12-Langkah Berikutnya

26 0 0
                                    

I don't know but I believe

That somethings are meant to be

And that you'll make a better me

Everyday I love you

(Boyzone)


Sepagi ini, aku sudah duduk di sebuah kafe di daerah jakarta selatan. Aku menunggu Dimas yang sedang ikut kebaktian minggu di gereja yang tak jauh dari kafe tempat ku berada.

Hari minggu biasanya adalah hari malas-malasan untukku. Aku biasa bangun pukul 13.00.Karena aku tidur setelah shalat subuh. Rutinitas kemalasan di hari minggu aku lakukan sudah hampir lebih dari 4 tahun.

Kalau ditanya apa yang aku lakukan sepanjang malam?

Aku bermain PlayStation.

Aku sangat senang bermain PlayStation, duluh waktu di palembang. Aku dan Saka selalu menghabiskan sepanjang waktuku untuk bermain PS.

Sampai pada akhirnya kedua orang tuaku membuat rental PS, setelah wartel kami bangkrut. Dan kemudian di lanjutkan sekarang rental Warnet dan Games online.

Untungnya aku tidak menurunkan laptop ku dari mobil saat kemarin akan keluar dengan Dimas. Karena di keramaian yang membisingkan ini, aku hanya ingin bermain games di laptopku.

Aku sudah menghabiskan 2 piring kentang goreng, 1 chicken, dan 1 burger. Air mineral yang tinggal setengah botol, dan kopi moccachino.

"Waah... Mantap kali Nyonya Dimas ini" Dimas datang dan langsung mencomot kentang goreng yang tinggal 2 helai tipis.

"Udah Dim.. " Tanyaku.

Dimas mengangguk, menarik kursi dan langsung duduk didepanku. Dimas menarik Alkitab di atas meja, di samping laptopku.

"Aku pesenin makan duluh ya.. " Ujarku yang melirik arloji ditanganku yang menunjukkan hampir pukul setengah dua belas.

"Nggak usah sayang.. Aku udah pesen kok" Ujar Dimas sambil menarik tanganku.

Aku duduk kembali, teringat panggilan Sayang dari Dimas barusan. Selama ini Dimas hanya memanggilku dengan namaku, atau nama panjangku atau Nyonya Dimas.

"Kamu lagi kesamber apa manggil aku sayang? " Tanyaku

"Nggak suka? " Dimas balik bertanya dan menatapku seperti semut merah yang menatapku curiga di lagunya Chrisye.

"Yah bukan gitu.. tapi... "

Waiter pun menaruh makanan yang dipesan Dimas di meja, dan mengambil sampah-sampah makananku.

Sebotol air mineral, Burger, dan kentang goreng.

"Ya udah jangan banyak bicara ntar aku cium nih" Dimas bercanda dan Waiter tersenyum melihat ke arahku.

Dimas lahap memakan makanan yang di pesannya, aku memperhatikan gerak bibir Dimas.

Seperti mimpi. Dimas memang kekasihku, kekasih terbaikku, dan semoga selamanya begitu.

Tapi, saat kulihat Alkitab disamping laptopku pikiranku kembali pada ketakutan.

Sebenarnya saat sebelum Dimas menyantap makanan nya, rasa itu semakin seakan membuat pedih.Saat kedua tangan Dimas menggenggam dan berdoa.

Aku biasa melihat keluarga Budhe ku, termasuk Jimmy berdoa sebelum makan dihadapanku.

Tapi saat Dimas yang melakukannya, ada rasa yang mendadak membuat pikiran ku melayang entah kemana.

Dear Tuan Popeye (Surat Cinta Berkala)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang