9

2.4K 240 18
                                    

*sedikit ena biar di sayang reader💋👌


Ini aneh. Semuanya terlalu mendadak dan Jimin sangat tidak siap.

"Pak, saya mohon. Ini semua salah paham-"

Jika saja waktu bisa di ulang. Jika saja ia di beri pilihan. Jika saja bisa. Jika saja mungkin. Jimin hanya berharap kejadian beberapa menit kebelekang tidak ia alami. Atau paling tidak, ia hindari. Sayangnya, semua itu sudah terjadi. Waktu tidak bisa di ulang. Ia tidak pernah di beri pilihan. Semua sangat tidak mungkin untuk di perbaiki. Tidak bisa, dan tidak mungkin.

Sekarang, Jimin sangat yakin bahwa semua ini bukan sebuah kebetulan yang tidak menyenangkan. Takdirnya hari ini bukan untuk menjemput kesialan, Jimin yakin itu. Tentu, ini semua sudah di rencanakan. Seseorang sengaja melakukannya. Ia di jebak dan tidak punya alibi untuk menolak.
Benda yang ia temukan di loker itu adalah barang bukti, bentuk jebakan yang baru ia sadari. Marijuana dan pil ekstasi, tidak satupun yang Jimin ketahui. Tapi rektor, para dekan dan dosen lainnya tidak akan mau tau akan hal itu. Yang mereka lihat, itulah yang mereka percaya. Karenanya, sekarang Jimin harus berada disini, di hadapan mereka semua, di labeli buruk tanpa kesempatan membela diri.

"Cukup, Park Jimin-ssi! Kamu gak bisa membantah. Marijuana sama pil-pil ekstasi itu ada di loker kamu. Itu bukti yang sangat kuat."

"Tapi pak-"

"Park Jimin-ssi," Pria yang lebih tua-dengan beberapa rambut yang mulai memutih-menyela. "dengan penuh hormat, kami minta anda segera meninggalkan ruangan ini."

Jimin mematung. Air matanya meleleh lebih banyak.

"P-pak, saya..mohon-"

"Beasiswa anda kami cabut dan mulai sekarang,  anda bukan lagi mahasiswa Daehan University. Anda bisa membereskan barang-barang anda segera."

.

.

Pluk

Sebuah tomat mengenai belakang kepala. Ketika menoleh, lemparan tomat itu makin banyak hingga membuat wajah dan bajunya kotor.

"Ngapain lu disini?! Cepet keluar! Lu ngotorin kampus aja tau gak?!"

Setelah makian itu terdengar, tubuh Jimin digiring dengan kasar. Hingga sampai didepan gerbang, dua orang yang menyerednya mendorong tubuh mungil Jimin keras-keras ke aspal.

"Jangan pernah injekin kaki kotor lu lagi disini!"

Lalu semua orang itu meninggalkannya. Membiarkan Jimin menangis sendiri dengan pakaian kotor dan tubuh yang penuh memar dan luka.

"JIMIN!!"

Sampai suara yang tidak asing terdengar. Jimin menoleh. Soonyoung berlari cepat ke arahnya, dengan wajah basah dan mata yang sembab. Lalu tubuhnya dipeluk erat.

"Jimin~"

Soonyoung mengucap namanya, lagi, dengan begitu lirih. Tanpa sadar, Jimin menangis lagi. Tidak sekeras Soonyoung, tapi lebih pilu dari sebelumnya.

Tangan lain melingkup tubuh keduanya. Tanpa menoleh pun, Jimin sudah tau bahwa itu adalah Kyungsoo.

"Kamu gak salah, Jim~" lirih Kyungsoo di sela isak tangis.

.

.

"Iya ka. Aku udah beresin. Dia udah di DO pokoknya."

"Good job. Pastiin kamu bener-bener beresin dia."

"Pasti dong, ka~ Jadi.. kapan kita ketemu?"

BULLY || VMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang