Bagian 19
Sekarang Asaika, mencoba menyadarkan dirinya. Bahwa apa yang ia liat itu tidaklah benar. Begitu juga dengan Rhohil, ia tak menyangka ini akan terjadi. Entah ini sebuah mimpi, mereka benar-benar tak menyangka. Begitu berat cobaan yang mereka hadapi.
Setelah semua teman-temannya pulang, Asaika segera menuju ke kamar oma untuk melihat kondisi oma. Ketika Asaika ingin membangunkan oma; oma ngak mau bangun. Asaika pun panic dan segera memanggil Rhohil.
" Rho.. sini!"
" Ada apa sih teriak-teriak?"
" Oma Rho..Gue bangunin tapi ngak mau."
" Becanda kan lo. Palingan oma kecapean," Rhohil yang mencoba santai menghadapi ini.
" Ngak gue ngak becanda." Asaika menarik tangan Rhohil untuk menuju kamar omanya.
" Oma.." Rhohil mencoba membangunkan omanya.
" Oma.. Bangun donk," dengan isakan tangis Asaika mencoba membangunkan oma.
" Oma, jangan becanda donk," Asaika mencoba memeriksa detak nadi oma.
" Rho. Pangil dokter aja kesini," putus Asaika.
" Iya lo tunggu dulu ya, gue telfon dulu."
" Cepat ya Rhho.."
" Oma.. bangun. Jangan takutin Asaika donk Oma." Asaika menangis sejadi-jadinya. Tak menunggu waktu yang lama Rhohil pun datang bersama dengan dokter.
" Dok, Oma saya kenapa dok?" Asaika yang begitu panic sekali.
" Hmm.." Dokter memeriksa Oma.
" Inalillahiwainnailaihirojiun.. Oma kalian udah ngak ada," kata dokter yang membuat seluruh tubuh Asaika lemah tak berdaya.
" Rho ngak mungkin kan? Ini cuman mimpi gue?" ujar Asaika sembari menagis tiada hentinya.
" Ngak Sa.. Oma udah ngak ada," Rhohil terus memeluk kakaknya ini.
" Oma.." teriak Asaika. Ia memeluk omanya yang sudah tidak bernyawa lagi.
" Oma. Kenapa tinggalin kami di saat begini? Kalau ngak ada Oma kita berdua mau tinggal sama siapa lagi?" mereka berdua menangis tak henti-hentinya.
Setelah melihat kenyataan pahit itu, Asaika hanya bisa diam. Ia tidak mau mengatakan sesuatu. Ia masih memandangi jenazah omanya yang terbujur di atas rumah. Semalaman ia lalui dengan menatapi jenazah itu. Ia tidak tidur sedikit pun.
Sekarang waktunya untuk upacara pemakaman. Asaika pun mengikutinya. Asaika ingin memberika hadiah terakhir untuk omanya. Hanya itu yang dapat ia berikan untuk saat ini selain doa. Begitu pun dengan Rhohil, ialah yang menjadi imam ketika jenazah omanya disholatkan. Begitu banyak orang yang melayat dan juga prihatin kepada Asaika dan juga Rhohil.
Sedari tadi Asaika tidak pernah beranjak dari makam omanya yang berada di sebelah makam opanya. Asaika belum makan sedikit pun, Rhohil sudah berusaha membujuk Asaika tapi dia tidak mau. Tidak ada yang mengerti perasaan Asaika saat ini melainkan Rhohil dan Raka. Raka pun juga hari sejak mendengar berita bahwa oma meninggal. Ia pun juga terluka atas kepergian oma.
Sekarang hujan melanda pemakaman Oma. Asaika yang tak mau beranjak pun kehujanan. Rhohil pun yang tak ingin membiarkan Asaika sakit; menariknya untuk pulang. Tapi Asaika juga tidak mau. Apapun yang dikatakan oleh Rhohil dan Raka, Asaika ngak pernah meresponnya. Ketika Raka membawakan paying, tiba-tiba Asaika pingsan tak sadarkan diri. Rhohil pun membawa Asaika ke rumah sakit terdekat untuk diberi pertolongan. Tangan Asaika begitu dingin, bibirnya pucat, yang membuat Rhohil dan Raka begitu khawatir. Rhohil berlari memasuki rumah sakit sambil berteriak memanggil dokter dan suster. Asaika pun dimasukan kedalam ruangan UGD. Begitu lama dokter di dalam ruangan tersebut yang membuat Rhohil semakin cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Afraid of Surprise [COMPLETED]✅
Ficção AdolescenteAsaika seorang gadis sederhana yang bertemu dengan cowok yang menjadi incaran kaum hawa. pertemuan yang berawal dari hal yang sepele. Menurut Asaika ,Sammy sangat lah aneh baginya. awalnya Sammy seperti memikili kepribadian ganda. begitu juga dengan...