Sebaik-baiknya kucing terhadap tikus, mereka akan tetap menangkapnya. Begitu pula orang-orang itu. Sebaik dan sehangat apapun sambutan mereka waktu itu, mereka akan tetap mem-bully-nya. Jimin sudah mengira. Lagipula, alasan apa yang bisa membuat mereka terus berlaku baik padanya? Memangnya, apa yang Jimin punya?
"Akh-"
Ada-tidaknya Taehyung tidak berpengaruh apapun. Orang-orang di Daehan akan tetap melakukan bullying, dan Taehyung tidak pernah ambil pusing. Toh lelaki tan itu juga ambil untung.
Sekarang, tanpa adanya Taehyung, walaupun Jungkook selalu-berusaha-melindunginya, itupun tidak berarti apa-apa sebenarnya. Mereka memiliki banyak kesempatan dan 'waktu luang' untuk membully Jimin habis-habisan. Contohnya saja sekarang. Jungkook yang berhalangan hadir memberi mereka kesempatan. Pipi Jimin sudah memerah. Terdapat pula sayatan melintang kecil yang berdarah.
"Sakit, Yerim~"
Jimin merintih, tapi cengkraman di pipinya kian mengerat. Kuku-kuku panjang itu makin menancap di kulit, membuat darah sedikit demi sedikit merembes. Dan Jimin bersumpah, rasanya sangat perih.
Tawa cekikikan terdengar. Kemudian pipi Jimin di tampar.
"Lu itu emang sekali-sekali musti dikasarin ya." Ujar perempuan itu, masih dengan tawa renyahnya.
"Yer, gimana kalo rambutnya di botakin?"
Itu Irene yang bersuara. Disambut tawa heboh ketiga perempuan lainnya. Sementara Yerim tampak berpikir sampai tangannya berpindah pada rambut Jimin.
"Gunting dong?!"
"Nggak, Yerim, jangan-"
Jimin sudah menggeleng kuat ketika gunting itu makin dekat dengan rambutnya. Jika saja bisa, ia ingin lari. Sayang sekali kaki dan tangannya diikat luar bisa kencang.
"Siap ya Jimin. Biar lu rada cakep entar."
"Hahahaha"
Sret
Prak
Tepat ketika tangan Yerim yang memegang gunting terangkat, sebuah tangan lain menepisnya cepat. Semuanya terperanjat, tak terkecuali Jimin. Kelopaknya yang semula menutup rapat kini terbelalak.
"Setan! Apa-apaan lu?!" teriak Yerim membentak.
"Lu yang apa-apaan?! Gak kapok lu udah ketauan mitnah Jimin minggu lalu, sekarang lu mau ngebully Jimin lagi. Dasar gak tau malu."
"Heh denger ya Do Kyungsoo, lu gak usah ikut campur urusan gue. Mending lu pergi jauh-jauh dan gak usah balik lagi dan jangan godain lagi kak Jongin-nya gue lagi!"
Kyungsoo berdecih.
"Bukannya elu yang sering godain Jongin? Sampe-sampe rela ngangkang 24 jam, tapi belum sejam udah langsung dibuang. Ck, kesian~"
"Diem lu! Lu sendiri nempelin terus kak JongIn biar bisa morotin dia kan?! Biar lu bisa dapet duit banyak, bisa belanja sepuas lu!"
"Seenggaknya gue gak semurahan elu." Jawab Kyungsoo sarkas.
"Lagian, kayaknya lu jangan ganggu-ganggu Jongin lagi deh." Jeda sejenak "Soalnya dia mau nikah bentar lagi." Lanjutnya sembari melempar sebuah kertas tepat ke wajah Yerim.
Dan itu sepertinya sangat efektif untuk mengusir Yerim dan kawanannya. Terbukti dari reaksi terkejut dan tangisan mendadak perempuan itu yang diekori oleh Irene, Seulgi, Wendy dan Joy yang tampak heran dan khawatir.
.
"Kak?"
"Udahlah Jim."
Jimin diam, memandangi Kyungsoo yang berpaling wajah. Jujur saja, Jimin terkejut dengan fakta yang baru diketahuinya. Tentang hubungan Kyungsoo dengan Kim Jongin yang sudah berjalan cukup lama. Pantas saja Jimin merasa tidak asing dengan suara Jongin. Ternyata memang lelaki berkulit tan itu sering mengunjungi Kyungsoo untuk melakukan hal-hal tertentu.
Tapi mendengar Jongin akan menikahi orang lain cukup mengaduk emosi Jimin. Bukannya mereka memiliki hubungan yang jelas? Lalu kenapa lelaki itu malah mau menikah dengan orang lain? Ingin sekali Jimin menghajar Jongin dan orang yang akan di nikahinya itu. Berani sekali brengsek macam Jongin mempermainkan sahabatnya.
"Awalnya aku juga marah. Pengen banget nonjok mereka. Pengen teriak kalo Jongin itu milik aku. Tapi-"
Suara lirih Kyungsoo membuyarkan lamunan.
"-tapi cewek itu baik banget Jim." Kyungsoo melanjutkan. Matanya sudah basah saat mengalihkan pandang pada Jimin. Dan Jimin tau, ada kesedihan yang sangat di mata Kyungsoo saat mengucap pujian itu.
"Rasanya malah aku yang jahat kalo sampe lakuin itu. Ak-aku-hiks"
Tanpa berkata apapun, Jimin memeluk Kyungsoo yang menangis sesenggukan. Walau tidak mengalaminya, sedikit banyak Jimin mengerti perasaan Kyungsoo.
Pasti nyesek banget. Batinnya bersimpati.
.
.
Delapan hari lebih sebelas jam dua puluh tujuh menit empat puluh sembilan detik. Iya, baru selama itu waktu yang Taehyung lalui di Toronto, Kanada. Yang artinya masih ada lima hari dan dua belas jam tiga puluh dua menit sebelas detik lagi sebelum ia bisa menghirup kembali udara Seoul sana.
Semua pekerjaannya sudah selesai sejak sehari yang lalu, lebih cepat dari yang ditentukan. Bukan apa-apa, dia hanya ingin segera kembali ke rumah. Karena jujur saja, Taehyung sudah rindu sekali pada teman-temannya, pada Yeontan, dan pada Jimin yang setiap jengkal tubuhnya penuh kenikmatan.
"Ah, gila! Gue jadi kebayang kan? Mana maen tegang aja lagi nih. Shit!" Umpat Taehyung.
"Tunggu aja Jim. Bentar lagi gue balik." Senyum miring terpampang di wajah sambil tangannya mengelus gundukan diantara selangkangan dibalik celana.
TBC
Krik krik ada yg kangen ga? :')
Ngerasa ga sih kalo tulisan gue di work ini peminatnya makin dikit. Ayodong semangatin biar work ini bisa lanjut sampe ending😇
Next jangan?
