"Kita akhiri ini, sekali dan selamanya," kataku menyemangati mereka dari atas mobil baja anti peluru. "Kalau kita tidak mengakhiri ini sekarang juga, kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada dunia ini," dengan sesekali menembakan senjata mesin. Dengan akibat dari beberapa peluru mengenainya, dia mengaum kesakitan. Sebuah auman menciptakan sebuah badai pasir instan dan menutup seluruh pendangan kami. Mobil yang kami kendarai terguncang dengan sangat hebat. "Okee Maruel, tetap stabilkan!" teriakku. Maruel dengan susah payah mengendalikan mobil baja itu.
"Bicara saja mudah, mengendalikan mobil seberat ini di padang pasir bukan hal mudah." Balasnya.
Ku hamburkan semua peluru yang tersisa ke berbagai arah, mahkluk sebesar itu tidak mungkin dapat menghindari hujanan peluru sebanyak itu. Tiba-tiba terdengar Kembali auman dan kali ini muncul sebuah bayangan, sebuah cakar raksasa muncul dari antara pasir-pasir yang beterbangan menyapu dan menerbangkan kendaraan kami, ternyata hamburan peluru merupakan sebuah kesalahan. Dengan cepat kucari teman-temanku, badai pasir ini membuatku tak dapat menemukan mereka.
"Maruel!!! Ramish!!! Dalrimo!!! Woiii botaakk!!" Aku terus berteriak, berharap mereka baik-baik saja.
"Aku disini" kata si botak dengan santainya sambil berdiri dibelakangku.
"Yaa!! kami baik-baik saja, aku bersama Maruel dan Dalrim, tapi tidak tahu dengan si botak" teriakan Ramish terdengar cukup dekat.
"Botak ada bersamaku." Mengetahui mereka baik-baik saja membuatku lega. Mobil kami terbalik, perbekalan kami semua berhamburan dan tertutupi pasir. kami telah berkumpul kembali didekat mobil untuk memikirkan bagaimana langkah selanjutnya.
"Aku akan mengambil komando, bagaimana? semua setuju" Maruel mengajukan dirinya. kami semua mengangguk setuju dan tidak keberatan. "Baiklah, selagi badai masih tebal sepertinya dia juga tidak bisa melihat kita, sekarang kumpulkan semua amunisi dan perlengkapan terdekat, kita hitung persediaan kita untuk menyerang kembali. Berkumpul kembali secepat mungkin, lakukan dengan senyap, sepertinya dia peka terhadap suara, dan dengar..." kami semua memfokuskan pendengaran kami, "Dia terdiam. Dia sedang mencari kita melalui pendengarannya. ketika kalian sudah selesai mainkan senter kalian ke atas, jika dia terdiam maka kemungkinan badai ini akan berakhir dengan cepat. Baiklah, bubar!" kami semua langsung berpencar melakukan apa yang di setujui. Tidak sampai lima menit semua berhasil kami selamatkan. Amunisi kami hanya tersisa sedikit, beberapa granat, beberapa peluru untuk senapan serbu, beberapa untuk pistol, dan tersisa sebuah peluncur granat dengan amunisi lengkap. Tersisa cukup banyak persediaan makanan padat dan minuman. "Baiklah, semua isi senjata kalian, cukupkan minum dan makan kalian, kita akan beristirahat sampai badai ini berhenti, setelah tubuh besarnya nampak, akan kita hujani dia dengan seluruh kemampuan kita, bagaimana?"
"Sepertinya kita tidak mempunyai pilihan lain selain bertarung, baiklah" kataku.
"Tunggu dulu, tentu saja kita memiliki pilihan, bagaimana kalau..." saat Ramish akan mengungkapkan idenya tiba-tiba saja badai pasir yang menyelemuti kami menghilang, cahaya terik matahari langsung menggigit. Kejadian itu membuat kami terkejut dan langsung melihat sekitar. Sphinx yang tadi dengan ganasnya menyerang kami, sekarang berdiri terdiam, tubuhnya kembali menjadi batu seperti semula.
"Apa yang terjadi?" Tanya Dalmiro yang dengan panik mengisi amunisi senjatanya. Dengan cepat kami mempersiapkan persenjataan kami, dan membuat formasi mengelilingi mobil, empat orang mengelilingi mobil, sedangkan si botak menaiki mobil yang terbalik sambil menggenggam peluncur granat dan memakai kalung dengan enam buah granat dilehernya, sungguh orang gila.
"Apapun itu, marilah, akan kuledakan!!!" Teriaknya, Maruel hanya bisa menggeleng-geleng kepala. Sedangkan sisanya tertawa keheranan.
"Siapa yang ingin kau ledakan?" Sebuah suara terdengar, suara itu seperti sangat dekat. Dengan kebingungan kami mencari asal suara itu. Namun selain sebuah oasis, yang sepertinya hanya fatamorgana, hanya terdapat pasir yang luas sejauh mata memandang beserta gunung-gunung pasir dan sebuah patung Sphinx, tidak ada pergerakan sedikitpun.
"Siapa kau, tunjukan wujud mu." Teriakku.
"Di atas sini." Semua mata kami melihat ke langit. "Bukan atas sana, di kepala Sphinx." Mata kami langsung tertuju kesana.
"Holy shit, It's Anubis!!!" si botak kelihatan cukup syok. seorang pria melayang tepat diatas kepala Sphinx, dia mengenakan jas hitam dan rapi, namun berkepala anjing. "Persetan" Boom!!! Sebuah granat diluncurkan dan menghantam tepat di wajah Anubis. Si botak memang tidak waras. Tentu saja itu tidak mempan. Bahkan pakaiannya tidak tergores sedikitpun. Si botak langsung mengokang senjatanya dan hendak menembak lagi.
"Tahan!!!" Teriakku. "Ohh, Anubis yang agung, Dewa dari alam baka, pujaan rakyat Mesir. Terima kasih telah menyelamatkan kami dari kemarahan Sphinx." Aku berusaha menjilatnya.
"Tidak semudah itu Bronson." Suara yang tidak asing terdengar. Lotus berada disana, Bersama-sama dengan Anubis, dan dengan ini dapat dipastikan bahwa Anubis adalah musuh. Tanpa pikir panjang semua senjata langsung kami arahkan kepada mereka berdua. Lotus memang tidak boleh dibiarkan hidup lebih lama lagi.
"Wah wah wah, manusia sekarang tidak menghargai dewa sama sekali yaa," Kata Anubis yang terlihat kecewa. Anubis dengan santainya menyapu tangannya di udara seketika seeokor ular raksasa muncul dari dalam pasir lalu melahap kami berlima, tanpa dapat melawan. Sekarang kami berada didalam perut ular yang sangat gelap dan berlendir dan juga bau. Kunyalakan suar untuk menerangan, begitu juga Dalrimo. Semuanya menjadi terang, dan menyeramkan.
Sphinx adalah singa berkepala manusia dalam mitologi Mesir.
Anubis adalah Dewa kematian dari Mesir.
Maaf Prologuenya baru aja muncul😅 please wait for the second part, i'm still working on it😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Biro Penanganan dan Penelitian Makhluk Mitologi Indonesia
FantasyTempat ini bernama Biro Penanganan Dan Penelitian Makhluk Mitologi Indonesia, tampat memiliki tugas dan kewajiban untuk menyelamatkan, melindungi, menyembunyikan 'Mereka' dari mata dunia yang penuh dengan keserakahan. Aksi, kebrutalan, peperangan...