Kyuhyun’s
Malamnya, aku sulit tidur. Nana menangis sambil memukul-mukul dinding rumahnya, oh, ayolah, rumah kami sebelahan, kebayang kan berisiknya kayak apa kalau dinding dipukul-pukul seperti itu ? suara tangisannya pun kedengaran sekali.
Akhirnya aku keluar rumah dan mengetuk pintu Nana.
“KELUAAAR!!!”, teriak Nana. Aku kembali mengetuk, barulah pintunya terbuka. Kau tahu bagaimana rasanya ? rasanya aku adalah orang terjahat di dunia yang telah membuat tetangga baruku ini menangis sampai wajahnya basah semua.
“Ngapain kesini ?”, ketus Nana.
“Diamlah, kau mengganggu tetangga”, balasku.
“KAULAH YANG MENGGANGGU TETANGGAAA!!!”, Nana berteriak lagi lalu membanting pintu rumahnya. “PERGI KAU KELEDAAAAIII!!!”, teriak Nana dari dalam rumah. Oh ayolah, it’s going worst.
Lalu aku tidur di malam terburuk bulan September.
***
Pagi harinya, seseorang mengetuk pintu rumahku. Ah, aku merasa kali ini bukan Nana yang mengetuk pintu. Dan itu benar, it’s Kimo.
“Hai, ada apa ?”, sapaku dengan nada mengantuk.
“Kau baik Kyu ?”, tanya Kimo. Aku mengangguk sambil garuk-garuk kepala.
“Sungguh ? lalu ada apa dengan tetangga baru kita ?”, Kimo mulai menginterogasi.
“Oh jadi kau membelanya sekarang ?”, sebelum Kimo membalas ucapanku, aku melihat seseorang muncul dari arah tangga dengan kemeja biru tuanya, sedang menyeret satu buah gas untuk memasak dengan kereta. Wajahnya sudah tidak terlalu sembab seperti semalam.
“Morning, gentlements”, sapa Nana ketika melewati kami tanpa menatap.
“Morning. Kau akan memasang gas ?”, tanya Kimo. Nana membuka pintu, matanya tidak menatap aku atau Kimo.
“Ya, gasku habis”, jawab Nana singkat.
“Kau bisa melakukannya ? Jika tidak kau bisa….”, belum selesai Kimo bicara, Nana sudah menyelanya, “Aku bisa melakukannya Kimo. Terimakasih”, ucap Nana sambil menatap Kimo, lalu menghilang di balik pintu rumahnya.
Kimo kembali menatapku sinis, sementara aku membalasnya dengan tatapan’apa ?’
“Kau kacau Kyu”, ucap Kimo. Ah, bodo amat deh.
***
Kimo’s
Gue rasa ada yang salah sama tetangga gue yang satu itu. Yah, walaupun gue nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka berdua, tetep aja berasa ada yang nggak beres sama Nana. Iya tahu, gue belom kenal Nana genap seminggu, tapi as far as I know her, dia anak yang baik, ramah, dan penolong.
Satu lagi nilai plusnya, dia pintar memilih. Seleranya bagus, orangtua gue semalam kaget karena dandanan gue yang mecing abis, dan menarik perhatian. Kemarin rasa sup asparagusnya nggak kalah enak sama sup-sup yang dijual di restoran.
Akhirnya, gue mencoba untuk menghibur tetangga baru ini.
Gue mengetuk pintu rumahnya dan Nana membuka pintu.
“Hai, lagi sibuk ?”, tanya gue, Nana menggeleng.
“Tidak, ada apa ?”, tanya Nana.
“Hmm, just wondering, mau jalan bareng nggak ? kau sedang membutuhkan sesuatu ?”,
“Sebenarnya iya. Aku mau cari alat tulis dan buku baru. Besok aku sekolah”, oh, jadi dia masih sekolah ?
“Kau masih sekolah ? kelas berapa ?”,
“Tentu saja, aku masih umur 17 tahun.umm, maaf aku memanggilmu dengan nama, harusnya aku memanggilmu oppa”, well, sebenarnya tidak masalah kalau Nana merasa lebih nyaman memanggil dengan nama.
“Oh, tenang saja Nana. Aku tidak keberatan kalau kau memanggilku Kimo saja”,
“Hmm, lebih baik. Bahkan kau lebih baik dari Kyu”, ucap Nana dengan nada mengejek.
“Whoa, sepertinya anak itu mengintimidasimu berlebihan ya”, balas gue, dan Nana mengangguk.
“Anak itu seperti keledai”, gue ketawa mendengar ucapan Nana, baru kali ini ada yang berani mengejek Kyuhyun.
Setelah bersiap-siap, gue dan Nana melesat menuju toko buku terdekat di Mopo.
***
Kyuhyun’s
Huh ? mereka jalan berdua lagi ? oke tidak masalah, kenyataannya cewek itu tidak belajar dari kata-kataku.
Tiba-tiba aku teringat tingkahku kemarin. Apa aku kelewatan ? memangnya siapa aku bisa menilainya ? aku bahkan belum mengenalnya genap seminggu. Oh ayolah, kurasa Kimo benar, aku punya masalah kepribadian.
Aku melangkah keluar rumah, berjalan menuju supermarket terdekat. Tahu-tahu terpikirkan untuk membeli ramyun untuk Nana. Kuharap dia mau memaafkan ucapanku kemarin.
***
Setelah membeli 6 bungkus ramyun, aku menunggu Nana pulang. Dan mereka (Kimo dan Nana) tiba di rumah pukul setengah 6. Waktu senja yang sempurna untukku. Aku selalu keluar dan minum jahe jam segini, tapi, kali ini aku ingin melakukan sesuatu yang lain.
Aku membuka pintu dengan sebelah tangan memegang segelas jahe dan tangan satunya menenteng kantong pelastik berisi ramyun. Tapi aku malah melihat Nana dan Kimo sedang berbincang di depan rumah Nana.
“Makasih banyak ya buat hari ini”, ucap Nana. Aku menguping.
“Sama-sama, sudah merasa lebih baik kan ?”,
“Tentu saja! Terimakasih sudah mentraktirku belut barbeque. Lain kali aku yang traktir”, kurasa kau habis bersenang-senang huh, Nana ?
“Baiklah, senang bisa menghiburmu”, ucap Kimo.
“Kau yang terbaik Kimo”, balas Nana.
“Oh iya, ini, nanti ramyunmu kebawa sama aku”, ucap Kimo. Mataku membelalak, ramyun ?
Aku mengintip sedikit, Kimo menyodorkan sekantong pelastik ramyun pada Nana. Masa iya aku memberikannya ramyun lagi ?
Kyu, kali ini aku mengaku kalau kau sama bodohnya dengan keledai.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 days to know you
Fanfiction-Kyuhyun's- Aku kedatangan tetangga baru. dia menjengkelkan. aku yang tinggal sendiri kerap kali terganggu dengan tingkahnya yang sembrono. Well, itu sebelum aku mengenalnya lebih lebih. Tunggu ? apa ini ? aku ingin mengenalnya ???