3-Okaaaay Fine

62 2 0
                                    

Ku diam pun tak bisa kulupa

Rinai kasihmu menyelimuti diri

Dan kuingin lekas dapat menggantimu

Agar terobati rasa sepi di hati

Rindui engkau tak kulupa, s'lalu ingat

(Marcell-Rindu)







Aku menghempaskan tubuhku di sofa Jihan, Sahabat karibku saat kuliah. Jihan tahu kehadiranku saat ini kerumahnya dikarenakan aku sedang galau (istilah abege zaman sekarang yang artinya banyak pikiran karena masalah).

Aku sudah memutuskan hubungan dengan Kemal beberapa hari lalu. Kemal baru menghubungiku dua minggu setelah terakhir aku mengirimkan pesan via whatsapp yang mengajak dia untuk datang ke pernikahan adikku di palembang.

"Sha.. Maaf aku benar-benar sibuk kemarin. Please maafin aku. You know me? Aku nggak pernah bohong Sha. Ada siswa baru yang harus aku urusin disini, aku benar-benar nggak bisa mengecek hape. Sha.. Kamu percaya kan sama aku.. "

Aku tidak tahu, harus percaya atau tidak dengan Kemal. Kemal punya alasan yang masuk akal buatku, tapi bisa jadi tidak masuk akal buatku juga. Tapi, aku malas memikirkannya.

Alasanku memutuskan Kemal bukan karena itu, aku hanya merasa hubunganku dengannya hanya stuck di satu tempat. Aku tahu, meminta Kemal menikah denganku adalah hal yang terburu-buru. Kemal adalah seorang duda yang ditinggal meninggal oleh istrinya saat melahirkan anak lelakinya, sekarang anak lelakinya sudah kelas 1 SMP. Aku harus lebih duluh pelan-pelan berkenalan dengan Danish, anak Kemal. Tapi, aku tak tahu kapan Kemal bisa, mengenalkan Danish padaku. Apalagi, belum tentu Danish menyukaiku.

"Dan si Kamal itu bilang apa? " Tanya Jihan sambil mengelus perutnya yang membucit. Jihan sedang hamil anak kedua, anak Jihan yang pertama sudah kelas 2 SD.

"Kemal... " Protes ku.

Jihan nyengir dan mendengarkan curhatku.

"Mungkin Sekarang dia udah jadi Gay? "

Aku melotot mendengar ucapan Jihan. Jihan menutup mulutnya.

"Yah Maybe.. Udahlah yang terpenting buat gue sekarang adalah cari suamiiiii..... " Ujarku yang mengabaikan ucapan Jihan.

"Lu taaruf aja deh.. " Ujar Jihan.

"Kan gue nggak ikut pengajian? " Jawabku.

"Yeee taaruf itu bukan berarti harus ikut pengajian. Gini loh, elu minta dikenalin cowok gitu ama siapa? Saudara lu atau temen lu selain gue" Ujar Jihan.

"Kenapa nggak elu aja sih? " Tanyaku.

"Gue tahu selera lu yang kaya gimana? Laki gue aja nggak jadi selera lu kan? " Jawab Jihan.

"Yah nggak tahu juga sih, kalau kepepet kenapa tidak" Candaku.

Jihan gantian yang melotot ke arahku.

"Gue beneran nggak bisa Sha. Lu tahu kan kenalan gue nggak kaya kenalan elu. Laki gue aja cuma pegawai minimarket" Ujar Jihan.

"huuusst... "

Aku menyetop arah pembicaraan ini. Aku tahu maksud Jihan, melihat semua mantan pacarku yang kebanyakan pegawai negeri dan pekerja kantoran.

Sejujurnya pikiranku tidak berbeda jauh dengan Jihan, aku ingin suamiku nanti lebih dari pacar-pacarku duluh yang rata-rata sombong memutuskan ku dan akhirnya memilih menikahi perempuan lain.

Dear Tuan Popeye (Surat Cinta Berkala)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang