"Truth or Dare"

50 7 0
                                    

Bagian 6

" Asa, lo tau ngak," ujar Melsa yang berbisik-bisik kepada Asaika.

" Ngak."

" Ya kan belum gue kasih tau."

" Iya apaan?" tanya Asaika, tapi sekarang Melsa kembali focus pada pelajaran pak Hasan.

" Tunggu Pak Hasan lagi liat kearah kita," Melsa takut kalau pak Hasan tau mereka sedang mengobrol. Dalam pelajaran pak Hasan, ia paling anti sama siswa yang suka mengobrol, siapa yang ketahuan mengobrol atau pun bercanda, ia bakalan nyuruh orang itu untuk keluar dari kelasnya.

" Iya, emangnya apaan sih?" tanya Asaika lagi.

" Lo tau Fiva kan?" ujar Melsa ketika Pak Hasan lagi menulis di papan tulis.

" Iya gue tau, yang sekarang lagi pacaran sama si setres kan," jawab Asaika ke arah Melsa.

" Hah, tuh lo tau."

" Emang kenapa sih?" tanya Asaika yang semakin penasaran.

" Tadi dia..." Melsa tidak jadi melanjutkan perkataannya kepada Asaika karena sepasang mata sedang tertuju pada mereka.

" Heh. Lo kok diam sih, ceritain donk. Dia kenapa?" tanya Asaika sambil menggoyangkan kursi yang ada di depannya, yaitu kursi Melsa.

" Sitt.. tuh," kode dari Melsa.

" Apaan?"

" Asaika," teriak pak Hasan.

" Sa..saya Pak," jawab Asaika yang ketakutan.

" Kamu ngapain?" tanya Pak Hasan yang sepertinya sedang mengintrogasi Asaika.

" Anu..Pak."

" Anu-anu. Kamu ngapain nganggu teman kamu?"

" Ngak ada kok Pak. Saya cuman mau minjam pena aja, Pak," Ide yang timbul di kepala Asaika untuk berbohong.

" Kamu mau bohongin Bapak ya. Yang ada di tangan kamu itu namanya apa?" ujar Pak Hasan.

" Mampus gue," ujar Asaika dalam hati, ia sekarang sedang berusaha untuk mencari ide-ide lagi agar ia tidak mempunyai masalah dengan pak Hasan.

" Ohh ini, udah habis Pak, makanya saya mau minjam sama Melsa," ide-ide itu timbul saja di dalam benak Asaika.

" Ohh, ya udah," ucap Pak Hasan.

" Syukur deh," ujar Asaika yang merasa lega, karena pak Hasan percaya dengan alasannya.

" Syukur apaan?" ternyata suara Asaika terdengar sampai ke kuping pak Hasan.

" Ohh, syu..syukur aja Melsa mau minjamin penanya buat saya Pak," masih berbohong.

" Ya sudah, baiklah anak-anak kita lanjutkan lagi pelajaran kita," ujar Pak Hasan yang mengalaihkan pembicaraan.

" Untung saja," ujar Asaika yang sekarang dijamin ngak bakalan terdengar lagi oleh pak Hasan.

" Hmm."

Jam pelajaran pak Hasan pun telah berlalu. Syukur. Melsa pun menuju kursi yang kosong di sebelah Asaika. Asaika hanya duduk sendirian. Kata teman-temannya sih karna dia ketua kelas jadi dia deh yang dikasih duduk sendiri.

" Lo pintar juga ya, bohongnya," sindir Melsa.

" Hmm. Ngapain sih, lo ngomongnya ngak pas jam pelajaran pak Hasan habis aja. Kalau lo ngomongnya gantung gitu gue jadi penasaran. Lagian lo tau sendiri kalau pak Hasan itu orangnya gimana," keluh Asaika.

Afraid of Surprise [COMPLETED]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang