Caca duduk berhadapan dengan Rani dan Mahesa, sedangkan Adam masih di kamar mandi.
Mehesa berdeham.
Caca melihat Rani berniat ingin minta tolong saat ia di hakimi Ayahnya.
"Ayah pernah gagal menjagamu," ucap Mahesa menatap putrinya. "Jadi,biarkan Adam mengambil alih tugas Ayah tanpa rintangan yang sengaja kamu buat."
Caca menunduk.
"Jangan buat Ayah menyesal, dengan keputusan Ayah yang menikahkanmu dengan Adam."
Rani yang semula duduk di samping Mahesa pindah ke samping Caca.
Rani menatap intens putrinya.
"Kami pucat Dek, sakit?"
"Hah?"
Rani meraba dahi Caca.
"Tapi nggak panas," gumamnya.
Wajah Caca merah, saat mengingat pertempuran panas mereka dua jam yang lalu sebelum orang tuanya datang.
"Paling kurang darah, Bu." Caca beralibi dari pada ia mengatakan yang sebenarnya.
Rani mengangguk.
Adam menghampiri mertua dan istrinya di ruang tamu.
"Kenapa telpon Ayah tidak diangkat, Dam?"
Adam melihat Mahesa yang menatapnya.
"Ayah menelpon?"
Mahesa menatap menantunya.
Adam melirik Caca sebelum menjawab pertanyaan Mahesa.
"Maaf Ayah, Aku nggak tau."
Rani dan Mahesa saling tatap.
"Terus, Ibu yang gedor-gedor pintu dari tadi kalian nggak dengar juga, kalian ngapain sih?"
Adam terbatuk mendengar pertanyaan Rani, sementara Caca menggigit ujung kukunya.
"Ih, jorok loh Dek." Rani menepis pelan tangan Caca.
Mahesa menatap Adam dan Caca bergantian.
Dalam hati ia tersenyum geli melihat mereka.
Ia yakin, Adam tidak akan mengecewakannya karena hari ini ia sudah melihat sendiri bukti Adam dan Caca sudah saling membuka diri.
"Dek, kamu mulai pakai hijab deh."
Caca menatap horor ibunya.
"Kalau Caca disuruh hijaban, Adam?" tanya Mahesa yang mengerti maksud istrinya.
Adam melihat bingung kedua orang tua itu.
"Sorban aja gimana, Mas? Pasti cakep."
Tawa Mahesa pecah mendengar jawaban putrinya.
Sekalipun ia akan segera menimang cucu, baginya Caca tetaplah putri kecilnya.
Adam tidak mengerti arah pembicaraan mertuanya.
"Ayah ke sini karena mendengar dari Pak Ayyub kamu nggak masuk, makanya Ayah telpon tadi."
"Maaf Yah, Mas Adam tadi kesiangan."
Adam ingin menyumpal mulut Caca yang tidak tau tempat, bagaimanapun di hadapannya kini ada mertuanya, jadi ia harus menjaga image-nya.
Mahesa melihat menantunya yang salah tingkah.
"Tapi kamu taukan Dam, hari ini kamu ketemu klien dari Sulawesi?"
Adam mengangguk. "Maaf Yah."
"Apa Caca melarangmu ke kantor?" selidik Mahesa.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA BERSELIMUT TASBIH ✔
RomanceJUDUL AWAL ISTIKHARAH CINTA Harga novel 80.000 PART SUDAH TIDAK LENGKAP KARENA KEPENTINGAN PENERBIT. Bulan dan bintang tidak pernah menyatu, tetapi mereka selalu beriringan. Namun kita? Tidak bisakan engkau menjadi bintang yang selalu berada di sisi...