Part 8 : We fight again, aren't we ?

327 15 0
                                    

Nana’s

            Kami tiba di rumah pukul 10 malam. Aku menyuruh Kimo masuk duluan, dan dia mengucapkan terimakasih padaku karena telah menghargai perasaan dan makan malam bersamanya. Aku mengangguk sembari mengucapkan, “Sama-sama Kimo”, Kimo tersenyum kemudian menatapku penuh arti.

“Terimakasih, tetanggaku yang baik”, ucapnya lalu melangkah dan mendekapku dalam pelukannya yang hangat. Aku membalas pelukannya, tidak, bukan karena aku menyukainya, tapi karena aku menghargai perasaan dan ini sebagai tanda maafku karena tidak bisa membalas perasaannya.

“Istirahatlah, Lee Kim Woo”, ucapku di akhir pelukan kami. Dia tersenyum,

“Jangan khawatir, kau boleh memanggilku Kimo saja kok”, aku membalas senyumnya,

“Kau juga boleh memanggilku Nana, Kimo”, lalu Kimo memasuki rumahnya.

            Koridor rumah susun sekarang sepi. Hanya terdengar suara jangkrik dan angin malam yang dingin. Aku merapat ke balkon koridor, menatap langit berbintang. Apa kabar keluargaku di Mokpo ?

            Tiba-tiba suara pintu terbuka, membuatku menoleh, itu Kyuhyun.

“Hei, belum tidur ternyata”, tegurku. Tapi Kyu yang memakai kaus garis-garis diam saja sambil melangkah ke sebelahku.

“Gimana makan malamnya ?”, tanya Kyu. Aku menghela napas, “Unbelievable”, jawabku.

“Kalian berkencan ?”, aku menatap Kyu sekarang, “Tidak, tentu saja tidak”, jawabku sejujur mungkin. Tapi Kyu malah terkekeh, “Lantas pelukan apa tadi ?”.

            Kini aku menatap keledai itu sungguh-sungguh. Apa dia melihat semuanya ?

“Kau penguntit ya ternyata”, cibirku, “Itu tidak seperti yang kau pikirkan Kyu”, lanjutku.

“Lantas apa ? kau baru saja memeluk laki-laki yang baru seminggu kau kenal”,

“Dan kau baru saja menilai seseorang yang baru seminggu kau kenal”, balasku menatap matanya dengan kesal.

“Inilah susahnya bicara dengan wanita murahan”, cibir Kyuhyun, aku melayangkan sebuah tamparan di pipinya. Mulai menangis lagi.

“Inilah susahnya bicara dengan keledai”, gumamku. Aku bisa lihat matanya menatapku kaget.

            Ketika aku melangkah untuk memasuki rumahku, Kyu menarik lenganku kasar.

“Ini, kurasa ini milikmu”, ucap Kyu sambil memberikan sepucuk surat. Aku langsung membuka surat itu di depannya. Surat dari ibu, ayah masuk rumah sakit ??

            Aku berlari menuruni tangga sambil mengusap airmataku yang tambah membanjir. Berlari menuju persimpangan jalan yang tidak jauh dari sini. Di sana ada deretan telepon umum dan supermarket yang ada ATMnya, setelah menransfer uang sebesar 1000 won, aku berlari menuju telepon umum untuk menelepon ibuku.

“Halo ? Bu ??”, tanyaku khawatir.

“Nana ? kemana saja kau! Kutunggu kiriman uangmu”, sahut ibu.

“Maafkan aku bu, suratnya nyasar ke tetangga sebelah. Aku sudah kirim uangnya 1000 won”,

“Baiklah nanti ibu ambil uangnya ya nak”,

“Bagaimana keadaan ayah ?”, walaupun mereka tidak begitu baik, mereka tetap ayah dan ibuku.

“Baik-baik saja, sudah membaik”, tiba-tiba aku mendengar sesuatu di seberang sana selain suara ibuku. “Aku pulang sayang! Ada barang baru….”, disusul dengan suara ibu, “Sssshhhh, diamlah”, yang setengah berbisik namun tetap terdengar olehku.

“Bu ? itu ayah ? habis darimana ?”, cecarku, mencium bau yang tidak beres.

“Bukan, itu… umm… paman Neji. Sudah dulu ya Nana, daaaah”, klik. Sambungan terputus. Apa yang terjadi ?

            Aku berjalan lunglai dan akhirnya menggelosor di atas trotoar yang sepi. Mulai menangis. Merutuki diri sendiri.

“Tuhan, uangku tinggal 500 won lagi, aku harus apa”, ucapku sendirian.

“Harusnya aku nggak langsung kirim uang karena… harusnya… aku sudah tahu”, aku benar-benar tidak tahan dengan ini. Entah aku akan setahan apalagi kalau ada di Mokpo.

            Tiba-tiba seseorang berdiri di hadapanku yang masih terduduk lemas di atas trotoar pukul 10.30 malam. Aku mendongak, itu Kyuhyun.

            Entah apa tanggapannya melihat wajahku basah semua dengan bibir yang terus terisak. Penampilanku pasti kacau sekarang, lebih kacau dari suara Kimo tempo hari.

“Kau baik-baik saja ?”, tanya Kyu. Sungguh, kalau aku berani aku akan minta dia untuk membawaku pergi dari sini.

“Kau butuh bantuan ?”, tanya Kyu lagi. Kemudian ia mengulurkan tangannya padaku seraya membantuku berdiri, tapi, yang kulakukan malah menggenggam tangannya.

“Bisakah kau bawa aku pergi dari sini Kyu ? kumohon”, pintaku akhirnya, mulai menangis lagi.

            Aku tidak mengingat apalagi kecuali suara tangisku dan kepalaku yang menunduk. Kemudian aku merasa Kyu menarik genggaman tanganku dan membantuku berdiri di sebelahnya. Dengan tangan kami bertautan, dia bilang,

“Setidaknya kau pulang dulu. Di rumah lebih aman”, ucapnya. Aku mengisap ingusku yang belepetan dengan sebelah tangan.

“Makasih, Oppa”, ucapku dengan suara parau. Genggaman tangan Kyu dipererat.

“Kyu. Itu sudah cukup”, balasnya. Aku mengangguk.

            Sejenak aku bersyukur memiliki Kyuhyun dan Kimo sebagai tetanggaku.

***

Kyuhyun’s

Kalau dipikir lagi, semenjak kedatangan cewek ini, hidupku semakin berubah saja. Aku mampu membuka diri padanya, aku mulai peduli, aku mulai ingin melindunginya. Apalagi melihatnya menangis seperti ini. Pertama kali aku melihatnya menangis adalah karena ucapanku. Barusan dia juga menangis karena ucapanku ditambah dengan keadaan orangtuanya. Kurasa keluarganya terlibat masalah dengan uang atau sejenisnya.

         Aku mengantar Nana sampai di depan rumahnya. Dan aku baru sadar kalau daritadi tangan kami berpegangan.

“Makasih lagi, Kyu”, ucap Nana lelah.

“Kapan aku pertama kali membantumu hah ?”, cibirku.

“Entahlah, pikiranku kacau”, balas Nana.

“Besok kau sekolah ?”, tanyaku. Nana mengangguk, “Tentu, sekalian aku mau cari kerja part-time”, aku tertegun menatapnya yang sudah membuka pintu.

“Kau juga sekolah kan ? istirahatlah Kyu, besok kita berangkat pagi”, suruh Nana, aku mengangguk.

“Selamat malam, Kyuhyun-ssi”, ucap Nana, kemudian terdengar bunyi ‘blam!’ tanda pintu rumahnya sudah tertutup. Ketika lampu rumahnya mati, baru aku kembali ke rumahku untuk beristirahat.

-----------------------------------

m/s

Nah, soal tempat-tempat yang aku sebutin di ff ini dan yang sebelumnya itu memang bener-bener ada di tempat aslinya. kalo di sini, sekolah SMA Dong-pyeong dan Yeongnam university juga bener ada. hasil googling korea nih -_- soal restoran belut dan hotel itu juga bener. okeeey keep reading ya guys :) jangan lupa VOOOTEEEE!!! :"''''') jebaaaaalll

30 days to know youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang