Part 6 : When everything is seen

432 18 0
                                    

Nana’s

             Ini adalah hari Senin. Hari pertama aku dimulai sekolah di Dong-Pyeong, kuharap tidak ada masalah serius di hari pertama aku sekolah hari ini.
       Setelah memakai jaket merah maroon dan celana bahan warna kremku, aku menyambar tas yang sudah berisi alat tulis juga buku lalu keluar rumah. Ketika sedang mengunci pintu rumahku, pintu nomer 16 terbuka, memperlihatkan Kyuhyun dalam setelan kemeja yang dibalut sweeter abu-abu. Tatapan kami bertemu.

“Morning”, sapaku sambil mencabut kunci dari lubangnya.
“Morning”, balas Kyu. Kurasa aku sudah tidak terlalu kesal padanya, aku pun harus memahami kalau Kyu adalah orang yang memiliki masalah kepribadian.
“Mau kemana ?”, see ? kemajuan hebat dari seorang Kyuhyun yang akhirnya bisa bertanya.
“Sekolah. Kau ?”, tanyaku.
“Kuliah. Mau bareng ?”, tet-tot, aku mulai ragu kalau ini kemajuan, atau kesalahan, atau human eror milik Kyuhyun.
“Memangnya kau kuliah dimana ?”,
“Di Yeongnam. Kau ?”,
“Dong-Pyeong. Naik kereta ?”, Kyu mengangguk, “30 menit untuk sampai ke Yeongnam, kalau kau, kurang-lebih sama”, aku mengangguk, berusaha tidak memikirkan tingkah anehnya ini.
“Baiklah, ayo, nanti telat”, dan kami berjalan bersama menuju tempat kami belajar.

            Di perjalanan, baik aku ataupun Kyu tidak ada yang benar-benar memulai pembicaraan. Kebanyakan aku yang menoleh ke kanan dan kiri mengagumi indahnya kota Seoul. Pagi-pagi saja penduduk sini sudah hilir mudik bekerja. Walaupun ada beberapa yang sedang mengajak jalan anaknya yang masih balita.

 “Kau kuliah di Yeongnam oppa ?”, tanyaku akhirnya membuka pembicaraan. Kyuhyun mengangguk, “Kau sendiri ?”,
“Aku sekolah di Dong-Pyeong, kuharap bisa cepat lulus”,
“Sudah kelas 3 kan ?”, aku mengangguk, “Oppa ?”, sejenak Kyu menatapku dengan raut wajah datar, lalu menjawab, “Hmm, kuliah semester 3 di Yeongnam”, aku mengangguk(lagi).
“Kau pulang jam berapa nanti ?”, tet-tot, entah ini tanda-tanda kiamat atau apa.
“Sekitar jam 3 sore, sepertinya”, jawabku sedikit gugup.
“Kalau begitu kutunggu di sini. Pulang sekolah langsung pulang”, kini aku yang menoleh dan menatap manusia keledai yang berdiri di sebelahku di dalam kereta.

            Tadinya aku ingin bilang, ‘Kau keledai yang lucu oppa’, tapi kuurungkan niat itu, simpan nanti saja. Toh Kyu tetap tenang dibalik earphone yang mendendangkan lagu.
           Mendadak aku terusik oleh suara serak yang entah berasal darimana. Aku menoleh ke kiri dan kanan untuk mencari siapa yang bersuara macam tenggorokan gatal seperti itu. Namun tatapanku berhenti saat kepalaku sedikit mendekat ke dada Kyuhyun. Suara serak itu berasal dari dadanya.
            Kyuhyun menatapku yang sedang menatap dadanya. “Apa ?”, ucapnya, aku menggumam sejenak, “Oppa, napasnya bunyi ya”, bisikku takut-takut. Tapi, justru Kyu malah tertawa sedikit, “Hmm, memang bunyi”, siap, berani taruhan kalau senyumnya melebihi manisnya senyum manusia. Itu senyum malaikat!

“Oppa, sakit ?”, tanyaku lagi. Sejujurnya aku sedikit takut dengan siluman keledai ini.

“Hmm, asma”, OH, JADI KYUHYUN PUNYA ASMA.
“Belum sembuh oppa ?”, oke, aku makin penasaran sama si keledai dungu.
“Ya, gitu deh. Lain kali saja. Udah mau sampe”, oke oppa, oke.

            Akhirnya kami tiba di stasiun yang sama. Namun beda persimpangan. Jadi, aku melambaikan tangan pada Kyu dan Kyu membalas lambaian tanganku (ajaib bukan ?), kemudian dia menghilang dari pintu keluar utara stasiun.
              Sebenarnya Kyu tidak seburuk itu, kurasa.

***

Aku menghela napas. Sekolahnya sangat menarik, banyak pohon, tamannya besar dan kantinnya lengkap. Walaupun tidak menyediakan makanan ikan seperti di Mokpo. Setidaknya, kimbapnya lezat. Dan mendadak aku tidak sabar untuk mendengar bell pulang.

30 days to know youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang