💕13💕

2.4K 275 10
                                    

Caca masuk ke rumahnya mengacuhkan Adam.

"Mas, ke apartemen saja."

Adam menarik tangan Caca dan membawanya ke sofa.

"Mas telepon, kamu di sini."

Adam mengambil ponselnya dan mendial nomor Ibu Firda.

Tidak peduli ini sudah larut malam.

"Assalamualaikum Bu," sapa Adam saat panggilan tersambung.

" ... "

"Maaf, Bu. Mengganggu malam-malam."

"..."

Adam mengunci netra Caca.

"Saya minta maaf tidak bisa menampung Firda, karena ..." Adam mengalihkan pandangan dari Caca. "Saya sedang di luar kota."

Caca meninggalkan Adam.

Ia baru tahu lelaki ini bisa berbohong.

"Ya sudah Bu, saya cuma mau memberitahu."

Adam menyusul Caca ke kamar.

Ia melihat Caca berbaring membelakanginya.

"Maaf, kalau Mas buat kamu kesal."

Adam duduk menghadap punggung Caca.

"Aku tidak tertarik dengan permintaan maaf, Mas." kata Caca.

"Mas sudah memenuhi keinginanmu, Ca."

Caca bangun dan duduk berhadapan dengan Adam.

"Keinginanku?"

Adam mengangguk.

"Kalau Mas mau, Mas bisa bawa ke apartemen." Caca menatap tajam wajah Adam, namun ia masih tenang. "Kalau perlu, ke hotel."

Adam mengeratkan rahangnya.

"Kamu pikir Aku lelaki apa?"

Caca memgendikkan bahunya.

"Aku baru tau Mas bisa berbohong, Aku tidak tau apa lagi yang bisa Mas lakukan."

Adam bangun.

Ia ingin keluar.

"Kalau Mas keluar dari rumah malam ini, Aku yakin besok Mas bakalan berurusan dengan Ayah."

Adam mengepalkan tangannya.

"Bukankah Mas menikahiku karena keinginan Ayah? Wajarkan, kalau Aku minta Mas tinggal?"

Caca tertawa pelan melihat ekspresi Adam.

Ini tidak seberapa menurutnya.

"Maaf kalau Aku ngandelin Ayah, Aku mau mengikuti jejak suamiku yang patuh pada Ayah mertuanya."

Adam berbalik.

Ia belum tau sisi lain dari istrinya.

Ia hanya tau Caca anak geng, cuek dan keras kepala.

Adam juga bukan orang yang terlalu peka.

"Mungkin, Mas menganggap pernikahan ini semu, tapi tidak bagiku." Caca menelisik raut wajah suaminya.

"Sesuatu yang sudah menjadi milikku, tidak akan pernah menjadi bagian orang lain, sekalipun itu kekasihmu."

Mata Adam berkilat.

Ia berusaha mengendalikan amarahnya.

"Aku tidak bisa jamin kalau Mba Firda ke sini ngak akan terjadi apa-apa."

Caca mendekat.

Ia berjinjit dan membisikkan sesuatu di telinga Adam.

"Aku juga tidak menjamin hidupku."

CINTA BERSELIMUT TASBIH  ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang