Pagi ini awan terlihat mendung dan mungkin sebentar lagi akan hujan, Dhea harus buru buru karena bus sebentar lagi akan lewat
Dhea berdiri di halte bus depan komplek nya bersama beberapa orang yang sedang menunggu bus juga
Rintik rintik hujan sudah turun dari langit, untung saja bus sudah keliatan. Dia tidak ingin melewati bus ini walaupun masih ada ronde kedua tapi dia hari ini ada ulangan pelajaran pak kumis
Dhea duduk di dekat jendela dan melihat ke jalan yang sudah di digenangi air hujan yang mulai turun deras
Walaupun hujan, hiruk pikuk kota jakarta tak sepenuhnya mati masih saja ada macet yang sudah jadi khasnya
Bus berdecit dan berhenti tepat di halte dekat sekolahnya, ternyata hujan belum juga berhenti dengan sangat terpaksa dia harus menerobos karena tak mau dikeluarkan jika sampai masuk terlambat ke kelas
Dhea berhenti di pos satpam biasanya disana tersedia beberapa payung jika sudah masuk musim penghujan seperti ini
"Pak pinjam payung dong satu" Dhea langsung menghampiri pak ahmad selaku satpam di sekolahnya yang kini sedang duduk bersantai sambil menikmati teh hangat
"Yah payung nya udah habis neng tadi banyak siswa yang minta" pak ahmad menampakkan tempat payung yang memang benar benar kosong
"Ya udah makasih ya pak" Dhea langsung berlari ke koridor kelas, dia sudah tidak perduli lagi kalo seragam nya basah
Tiba tiba ada sesuatu yang diletakkan di punggungnya yang terasa hangat seperti handuk
"Nih pake! Lo bisa sakit nanti" Rey langsung melampirkan jaket ke punggung Dhea yang cuma bisa terdiam mematung "ngapain bengong? Lo nggak mau masuk kelas hmm?" Rey bertanya lagi saat melihat Dhea hanya terdiam tak bersuara
"Makasih yah! Gue duluan" Dhea langsung pergi setelah mengucap kan terima kasih
Dhea menghela napas lega saat melihat belum ada pak kumis dalam kelasnya
"Lo mau kemana Za?" Baru saja ingin ke tempat duduk, Dhea melihat Khanza sudah mengambil tas nya dan seperti ingin pergi
"Gue mau duduk di depan hari ini karena Rey kan nanti olahraga jadi gue bisa liat dia sepuasnya" Khanza langsung mmebereskan bukunya dalam laci meja
"Tapi kan Rey olahraga nya habis jam istirahat, ini kan baru jam pertama Za" cegah Dhea lagi
"Udah deh Dhea, gue itu sebenarnya nggak suka duduk di belakang, kita nggak bisa liat apa apa disini terus bakalan selalu kena semprot dari guru jadi gue males OKE?" Khanza langsung pindah tanpa berbicara lagi pada Dhea yang hanya bisa mengangguk dengan keputusan dia barusan
"Udah duduk bareng gue aja" Syerly yang sedari tadi diam saat terjadi sedikit percekcokan itu pun menarik tangan Dhea agar duduk disampingnya
Dhea mengangguk sekali dan langsung mendaratkan bokong nya di kursi tanpa berbicara lagi
"Eh btw nih jaket siapa? Perasaan gue nggak pernah liat lo pake yang ini! Jaket baru yah?" Syerly langsung menanyakan perihal jaket yang sedang di pakai Dhea
"Jaket nya Rey, jadi gue ketemu dia di depan" Dhea langsung melepas jaket itu dan meletakkan di belakang kursi
"Lo pasti udah tau kan mengenai Arkan yang bakalan operasi hari ini?" Syerly kini mulai serius
"Iya semalam dia udah cerita" jawab Dhea lesu "entah kenapa kayak nggak ada harapan lagi gitu padahal kan selama ini dia itu kuat banget Syer" Dhea merasa tak habis pikir akan keadaan Arkan sekarang ini
"Ada saatnya kita berada di titik lelah dhe, dan gue rasa Arkan berada di titik itu sekarang. Titik dimana kita merasa pasrah akan keadaan dan apapun tak bermakna lagi" Syerly menahan dirinya agar tidak menangis mengingat bagaimana perjuangan Arkan melawan penyakit nya itu
KAMU SEDANG MEMBACA
SINCERE [TAMAT]
Teen Fictionbagi dhea kebahagiaan orang disayanginya adalah prioritas nya, sehingga membuat dia mengorbankan kepentingan nya dengan tulus hati sama hal nya dengan rey yang mementingkan kebahagiaan sahabat kecilnya dhea sampai mereka terjebak dalam sebuah rasa y...