19-Kebahagiaan Yang Sesungguhnya

30 0 0
                                    

Bagiku kaulah yang membuat dunia indah

Mewarnai hari-hariku, sempurnalah jiwaku, bahagia bersamamu

Tibalah saatnya bunga cinta bermekaran indah

Menghiasi dunia untuk kita

Hatiku hilang di dasar samudera cinta

Ku temukan kembali saat kau menyinari hidupku

(Adera)

Tak terasa sudah 5 hari Dimas berada di bekasi bersamaku, dan hari ini Aku dan Hilda mengantar Dimas ke bandara. Dimas akan berangkat ke Makassar ke rumah Ayah dan Kakak nya yang beragama Islam. Keluarga Ayah Dimas semuanya tinggal di Makassar. Dan setelah dari Makassar, barulah Dimas kerumah ibu dan keluarga ibunya di Toraja, seluruh keluarga di Toraja beragama Kristen Protestan dan adik Dimas yang perempuan bernama Diani pun juga beragama Kristen Protestan.

"Diani kuliah kesehatan di Toraja, dia ngambil Akper. Dari kecil kalau kita lagi main bareng, Diani bagian ngerawat perban aku sama abang, waktu itu aku sama abang cita-cita nya sama pengen jadi tentara"

"Terus kenapa kamu nggak jadi tentara aja? "

"Waktu itu Papa nyuruh aku kuliah di Makassar aja, atau ambil pendidikan militer aja di Makassar. Aku kasihan sama Mama, Mama di Toraja cuma sama Diani, Diani mau SMP. Mama juga terkadang sedikit cemburu kalau aku ikut tinggal bersama Papa. Setelah aku pikir-pikir, aku ambil jalur tengah aja jadi pelaut. Jadi pelaut aku nggak perlu milih tinggal sama Mama atau sama Papa"

Aku terdiam dan memandangi Wajah Dimas bercerita. Tangan Dimas membelai lembut punggung telapak tanganku.

"Sha.. Aku kadang takut kalau bayangin hubungan kita bakal lanjut ke arah mana. Aku takut kalau kita mengedepankan cinta kita dan mengorbankan anak-anak kita nantinya. Tapi jujur Sha.. Baru kali ini aku bertemu wanita sebaik kamu, sesabar kamu, dan aku merasa kamu udah kaya bidadari Surga buat ku Sha. Kamu nggak pernah menganggap aku kekanakkan-kanakkan tapi kamu malah kadang bersikap manja yang membuat aku merasa bisa jadi lebih tua dari kamu. Tapi terkadang kamu terkesan menjadi wanita yang kuat dan tangguh melebihi aku, dan aku merasa aku nggak bisa nemuin wanita lain selain kamu. Sha.. Aku bener-bener sayang sama kamu"

Aku menyandarkan kepalaku pada bahu Dimas malam itu, malam terakhir sebelum Dimas berangkat ke Makassar.

"Sha... Jangan ngelamun dong. Kan 2 minggu lagi Dimas udah balik ke Bekasi lagi" Ujar Hilda saat kami dalam perjalanan pulang dari bandara soetta ke Bekasi.

Aku tersenyum melihat ke arah Hilda yang menyetir. Hari ini sengaja aku mengajak Hilda, agar aku tak perlu menyetir sendirian.

Aku melihat Hilda yang selalu ceria dan cerewet hari ini juga adalah paket bahagia buatku, walau sebenarnya aku mengetahui hal yang bisa membuat Hilda terluka, tapi aku berusaha menutupinya.

"Eh iya si Qori kok sekarang susah dihubungi ya, apa jangan-jangan dia da melahirkan? " Tanya Hilda.

Aku hanya mengangkat bahuku saja, jujur aku sebal mendengar nama Qori yang disebutkan Hilda Saat ini. Si pengkhianat itu terakhir menghubungiku malam hari setelah aku bertemu nya siang, aku tak berbicara apa-apa. Aku hanya bilang kalau aku tidak bisa menerima dia sebagai temanku lagi untuk saat ini, entah kapan aku bisa menerima dia seperti duluh lagi.

"Ah.. Gue males bahas dia. Bahas yang lain aja dah"

"Kalau Raynold Gimana" Hilda nyengir.

Dear Tuan Popeye (Surat Cinta Berkala)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang