"Ahh!"
Jimin hanya bisa meringis saat merasakan ngilu di kaki. Ia berjalan pincang, kemudian menghempaskan bokongnya ke sofa panjang.
"Ahh-!"
Ringisan kembali keluar dari bibir. Jimin merutuk dalam hati.
"Duh, lupa, pantat gue kan masih sakit."
Kan. Ia jadi ingat lagi kejadian di toilet dua hari lalu.
"Ugh-"
Mual lagi Jimin. Jijik. Apa lagi saat Taehyung-
"Jimin?"
Tersentak, Jimin mengerjap cepat, menjawab dengan tergagap,
"H-hah?!"
"Ngelamun apa sih? Asik banget kayaknya sampe cowok kece ini gak di notis."
Ia hanya terkekeh canggung, menghindari mata bulat yang menatapnya jenaka.
"Apa sih, ka?"
Tawa riang terdengar. Jimin ikut tertawa walau terdengar sumbang.
"Sana gih. Ada pelanggan nomor wahid kita. Tau, kan, dia gak mau kalo gak dilayanin sama kamu."
Kerlingan jahil Jimin dapati. Buru-buru ia berdiri. Kaki disered asal. Tidak sedikit gerutuan terdengar.
"Yang mau ketemuan semangat banget sih."
.
Niat menghindari celotehan Kyungsoo, malah terjebak disini. Kalau tidak ingat punya hutang budi, Jimin mana mau melayani pelanggan satu ini. Si pelanggan nomor wahid yang Kyungsoo maksud tadi.
Tentu ia tidak lupa siapa yang membantunya mencari kerja, bahkan sampai bisa jadi pegawai tetap di toko kue ini. Do Kyungsoo, senior di kampus. Usianya terpaut dua tahun diatas Jimin. Tinggi badan mereka tidak jauh beda, mungkin sama.
Sejauh mengenalnya, Jimin bisa menjabarkan bahwa Kyungsoo adalah sosok kakak yang baik dan penyayang. Pria itulah yang menjadi teman pertamanya di kampus. Tidak jarang juga menyelamatkannya saat ia tengah di bully habis-habisan.
"Park Jimin sialan! Elu kerja yang bener dong!"
Jimin terlonjak, seketika sadar dari lamunan. Matanya fokus-tak fokus, memandang cemas dan takut.
Di hadapannya terpampang wajah masam menyeramkan, basah karena air yang tidak sengaja Jimin tumpahkan.
"Ma-maaf, Tae-"
"Gak ada! Gue mau komplain. Biar lu dipecat sekalian!"
Mata Jimin melebar. Sekarang ia benar-benar khawatir. Masalahnya, ini adalah Kim Taehyung, si raja bully yang tidak pernah main-main dengan apa yang ia maksudkan.
"Tae, jangan. Plis plis pliiiiss. Aku bakal lakuin apa aja asal jangan aduin ke boss. Ya? Taehyung, yaaa?"
Air mata sudah menggenang tapi Jimin masih bisa menahannya.
Seringai tercetak jelas di wajah angkuh Kim Taehyung. Jimin hanya bisa mengulum bibir. Tidak ada istilah menarik kembali apa yang telah terlisan. Karena bagi Kim Taehyung, keputusan pertama adalah pilihan.
"Oke. Nego lu boleh juga." Jeda sejenak. Pria berkulit tan itu memasang pose berpikir yang membuat Jimin mendelik jijik.
"Berhubung mood gue udah ancur, gue mau pulang."
Jimin menoleh mendadak, menatap wajah Taehyung dengan mata berbinar. Tidak mengira si raja bully mau membebaskannya begitu saja, begitu mudah.
Taehyung pulang, otomatis negosiasi mereka-yang belum jelas-pun berakhir.
Tapi Kim Taehyung tetaplah Kim Taehyung, si raja bully yang tidak bisa tidak mengganggu Jimin sehari saja.
"Tapi elu yang anterin."
Raut sumringahnya hilang seketika. Matanya melirik Taenhyung yang masih asik menyesap jus-nya.
Baru hendak menyuarakan pikiran, Taehyung lebih dulu bicara.
"Gendong gue sampe rumah."
"HAH?!"
*
TBC
Karena banyak (menurut gue segitu tuh banyak ya) yg bilang jangan delete dan minta next, jadilah tulisan abal ini punya sambungan 😅
Gimana? Aneh ya? :') yaudalah ya namanya jg baru blajar 😂
Semangatin aku dong aww😘
Ada yang mau lanjut?
