Chapter 2: "Satu-satunya yang akan terluka adalah kau"

87 31 12
                                    

Ini sungguh konyol, aku di minta kembali setelah di usir dari tempat yang berhasil ku selamatkan.

Mereka mengelilingi ku sambil mengacungkan senjata, mereka kelihatan asing bagiku. Salah satu ada yang memegang katana, ada juga yang memegang senjata berat M60.

"Sepertinya muka kalian asing bagiku, dimana satuan yang lama?" tanyaku meregangkan badan.

"Setelah kau pergi empat tahun lalu, mereka juga menghilang tanpa jejak" kata pria jas putih yang berteriak tadi.

"Ayolah, tidak perlu sampai ada yang terluka" kataku membujuk.

"Satu-satunya yang akan terluka adalah kau" pria berwajah kotak mulai menembak.

"Elsa sembunyilah" Elsa langsung terbang menjauh. Tanpa banyak omong lagi ku hujani pria di kananku dengan pukulan bertubi-tubi, sekitar tiga di muka, empat di dada dan perut. Dia langsung terjatuh dan pingsan, si pemegang katana mengayunkan pedangnya dari atas kepala ku, aku menghindar ke kiri. Di lanjutkan dengan ayunan dari kanan bawah ke kiri atas menuju kepala. Itu sangat mematikan. aku menunduk lalu menyapu kakinya dan saat si pemegang katana dia sedang terjatuh dan saat sedang melayang akan jatuh aku langsung memukulnya dengan cepat, alhasil jatuhnya lebih parah dari seharusnya dan dia pun pingsan. Yang lain mulai menembak. Aku terus menghindar, aku di berkahi mata yang sangat tajam sehingga dapat melihat sayap lalat yang bergerak. kulihat pria menggunakan M4 sedang mengisi ulang amunisi. Ini kesempatan yang bagus. Aku mengambil dua langkah panjang dan dengan cepat langsung berada di hadapan pria itu, dan memasukkan hook ke pelipisnya dan langsung jatuh dan pingsan. Ku lanjutkan serangan ku dan dua lainnya pingsan karena durian, saat kulihat ke atas terdengar sorakan riang, ternyata Elsa dan para peri datang membantu, aku cukup senang dan. DOORR. Bunyi tembakan kaliber 50 membuat para peri diam. Peluru menembus lambungku dari belakang dan yang tersisa hanyalah pria jas putih dengan pistol kaliber 50.

"Sisa kita berdua" kataku berjalan sempoyongan sambil menahan sakit.

"Ayolah tidak harus seperti ini" dia kelihatan menahan senyumnya.

Sepertinya ada yang aneh dengan mereka.

Ku ambil tiga langkah panjang dan cepat langsung ku pukul wajahnya, namun berhasil ditepisnya, tanpa sadar dia memasukan pukulan ke perutku yang terluka, akupun jadi berlutut dan kesakitan. Dipukulnya wajahku menggunakan punggung pistolnya dan wajahku pun menghantam tanah, kubuka mataku, tepat didepanku terdapat katana kugapai katana itu, ku iris sedikit paha pria itu diapun bertekuk lutut, dengan cepat ku berdiri dihadapannya, di acungkannya senjata ke arahku dengan cepat ku iris punggung tangannya. Tanpa basa basi ku selesaikan dengan satu pukulan yang sangat amat keras dan dia tidak sadarkan diri lagi.

Aku berjalan sempoyongan menuju danau, berdiri di atas batu tepi danau, dengan wajah lebam dan baju penuh darah.

"Osiris" teriakku. Pelan-pelan dia mengintip dengan kepala keluar hanya sebatas mata, menatap kebelakangku dimana orang-orang itu tergeletak tak berdaya.

"Osiris, apakah kau bersungguh-sungguh ingin tinggal di sini" tanyaku sambil menghelus kepala Osiris yang masih setengah muncul.

"Ia, aku sudah terbiasa dengan suasana danau ini" katanya sambil perlahan keluar dari air.

"Baiklah, ku izinkan kau tinggal dengan syarat jika bertemu kakek tua dengan kain ini, langsung lari" kataku sambil menunjukkan kain ulos.

"Dimengerti" katanya yakin.

Elsa terbang mendekat.

"Hey, apa kau tidak apa-apa, apa kau terluka" terdengar khawatir sambil memeriksa seluruh badan ku.

"Yah, aku engga apa-apa" kataku santai.

"Enggak apa-apa apanya, perutmu berlubang tahu" suaranya khawatir sekali, "Berbaringlah" katanya sambil menarik tanganku.

Aku berbaring dan Elsa mulai komat kamit engga jelas. Aku pun kehilangan kesadaran akibat kehilangan banyak darah.

"Bronson? Bronson? Ayolah bangun"

Kubuka mataku dan Elsa tepat berada di depan mata ku, mencoba menyadarkan ku. Aku duduk dan melihat ke kanan dan kiri ku lihat tumpukan jas putih, ternyata mereka masih tak sadarkan diri. Punggung ku tak terasa sakit lagi. -Seperti dalam beberapa film peri dapat melakukan penyembuhan total-

"Untung ada kamu L, kalau tidak aku pasti sudah mati" kataku sambil menghelus pipinya dengan jari telunjuk.

"Boss, mereka siapa" tanya Osiris.

"Mereka dari Biro Penanganan dan Perlindungan Makhluk Mistis di Indonesia di singkat BPPMMI, mereka menangani segala perkara berbau makhluk mistis dan mitologi seperti kau dan dia" aku menunjuk ke Elsa yang sedang merampok isi dompet orang-orang itu.

Elsa datang membawa tiga dompet yang dia jepit di ketiak dan selangkangan dan memberikannya kepadaku.

"Nih, isinya lumayan buat beli mie ayam buat setahun" katanya dengan bangga.

"Wah, ini lebih banyak dari gajiku saat masih di sana" kataku kesal. "L bantu aku mengangkat mereka kedalam helikopter"

Aku mengangkat salah satu dari mereka duluan, sampai di pintu heli. Ku buka pintu itu dan saat terbuka ada seseorang menggunakan baju pilot dan mengacungkan senjata ke arah ku. Elsa terkejut dan langsung sembunyi di saku salah satu dari jas putih itu.

"Wow" aku mundur sambil mengangkat tangan. "Santai kawan santai"

"Wah wah lama tak jumpa" suara itu tidak asing bagiku.

Dia melepas helm dan kacamatanya. Aku terkejut bukan main.

"Lotus?"...

Mau tahu siapa pilot ini, dan apakah dia teman atau musuh.

Untuk part selanjutnya akan menceritakan sedikit tentang sejarah BPPMMI.

Tunggu kelanjutan cerita ini...

Biro Penanganan dan Penelitian Makhluk Mitologi IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang