💕19💕

2.3K 229 8
                                    

Khalil mengantar Caca ke rumahnya setelah mampir di rumah Mahesa, karena Adam baru saja pulang.

Caca membuka pintu rumahnya, lampu ruang tamu sudah dinyalakan.

Dan ...

... Adam duduk di sofa.

Ia tidak melihat Caca, kedua tangannya menyangga dagu dengan pikiran berkelana.

"Duduk."

Caca menurut, ia tidak takut.

Sekalipun tadi Mahesa sudah menceramahinya.

"Sudah ke rumah Ayah?"

"Udah."

Adam pindah posisi, yang tadinya duduk berhadapan, kini sudah di samping Caca.

"Capek?"

"Jangan dekat-dekat, Mas."

Adam tersenyum geli, ia menggenggam tangan istrinya sambil memperhatikan raut wajah Caca.

"Kenapa? Mual lagi?" tanyanya saat melihat Caca ingin beranjak sedangkan tidak ada ekspresi Orang yang menahan mual di sana.

Caca mengangguk.

Ia melepaskan tangan Caca, namun dalam hitungan detik ia sudah memeluknya.

Caca terkejut dengan perlakuan Adam, sudah dua bulan ini ia tidak pernah bersentuhan dalam arti yang sebenarnya dengan Adam.

"Lepasin Mas," Caca memukul punggung Adam.

Bukannya melepaskan, Adam semakin mengeratkan pelukannya.

Ia mencium puncak kepala istrinya.

"Kalau mau muntah, di baju Mas aja."

Caca mendesis.

Adam menguraikan pelukannya, ia menatap dalam wajah Caca.

"Mas kangen banget sama kamu, kamu menghindar terus Ca, mas harus gimana?"

Caca membalas tatapan Adam. "Aku nggak tuh."

Adam mengerti respon yang diberikan Caca, ini masih berhubungan dengan kejadian tadi siang.

"Tadi ngapain ke kantor?" tanya Adam mencoba mengajak Caca bicara.

"Kenapa? Keganggu ya?"

Adam mengerutkan keningnya. "Kita udah bahas itu Ca, mas tanya ngapain kamu ke kantor?"

"Salah ya istri nyusul suaminya?"

Adam tidak suka dengan nada bicara Caca.

"Nggak, cuma tidak biasanya kan kamu seperti ini?"

Caca mendengus, lebih baik ia masuk ke kamar.

"Mas belum selesai ngomong," kata Adam pelan tapi tegas.

Caca mengabaikan perintah Adam.

"Kamu mulai tidak sopan sama mas, Ca."

"Aku capek mau tidur."

Adam menghela nafas saat Caca sudah masuk ke kamar, mungkin ia harus lebih bersabar lagi.

Namun saat ia menyusul, kemarahan yang sedari tadi ditahannya, tersulut juga.

"Katanya ngantuk, kenapa malah main hp?"

Tidak ada jawaban.

Adam mengambil hp Caca, tanpa melihat terlebih dahulu ia langsung menonaktifkan.

"Kalau suami ngomong ditanggapi, bukan didiamin."

Caca menatap datar suaminya. "Kenapa sih marah-marah, perasaan tadi sama Firda santai aja."

CINTA BERSELIMUT TASBIH  ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang