Part 3 : Those new little things

568 20 0
                                    

Kyuyun’s

            Matahari menyingsing pagi harinya. Pagi ini dingin tapi sangat cerah, tipikal Korea sekali bukan ? akhirnya aku membuat secangkir kopi dan menyetel tv untuk menonton berita pagi. Setelah melihat jam, aku hanya bergumam seraya menyadari karena sekarang sudah pukul 9 pagi. Dasar Kyuhyun si bocah tukang tidur.

            Kemudian aku membuka pintu untuk memungut surat kabar yang tergeletak di atas keset yang ada tepat di hadapan pintu. Saat itulah aku melihat tetangga baruku.

            Nana sedang menyiram bunga yang digantung di sekitar lis atap rumah susun ini. Sesaat Nana menoleh padaku dan tersenyum, lalu kembali mengerjakan kesibukannya. Aku sendiri tidak ambil pusing lalu kembali memasuki rumahku.

            Beberapa saat kemudian pintuk rumahku diketuk tiga kali. Ah, aku tidak bisa mengira kalau kali ini Kimo atau bukan. Bayangkan, buruk sekali bukan ? dikelilingi tetangga yang merepotkan.

            Ketika aku membuka pintu, wanita baru itu muncul di hadapanku.

“Apa ?”, tanyaku cuek.

“Mangkuk milikku. Kembalikan”, jawab Nana tidak kalah dingin. Perlahan aku ingat rasa sup asparagus buatannya. Aku berdehem, lalu masuk ke dalam untuk mengambil mangkuknya.

“Ini”, ucapku sambil menyodorkan mangkuknya, kemudian langsung menutup pintu rumahku tanpa berkata apa-apa lagi setelahnya.

***

    Nana’s

            Cowok sialan itu langsung menutup pintunya tanpa bilang terimakasih ??? Daebak, dia bahkan lebih buruk dari keledai!!

            Aku mendengus kesal, lalu kembali ke rumah karena tidak bisa melakukan apa-apa lagi pada si keledai dungu ini.

            Keningku berkedut hebat ketika mendapat telepon dari ibu setelah tiba di dalam rumah. Ada apalagi ini ?

“Halo”, jawabku.

“Nana! Kamu lagi dimana ? persediaan uang ibu abis, Rex harus sekolah sementara ayahmu kerjanya nggak bener!”, cerocos ibu.

“Emangnya ayah kerja apaan lagi bu ?”,

“Dia ikut proyek gitu, katanya sih bakal untung gede!”, aku menghela napas berat.

“Uang pegangan ayah kemana emangnya ?”,

“Ya dipake buat kerja lah Na”,

“Bu, kerja yang bener-bener aja kenapa sih ? kenapa ibu juga nggak kerja ? jadi guru merajut gitu. Ibu kan pintar merajut”,

“Halah, sudah-sudah, ibu nggak mau denger. Transfer uang sekarang ya!”, klik! Telepon terputus.  Aku kembali menghela napas, inilah alasan kenapa aku pergi jauh-jauh ke Mapo dari rumahku yang berada nun jauh di Mokpo.

            Keluargaku adalah keluarga yang terbentuk tidak terlalu baik pada awalnya. Ayah dan ibu bertemu di sebuah bar, dan (mereka bilang) mereka jatuh cinta, kemudian mereka menikah setelah sebulan saling kenal. Ternyata setelah menikah, ayah terlibat banyak hutang yang dibuatnya untuk membayar mas kawin pernikahan dan juga segala pesta perayaan. Aku bertaruh awal mulanya terasa sangat manis.

            Hingga kini pun, ibu dan ayah sudah tidak pernah tidur bersama lagi karena masalah yang tak kunjung selesai itu. Gali lubang tutup lupang, pinjam uang bayar hutang, dan begitu seterusnya. Dan ibu menyarankan agar aku merantau dari wilayah ikan itu. Aku menyanggupinya. Dengan sisa uang ibu, aku meminjam beberapa won uang ibu dan aku berjanji akan menggantinya.

            Aku juga sudah mendaftarkan diri untuk sekolah di sini. Aku mendaftar di Dong-Pyeong dan syukurlah aku langsung bisa mulai Senin nanti. Ayolah, semuanya akan menyenangkan, percaya padaku Hana!

            Tiba-tiba pintu rumahku diketuk oleh seseorang. Apalagi deh, ini baru jam 12 siang.

“Oh, Nana, bisa aku pinjam hair-dryer ?”, Kimo bertanya begini ketika aku membukakan pintu.

“Hair-dryer ? untuk apa ?”, siapa yang tidak kaget mendengar seorang laki-laki meminjam hair-dryer seorang wanita.

“Umm, begini, nanti malam, aku ada acara keluarga….”, aku menatapnya dengan tatapan menanti, “Jadi, kurasa aku harus merapihkan rambutku”, kini aku tersenyum, menyadari bahwa rambut Kimo sangat berantakan dan sedikit gondrong.

“Kecuali jika kau mau membantuku”, lanjut Kimo.

“Membantumu….. berdandan maksudnya ?”, Kimo mengangguk, aku tergelak sedikit, “Baiklah, jam berapa acara keluarganya ?”, sahutku antusias. Kurasa laki-laki ini butuh bantuan, dan dia baru saja meminta bantuanku, tidak ada salahnya kan ?

“Jam 7 malam di hotel Renaissance Seoul”, whoa, termasuk hotel bintang 5.

“Baiklah, sekarang masih jam 12, makan malammu masih lama bukan ?”, Kimo mengangguk,

“Tapi, aku belum siap-siap apapun”, sungguh, jika kau melihat wajahnya saat ini, Kimo kelihatan sangat kebingungan. Sepertinya ia baru mengikuti makan malam keluarga ini.

“Baiklah, aku akan membantumu mencari baju, dan membantumu bersiap-siap untuk makan malam keluarga”, ucapku akhirnya, disambut dengan tatapan berbinar Kimo.

“BAIKLAH!!! Oh, astaga sungguh terimakasih Ji Hana!!”, pekik Kimo sambil merengkuh kedua bahuku dengan tangan besarnya, kemudian ia berlari kembali ke rumahnya.

            Haha, aku berhasil bersahabat dengan tetanggaku yang satu ini.

30 days to know youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang