah teronggok ditempat sampah beserta pancinya yang gosong.
Di sela kunyahan, sesekali Jimin mencuri pandang padaTaehyung yang makan dengan lahap. Ini bahkan sudah porsi keduanya.
"Taehyung?" Tanya Jimin ragu-ragu. "Umm.. kapan kamu akan pulang?"
Diam sejenak. Setelah kunyahan selesai dan makanan itu tercerna dengan sempurna, Taehyung mengambil gelas minumnya.
"Lu ngusir gue?"
Sontak saja Jimin terkejut. Ia menggeleng cepat dengan manik cokelat yang membulat.
"Ng-nggak, kok!!"
Taehyung mendengus, melanjutkan kembali makannya yang sempat terjeda.
"Aku cuma mikir, mungkin keluarga kamu nyariin k-"
"Nggak."
"T-tapi, kamu gak kangen sama ibu-"
BRAKK
Meja di gebrak, sumpit di banting. Jimin terkejut bukan main.
"Lu bikin selera makan gue ilang. Dah lah, gue cabut."
Tanpa banyak bicara lagi, Taehyung bergegas pergi, meninggalkan makanannya yang masih sisa setengah.
Menghela nafas, Jimin memandangi pintu yang kini tertutup.
Mendadak percakapannya dengan orang bernama Jongin semalam kembali terngiang.
"Kalo dia bangun, suruh cepet pulang."
"Kalo dia, gak mau.."
"lu yang tanggung akibatnya."
"A-akibat?"
"Yang pasti bukan hal baik."
.
.
"Jimin?!"
"E-eh. Iya, kenapa?"
Bibir mungil Soonyoung mengerucut lucu.
"Kamu gak dengerin aku ya? Kamu gak jawab pertanyaan aku!!"
Jimin berkedip polos. Otaknya bekerja, mencoba mengingat pertanyaan apa yang sahabatnya itu lontarkan. Sayangnya, tidak satupun yang ia ingat. Salahkan pikirannya yang malah terus memikirkan ucapan Jongin semalam.
"Tuh kaaaan.. kamu gak dengerin~ marah ah."
"Eeh.. kok marah?"
Pipi tembam Soonyoung di cubit keras-keras sampai si empunya memekik sakit.
"Iiih Jimin~ sakiiit"
Cubitan di lepas. Membuat Soonyoung mengelus pipinya yang memerah. Sementara Jimin hanya terkekeh melihatnya.
"Ya kamu pake marah segala."
"Abisnya, kamu ditanya malah bengong aja. Kan kesel jadinya." Balas Soonyoung, masih dengan bibir mengerucut.
Jimin terkekeh, gemas melihat kelakuan sang sahabat.
"Yaudah, mau nanya apa. Aku dengerin nih. Siap sama jawabannya."
