Aku membaca sebuah postingan yang ditandai untukku.
Kamu mengucap barakallahu
Aku mengucap berkah dalem.
Kamu mengucap Alhamdulillah
Aku mengucap Puji Tuhan. Dalam satu langit kehidupan yang sama.
Kamu mengucapkan Bismillahirrahmannirrohim,
Aku mengucapkan in nomine patris. Dalam satu tarikan nafas yang sama.
Aku membetulkan letak frame kacamata ku yang sedikit turun dari hidungku.
Sesak rasanya membaca sebuah postingan yang ditujukan untukku dari seseorang yang aku sayang selama lebih dari dua tahun ini.
Perbedaan usia, perbedaan adat istiadat dan keyakinan agama yang kami anut, membuat kami lelah untuk melangkah.
Aku tak mungkin menanggalkan kodrat ku sebagai wanita muslimah, hijabku dan keimananku.
Dan aku tak mungkin memaksa seseorang yang aku cintai mengikuti keyakinanku.
Aku tahu..
Tak ada yang bisa menyelamatkan cinta kami.
Sebegitu mudahnya mereka mempersalahkan jalan yang sudah aku jalani lebih dari dua tahun ini.
Seandainya aku bisa menjadi seseorang yang menyakiti orang lain, mungkin semudah itu aku dan dia pisah sejak duluh.
Atau sebaliknya.
Kenapa dia terlalu sempurna buatku?
Kenapa dia justru tidak mempunyai celah untuk kutinggalkan..
Mungkin ini jalan Tuhan menciptakan segala rasa, atau justru aku dan dia sudah menyalahi jalan takdir?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Tuan Popeye (Surat Cinta Berkala)
FantasySebuah kisah Romantis lewat surat cinta berkala yang ditulis Sharena kepada Dimas, keisengan Sharena yang mengikuti kompetisi menulis surat Cinta untuk seseorang yang tidak dia kenal sebelumnya. Dimas pun secara tidak sengaja menemukan surat yang d...