11. Sebuah sandaran

622 51 0
                                    

Minggu pagi menjadi hari yang paling di tunggu tunggu oleh semua orang, karena weekend menjadi hari untuk bersantai bersama keluarga dan orang terkasih

Seperti biasa Dhea sudah siap dengan kaos hitam yang dibalut dengan jaket putih, training hitam dan dilengkapi sneaker putih bercentang hitam serta mengucir rambut secara asal

Walaupun dia paling anti bangun pagi tapi dia tetap menyempatkan diri untuk lari di pagi weekend

Setelah shalat subuh dia sudah lari di taman komplek tempat dia tinggal

"Aduh siapa-" ucapan Dhea berhenti di udara saat melihat bahwa Rey lah yang memukul kepalanya dengan botol air mineral kosong

"Ish, kebiasaan banget sih? Nanti kalo gue geger otak gimana? Atau gue hilang ingatan gimana? Lo mau tanggung jawab?" Cerocos Dhea pada Rey yang ikut duduk disamping dengan terkekeh karena sifatnya itu yang cerewet

"Nyerocos aja lo, udah kayak ibuk ibuk kompleks" Rey kembali menjaili Dhea

"Tuh kan, ngatain gue lagi. Lo mah" Dhea kehabisan kata kata dengan sikap sahabat nya itu dan dia memilih untuk pura pura ngambek

"Ngambek mulu lo kayak anak kecil" Rey melihat sebentar wajah Dhea yang sudah manyun

"...." tidak ada jawaban

"Padahal gue tadi mau ngajakin lo makan ice cream" Rey kembali angkat suara

"...." masih hening

"Cie tuan putri beneran marah" Rey mencubit pipi chubby Dhea dan membuat Dhea meringis

"Iiih apaan sih Rey, gue tambah marah nih" Dhea memekik karena Rey tak kunjung melepaskan pipi nya

Rey tertawa terbahak saat melihat wajah kesal Dhea sehingga mengundang perhatian orang yang sedang berlalu lalang karena posisi mereka sedang di taman kompleks

Dhea tambah dibuat kesal dan memukul lengan Rey yang terlapisi oleh jaket hitam itu

Rey menghentikan tawanya
"Sorry deh sorry, sebagai ganti gue ngajakin lo nonton deh nanti. Ada film baru loh di bioskop" lanjut Rey dengan menaik turunkan alisnya untuk menggoda Dhea

"Janji?" Seketika mata Dhea berbinar

"Iya gue janji, udah yok kita pulang. Lo udah bau tuh keringetan" Rey kembali mengoda Dhea

Menurutnya melihat wajah kesal Dhea sangat menyenangkan, dari dulu cowok itu selalu membuat Dhea kesal

"Ih mulai lagi kan?" Dhea mendorong tubuh Rey menjauh dan melenggang pergi

Langkah kecil Dhea bisa dengan mudah disusul oleh kaki panjang Rey, dia pun merangkul bahu Dhea dan pergi bersama

Walaupun sering membuatnya kesal tapi menurut Dhea, Rey adalah sahabat terbaik yang ia punya

Rey selalu ada saat dibutuhkan nya bahkan Rey langsung datang tanpa diminta seperti sudah ada feeling diantara keduanya

"Bundaa..." sesaat setelah memasuki rumah Dhea langsung memanggil bunda nya dengan suara cempreng

"Bunda di dapur" ucap bunda dari dapur dan terdengar ke telinga Dhea

Seperti biasa Runi, bundanya pasti sedang memasak. Mereka memang tidak mempunyai asisten rumah tangga, alasannya sih karena pekerjaan bunda memang tidak terlalu melelahkan. Bunda nya pasti bosen kalo ada asisten di rumah ini, toh bunda nya kan nggak bakalan ada pekerjaan lain

"Kamu udah pulang dhe?, langsung mandi gih terus turun buat sarapan" ucap Runi tanpa melihat ke arah putri nya itu

"Bang El mana bun?" Dhea celingak celinguk untuk mencari saudaranya itu

SINCERE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang