13.Good Or Bad News?

224 20 1
                                    

"Selamat pagi pa, ma" salam Nk saat sampai di meja makan.

"Selamat pagi juga sayang" ucap Danti bunda Nk dengan senyuman yang setia terukir di bibirnya.

"Selamat pagi juga anak papa" lanjut Herman ayah Nk.

Nk tersenyum getir. Ia merindukan masa-masa seperti ini, dimana mereka duduk bersama-sama di meja makan untuk untuk sarapan dan diselingi lelucon kecil yang di lontarkan Papanya yang membuat mereka tertawa bersama. Nk memandang kursi di sebelahnya yang kosong, itu adalah kursi Bella. Dan lagi-lagi dia merindukan sosok kembarannya itu. Biasanya kalau sedang sarapan begini Bella lah yang tidak pernah diam pasti selalu saja ada bahan pembicaraan dengan gayanya yang pecicilan membuat suasana rumah lebih hidup.

"Udah ih, jangan di liatin terus atuh kursinya. Bella udah tenang disana sayang" ucap Danti memecahkan lamunan Nk.

"Iya sayang. Benar kata mama. Ikhlasin Bella. Ini udah takdir. Bella udah nggak ngerasain sakit lagi sekarang." Lanjut Herman dengan senyuman yang dipaksakan.

Nk tersenyum lalu menganggukan kepalanya. Nk sebenarnya tau bahwa kedua orang tuanya ini juga belum bisa menerima kepergian Bella. Tapi mereka selalu meyakinkannya agar jangan terlalu berlarut-larut dalam kesedihan. Betapa mulianya hati papa dan mamanya.

"Ya sudah ayo sarapan bareng. Nih liat mama udah masak banyak buat kamu" lanjut Danti.

"Makasih mamaku yang cantik" lanjut Nk.

"Kembali kasih sayang" Danti tersenyum tulus kepada anak yang kini menjadi miliknya satu-satunya.

"Oiya Nam, Papa ada kerjaan di luar kota.Tapi Papa berangkat bareng mama, biar papa ada yang ngebantuin disana. Esok udah pulang kok. Kamu bisa kan sendiri di rumah?" Kata Danti.

"Iya Ma. Nk kan udah gede, masa iya sih Nk takut sendirian. Lagian di USA Nk juga sering kok sendiri di Apartemen. Iya kan Pa?"

"Iya iya" jawab Herman lalu terkekeh pelan.

"Yaudah Nk berangkat yah. Kayaknya Cipa udah di depan."

"Iya, hati-hati ya" ucap sang bunda.

Nk menyalimi tangan kedua orang tuanya lalu beranjak pergi. Benar saja ternyata Cipa  sudah di depan menunggunya. Sebenarnya kemarin Nk lah yang meminta tolong ke Cipa untuk menjemputnya. Dengan alasan malas nyetir mobil sendiri. Alhasil Nk pun nebeng bareng mobil Rasyifa.

"Lama banget sih lo Nam. Jamuran gue nungguin lo" sewot Cipa.

Nk hanya tercengir kuda menampilkan gigi putihnya. "Iya deh. Maaf atuh Cip"

"Yaudah ayo masuk"

●♡●

Suasana kelas pagi ini cukup ramai, tapi ada satu hal yang aneh. Liat saja hampir semua murid perempuan di kelasnya berkumpul  membentuk lingkaran di meja Emi. Kecuali Feby yang masih setia dengan buku Matematika tercintanya. "Dasar Emi pasti ada hot news lagi" batin Nk.

"Pagiii guyssss" teriak Rasyifa dengan suara yang tak terkontrol.

"Sa ae dong Cip. Nggak usah teriak-teriak gitu juga bege. Pecah nih gendang telinga gue" ucap Asep teman sekelasnya.

"Ya nggak apa-apalah, cecan ma bebas. Mau lo gue aduin ke Azka?"

"Ampun deh. Lo ma gitu Azka mulu yang di jadiin senjata." Ucap Asep kesal. Bukannya takut di marahi, tapi Asep hanya takut Azka akan menagih hutangnya. Biasa Azka adalah satu-satunya teman yang rela meminjamkan duit saat sedang kepepet.

WOUND HEALER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang