"kau yang memaksaku, dude!" dan satu pukulan mendarat diwajah bundar milik—bekas—managerku ini. aku menutup mulut menggunakan tanganku, agar aku tidak berteriak tentunya.
"akan kupastikan bahwa besok kau sudah tidak menduduki posisi mu sekarang. akan kupastikan itu!" Joe mengatakannya dengan gigir terkatup rapat. Matanya memancarkan emosi yang meluap-luap. Tidak pernah aku melihat nya seemosi ini. wajah nya juga ikut memerah akibat menahan emosinya.
Sesaat dia mencengkram pergelangan tanganku dengan kuat dan menarikku keluar dari toko ini. mendudukkan ku dengan paksa dibangku penumpang dan memasangkan sabuk pengaman dengan kasar.
Didalam mobil aku tidak berani membuka suara sedikitpun. Aku takut berbicara dengan singa yang sedang kelaparan.
***
"Joe, kau mau makan tidak?" aku menyentuh pundak nya hati-hati. Takut akan dia mengamuk kepadaku. Daritadi pekerjaannya hanya berdiri dibalkon atas rumahku.
Semenjak pulang dari toko tadi, dia membawaku pulang kerumahku. Dia bersikeras untuk menginap dirumahku. Dan mau tidak mau aku mengizinkannya. Aku takut terjadi apa-apa dengannya diluar sana jika dia dalam emosi yang sedang memenuhi dirinya.
Dia menyentuh tanganku yang berada dibahunya. Hangat menjalar ditubuhku.
"aku benci jika ada yang menyebut orang yang kusayangi dengan kata-kata kasar." Dia? Menyayangiku? Mana mungkin. Dia menarik lembut tangannku dan membuatku otomatis berdiri disamping nya.
Menatapku teduh dengan kelembutan yang terpancar didalamnya membuatku tersenyum, "jangan khawatir. Manager bodoh mu itu sudah menjadi pengangguran untuk sementara waktu.." jelasnya sambil mengusap pipiku.
"bekas. Dia memecatku, ingat?" candaku. Dia terkekeh pelan lalu mencium keningku lembut.
"tunggu," aku menarik diriku menjauh satu langkah darinya, "kenapa bisa seperti itu?" tanyaku pada akhirnya.
"aku meminta ayahku untuk membeli toko tersebut dan mengganti nya dengan manager yang baru." Jawabnya simple.
"kau apa?! Astaga, Joe! Kenapa kau lakukan hal bodoh seperti itu?! kau tid--------" astaga! Kenapa dia selalu berhasil mencium bibirku? Dan bodohnya aku tidak bisa melakukan apapun!
Ingin aku menjauhkan diriku darinya saat ini. Tapi tubuh, otak serta hatiku selalu tidak sependapat. Tubuhku menginginkan untuk terus merasakan bibirnya. Otakku mengatakan bahwa ini salah. Tapi hatiku merasa luluh jika dia menyentuhku.
Tidak! ayolah sekali saja turuti otakku!
Aku mendorong dada nya agar dia melepas ciuman kami. Tetapi, dia malah menahan leher juga pinggangku. Mencegahku untuk lepas dari nya. ciuman lembut yang dia ciptakan membuatku tidak kuat lagi menopang berat badan ku sendiri.
Apa aku suka pada Joe? Atau aku hanya suka dengan ciuman yang dia berikan?
Masa bodoh! Persetan dengan otakku!
Aku melingkarkan tanganku dilehernya. Meremas rambutnya. Sadar akan aku yang membalas ciumannya, dia malah menghentikan ciuman kami.
"aku lapar. Ayo kita makan!" ajaknya dengan nada yang sangat biasa dan seolah kami tidak habis berciuman.
Astaga... apa yang baru kulakukan tadi?
***
"Zoe!" teriak Grace saat aku baru saja keluar dari mobil Joe, "hi, Grace!" aku melambaikan tanganku kearahnya yang sedang sedikit berlari kearahku.
"so, jadi kalian sudah resmi sekarang?" tanya Grace sambil menunjuk kami bergantian, "no, we're not.." jawabku meyakinkan nya.
"yet.." timpal Joe yang membuatku memberikannya sebuah injakan dari heels ku. dia langsung meringis kesakitan sambil memegang kakinya yang baru saja ku injak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Joe & Zoe [ON HOLD // Sugg's]
Teen FictionATTENTION : ONLY FOR 18 YEARS AND ABOVE! Mereka hanya sepasang manusia yang terbuai akan indahnya cinta.... Dan itu normal.