9. New York

746 22 3
                                    

Chapter 9 : New York



"Joe, tidak bisakah aku tinggal disini saja?" pintaku pada Joe yang sedang mengemasi pakaiannya, "ingat bahwa kau harus menuruti semua perkataanku. Dan sebaik nya juga kau berkemas. Atau kau mau ku kemaskan?" aku mendengus kesal mendengar nya kembali menjadi Joe si pemaksa.

Dengan terpaksa aku mengemas barangku. Kami akan pergi ke New York untuk beberapa hari. Kalau saja tidak mengingat perjanjian kami. Malas sekali rasa nya untuk terbang jauh ke belahan dunia yang jauh disana.

Kami keluar dari kamar masing masing entah kenapa kami bersamaan. Joe hanya dengan memakai kaus hitam dibalut dengan jaket kuliat hitam juga jeans dan sneakers yang berwarna hitam membuatnya tampak keren. Dan aku hanya memakai kemeja kotak kotak merah yang kubuka dua kancing paling atas, serta jeans dan flatshoes hitamku. Rambutku kubuat menjadi messy bun. So simple.

***

"AKU TIDAK MAU TAHU! AKU HARUS MENDAPATKAN DUA TIKET PENERBANGAN UNTUK SIANG INI!" bentak Joe kepada salah satu pegawai maskapai di bandara. Masalahnya adalah, tiket untuk penerbangan hari ini sudah habis. Dan Joe degan keras kepalanya ingin tetap melakukan penerbangan untuk hari ini juga.

Aku? Hanya duduk diam mendengarkan segala ocehan antara kedua insane ini. sungguh malang wanita itu, menjadi korban amarah Joe.

"ok, Mr. Edwards. Akan saya usahakan semaksimal mungkin." Kata pegawai itu dengan gugup, "cepat!" bentak Joe lagi. Wanita itu langsung berkutik dengan computer yang ada didepannya.

Joe duduk dengan gusar disampingku. Dia memijit hidung nya frustasi. Kucoba untuk menyentuh bahunya pelan-pelan agar dia tidak merasa terusik karenaku. Tapi dia malah melumat bibirku dengan rakusnya. Menarik tengkuk ku agar tidak bisa melepaskan pangutan bibirnya.

Aku melirik sekilas kearah wanita itu, dia sedang terkejut melihat Joe yang tiba tiba mencium ku. Joe melepas bibirnya dariku. Dia menatap tajam wanita itu dan dia langsung menunduk takut, "apa yang kau lihat?! Sudah kau dapatkan tiket untuk kami?" tanya nya penuh dengan amarah disetiap katanya.

"I'm so sorry, sir. Dan untuk tiket, ada dua tiket yang tersisa. Tetapi, dua tiket itu tiket kelas bis----" belum selesai wanita itu berbicara Joe sudah memotong nya, "aku ambil itu! dan jangan kau kira bahwa aku tidak bisa membayar tiket kelas bisnis!"

"Joe, bisakah kau tidak memakai emosi mu?" tanyaku pelan. Dia diam. Bahkan terkesan seperti aku tidak berbicara sama sekali. Jika saja aku tidak ingat bahwa kakek ya barus saja meninggal? Sudah ku tending selangkangannya itu!

Selesai dengan pembelian tiket. Kami keluar dari kantor maskapai tadi dan Joe sempat menyebut wanit tadi dengan karyawan yang tidak becus. Semoga saja wanita tadi tidak menangis setelah kami pergi.

Walaupun dalam keadaan marah. Ketampanan Joe tidak bisa dipungkiri lagi. Banyak sekali wanita yang memperhatikannya. Tapi itu membuat nya malah merengkuh pinggangku. Membuat para wanita menatap iri kepadaku. Sayang, mereka tidak tahu kenyataan yang sebenarnya.

Aku hanya assistant nya.

***

Menatap pantulan diriku sendiri dikaca besar hotel. Memastikan apakah penampilanku sudah pantas atau belum. Rok sepanjang lutut, juga kemeja yang kumasukkan kedalam rok. Sepertinya sepatu boots cocok, karna disini habis diguyur hujan deras. Topi lebar serta kaca mata tidak ketinggalan. Dan semua serba berwarna hitam.

"Joe? Kau sudah selesai?" tanyaku sambil mengetuk kamar mandi. Dia sedang mandi sejak setengah jam yang lalu. Oh ya, kami tidur satu kamar. Tapi, tentu saja kamar hotel ini memiliki dua kamar. Kami tidak tidur satu ranjang.

Joe & Zoe [ON HOLD // Sugg's]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang