Bab 1
Aku tidak tahu sejak kapan aku berbeda dan orang-orang mulai memandangku aneh. Aku tidak tahu mengapa aku berada di sini dan tak bisa melakukan segala sesuatu seperti biasa. Aku bahkan takut untuk memejamkan mata barang sedetik saja, akan ada hal buruk yang akan menimpaku jika aku terpejam atau tertidur.
Hawa dingin dari pelembap udara yang terpasang di dinding atas sebelah kiriku membuatku mengigil, kedinginan yang tidak biasa. Dingin ini menusukku melalui ujung-ujung jari dan menjalar sampai tulang, menyusup ke pembuluh darah dan membawa kecemasan dalam diriku. Aku hanya bisa mengawasi keadaan sekitar, memerhatikan kalau-kalau ada pergerakan yang akan membahayakan diriku.
“Tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja.” Suara itu menelusup bagai helaian angin, halus dan menenangkan. Seorang pria berpakaian putih bersih duduk di hadapanku dan memasang senyum manis.
“Maegan West”
Namaku disebut olehnya. Hanya kami berdua di ruangan hampa udara ini dan dia sedang memulai pembicaraan untuk mengajakku berbicara.
“Benar nama panggilanmu Mae?” tanya pria itu kepadaku masih dengan senyuman. Dia membenahi letak kacamatanya dan beralih menatap kertas berisi data-data diriku di mejanya, lalu memandang padaku kembali.
Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.
“Berapa umurmu Mae?”
“Empat belas tahun.”
“Oke, sekarang tahun berapa?”
Pertanyaan ini terasa aneh karena dengan jelas aku melihat ada kalender di atas mejanya, namun tetap saja aku menjawab.
“Dua ribu empat belas.”
“Tanggal dan bulan?”
“Lima belas Agustus.”
Pria itu mengangguk dan baru kusadari bahwa sedari tadi dia bertanya sambil menulis di clipboard-nya. Sembari menunggu pria itu kembali melanjutkan pertanyaan anehnya, kuputuskan untuk menoleh ke arah luar melalui pintu yang sedikit terbuka di belakangku.
Ada begitu banyak orang di luar sana, duduk di bangku plastik yang dijajar rapi. Orang-orang itu berbicara sendiri, tertawa sendiri, rambut mereka kotor dan terlihat menjijikan dengan baju yang lusuh. Pandangan mereka tidak fokus kemana-mana. Aku berada di rumah sakit jiwa dan menjadi salah satu bagian dari mereka. Aku adalah pasien rumah sakit jiwa.
Tidak! aku tidak gila! Aku tidak sakit jadi aku tidak perlu berada di rumah sakit. Aku seharus tidak berada di sini! Mengapa aku berada di sini?
♥♥♥
Hari itu adalah hari terburuk dalam hidupku. Hari yang tak pernah ingin kuingat kembali. Semua orang meneriakiku pembunuh, dan aku tidak tahu mengapa aku di giring ke tempat ini setelah itu. Teman-teman sekelasku bukanlah teman dan sahabatku yang sesungguhnya. Aku mengetahuinya hari itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way
Teen FictionMaegan West merasa dirinya berbeda dari gadis remaja seusianya. Ketika teman-temannya menghabiskan setengah waktunya di sekolah dengan canda tawa, Mae justru harus rela tinggal di rumah sakit jiwa dan menjalani terapi. Gadis ini tidak pernah ingat h...