"saya terima nikahnya Kiana Anasya binti Mahesa Giandra dengan mas kawin seperangkat alat shalat dan emas seberat dua ratus gram dibayar tunai."
Caca bisa mendengar suara tegas Adam mengucapkan ijab kabul, ia melihat ibunya menangis.
"Ibu, kenapa nangis?"
Rani memeluk putrinya, ia tidak sanggup kalau Caca pergi darinya.
Ia menangkup wajah cantik putrinya yang kini sudah di make over oleh perias.
"Adek ingatkan pesan ibu?"
Caca mengangguk.
"Kita turun ya, temui suami adek?"
Caca mengangguk.
Rani menggandeng putrinya, kemudian ia membawa Caca ke samping Adam.
Pembawaan Caca sangat tenang, tidak seperti pengantin yang biasanya malu-malu.
Caca bukan tipe anak jaim, ia tampil seadanya.
Semua mata memandang takjub melihat kecantikan Caca, kecuali Adam.
Ia biasa saja.
"Sekarang, Anasya salam dulu sama suam,i ya?"
Caca menurut.
"Nah sekarang, suami silahkan cium kening istrinya."
Adam sedikit kaget, tapi ia tidak bisa mengelak karena semua tatapan mengarah kepada mereka.
Ia hampir lupa kalau hari ini dia dan Caca pemeran utamanya.
Selesai akad mereka menuju ke salah satu hotel berbintang, karena di sanalah resepsinya diadakan.
Hampir semua undangan yang datang dari kalangan pengusaha dan pejabat, mereka rekan bisnis Mahesa dan Adam juga kenal dengan mereka.
"Pak, balik yuk, Gue capek."
Adam menuntun Caca ke kursi di belakang mereka.
"Acaranya belum selesai, sabar dulu."
"Ck, kaki gue." Caca menunduk mengusap kakinya yang kram.
Ia sudah berdiri selama dua jam di pelaminan, meladeni ucapan selamat.
"Nanti saya pijat," ucap Adam.
Setelah acara selesai mereka masuk ke kamar hotel.
Sedangkan orang tuanya masih di bawah.
Setelah berganti pakaian, Caca berbaring.
Adam keluar dari kamar mandi, ia heran melihat posisi tidur Caca.
"Mana kakinya yang sakit?"
Caca yang memang belum tidur, mengangkat sebelah kakinya.
Anas menggeleng melihat sikap Caca.
Ia duduk di samping Caca. "Balik gih."
Caca menurut.
Namun matanya masih terpejam.
Adam memijat pelan pergelangan kaki sampai telapak kaki Caca.
Ia tersenyum tipis melihat Caca sudah tidur.
Setelah menyelimutinya, Adam ikut berbaring di samping Caca.
Ia tidur berhadapan dengan Caca.
Diperhatikan gadis di depannya yang kini sudah menjadi istrinya.
Bisakah ia memberikan hatinya pada gadis ini?
Adam memejamkan matanya, ia tidak ingin memikirkannya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA BERSELIMUT TASBIH ✔
RomanceJUDUL AWAL ISTIKHARAH CINTA Harga novel 80.000 PART SUDAH TIDAK LENGKAP KARENA KEPENTINGAN PENERBIT. Bulan dan bintang tidak pernah menyatu, tetapi mereka selalu beriringan. Namun kita? Tidak bisakan engkau menjadi bintang yang selalu berada di sisi...