16-Melupakan Yang Seharusnya Dilupakan

29 0 0
                                    

Aku sudah mulai lupa

Saat pertama rasakan lara

Oleh harapan yang pupus

Hingga hati cedera serius

(Terlatih Patah hati) 

Aku membaca sebuah kutipan dari sujiwo tejo cinta tak kenal pengorbanan kekasih, saat kau mulai merasa berkorban, saat itu cintamu mulai pudar.

Aku mulai menyadari, rasa cintaku pada Ray sudah hilang sejak duluh. Sejak aku merasa kecewa, sejak aku merasa pengorbanan ku sia-sia.

Aku sudah banyak membuang waktu untuk membenci seseorang, aku sudah banyak melimpahkan rasa kecewa ku pada orang lain, aku..... Aku sudah menggarami luka pada hatiku sendiri.

"Sudahlah.. Semua kan sudah berlalu. Masa depan elu ada di depan mata, bahagia elu sudah seharusnya elu kejar. Atau sebenarnya elu pengen balikan lagi ama Reynold.. "

"Enggaklah.. " Ujarku menjawab pertanyaan Jihan.

"Gimana dengan Arif? "

Pertanyaan tentang Arif. Kenapa harus Arif. Laki-laki dingin nan menyebalkan yang inginnya disapa seakan-akan dia itu diperlukan olehku.

"Gue jarang chat ama dia"

"Karena Dimas? "

Aku menggeleng.

"Enggak juga. Dimas kan nggak ada disni" Jawabku yang tidak merasa Dimas adalah pengaruh untuk kelanjutan hubungan ku dengan Arif.

"Yah kalau menurut gue nih.Dengan lu berkali-kali bikin status pake foto Dimas di stories, apa itu bukan berarti Arif merasa..... "

Aku memejamkan mata dan sedikit nyengir pada Jihan. Tak ku pungkiri, semenjak kejadian aku dan Vino, aku selalu membuat status whats app dengan menggunakan foto Dimas. Semua itu karena aku ingin mencemburui Vino, tanpa berfikir panjang.

"Belajar deh dari pengalaman. Gue ngerti kalau elu lagi manasin orang. Tapi, lu bukan Abege lagi Sha. Dengan lu ngelakuin hal ini, elu sama aja nutup jodoh elu. Bukan hanya untuk Arif.. Tapi, buat cowok yang mau deketin elu atau yang naksir sama elu bakal mundur mendadak deh"

Aku terdiam, ucapan Jihan memang ada benarnya.

Tapi?

Terkadang tingkah kekanak-kanakan ku menggoda ku untuk melakukan hal yang sebenarnya dari awal aku hindari.

"Elu tuh mesti lebih dewasa. Mending nggak usah pamer kemesraan layaknya abege deh,kcuali kalau elu memang udah Syah atau udah nyebar-nyebar undangan"

Aku masih terdiam tak menjawab. Jawaban apapun dari bibirku pasti salah di kuping Jihan.

"Soal Vino. Cowok setengah sinting itu.mending elu blocked deh dari kontak elu. Intinya elu udah nggak perlu kasih tau kehidupan elu lagi ke dia, dan nggak perlu tahu kehidupan dia lagi.. "

Ada benarnya ucapan Jihan.

Tapi satu.. Soal Arif.

Aku masih tak tahu harus melakukan gerak apa untuk laki-laki yang katanya berdarah dingin ini... Eh maksudku laki-laki sedingin salju ini.


**

Ponselku berbunyi, telepon dari nomer yang kukenal, Tantenya Karin.

"Assalammualaikum ibu Sharena.. "

Dear Tuan Popeye (Surat Cinta Berkala)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang