Chapter 10: "ayo kita selesaikan pekerjaan ini."

9 3 0
                                    

Gadis dengan jepit rambut Unicorn, kita bertemu lagi. Kali ini dia mengenakan kaos abu-abu berlogo unicorn di dadanya dengan mengenakan celana PDL berwarna loreng hitam abu putih. Kaos abu-abu nya berwarna gelap dibagian leher dan ketiaknya, wajah dan rambutnya juga basah. Antara dia sedang berolahraga atau telah berolahraga. Dia sangat berkeringat.

"Haii" Jujur, aku memang sangat berharap bertemu dengannya. Meskipun begitu, tiba-tiba saja otakku blank dan aku tak tahu harus berkata apa. "Hmmm... ku rasa aku tak perlu menebak lagi. Tersesat kan?"

"Kau benar." Aku tersenyum dengan canggung.

"Okee, aku tak akan terkejut. Ikuti aku." Dia berjalan melewati ku dan aku tak akan berbohong, dia sungguh wangi. Punggungnya masih sangat basah. Dia baru saja berolahraga, dia masih bermandikan keringat, tapi bukan bau keringat yang kucium. Dia sangat wangi. Wangi ini mengingatkan ku akan sesuatu, tapi aku tak ingat bau apa ini. "Heii, apa kau mendengarku?"

"Eh apa?" Sialan, aku tak mendengarkan apapun. "Maaf, ada yang terlintas di benakku." Aku tak salah kan?

"Apakah itu tentang misi mu? Atau tentang Lotus?" Baiklah, aku tak memikirkan satupun dari dua hal itu.

"Aku memikirkan Lotus." Tentu saja aku menipunya.

"Aku juga khawatir tentangnya. Orang seperti dia, berkeliaran di muka bumi ini, sangat berbahaya." Aku sangat setuju.

"Tenang saja, aku akan mengakhiri permainannya." Sudah empat tahun lamanya, tapi entah kenapa aku tak merasa dendam sama sekali. Bahkan saat aku bertemu dengan Lotus kemarin, aku bisa saja langsung menghabisinya, tapi tak kulakukan. Aku tak menyimpan dendam lagi kepadanya. Meskipun dia telah membunuh teman-temanku. Tapi tentu saja yang kubilang kepadanya itu bukan omong kosong. Aku bersungguh-sungguh akan menyelesaikan permainan manusia setengah Dewa terkutuk itu.

"Aku akan memegang kata-katamu." Aku bisa melihatnya tersenyum. Senyuman itu. "Ini ruangan mu. Semoga misi mu berjalan lancar." Dia berbalik dan langsung berlari meninggalkanku. Wanginya masih melayang-layang diudara. Aku berdiam tak bergeming tepat didepan pintu, menikmati wangi perempuan... YANG LAGI-LAGI TAK KUKETAHUI NAMANYA!!! Sialan. Dengan penuh kekecewaan aku mempersiapkan peralatanku. Aku memeriksa sejenak seluruh peralatanku, kondisinya masih sangat bagus. Tapi... sepertinya seragamku sudah tidak muat lagi. Dengan mengenakan pakaian seadanya, dengan mengenakan rompi khusus sambil memikul tas dan senjataku sudah lengkap terpasang. Aku melangkah keluar dari ruanganku, melihat kanan dan kiri. Lorong ini kembali sepi. Bahkan tidak ada petugas kebersihan yang kelihatan. Aku takut melangkah, karena tidak ingin tersesat. Aku terdiam didepan pintuku, sampil memainkan kerambitku. Masih sejam lagi sebelum kami berkumpul dan aku tidak tahu bagaimana agar tidak tersesat... tapi kalau aku tersesat mungkin saja si jepit rambut uncorn akan muncul. Ide yang bagus. Baru saja aku ingin melangkah terdengar suara langkah kaki yang familiar. Itu langkah kaki ibu.

"Ahh, aku sudah selesai bersiap-siap. Mana seragammu?"

"Itu... menciut" Aku membuang senyum yang canggung.

"Kau membesar atau membuncit?" Dia memegang perutku.

"Dua-dua nya mungkin" Kataku dengan sedikit malu.

"Baiklah, akan ku berikan seragam baru."

"Ahh, sepertinya tidak usah."

"Kenapa?" tanya nya.

"Aku tidak suka modelnya."

"Ahh, kau tak pernah berubah." Dia memutar bola matanya. "Baiklah, ayo, akan ku antar kau. Aku mendapat laporan kau selalu tersesat." Dia melanjutkan langkahnya. "Ahh, lihat kau masih memiliki senjata lamamu." Cukup mengesankan dia masih mengingat hal sekecil ini. "Kau tahu, kami melarang angkatan sekarang untuk menyimpan senjata mereka."

"Kenapa?" Tanya ku.

"Mereka tidak tahu cara merawat senjata mereka." Ha? Prajurit macam apa itu?

Tidak lama kami berbincang di lorong, sampailah kami di sebuah landasan helikopter. Aku mengira kalau kami akan menggunakan kapal, tapi sepertinya mereka sangat terburu-buru. Sebuah helicopter angkutan yang besar telah tersedia dan siap berangkat, dan tidak luput dengan lambang unicorn di helikopter itu. Terdapat segerombolan orang beserta barang-barang mereka tepat di sebelah helikopter itu. Gerombolan itu adalah tim ku, tim yang akan ku pimpin dalam ekpedisi kali ini. Sudah empat tahun dan ini adalah ekspedisi yang tidak terlalu berbahaya menurutku, tapi dapat kupastikan bahwa orang-orang ini adalah pemula.

"Heii ibu," Bisikku. "Kenapa mereka terlihat sangat gugup?"

"Tenang saja, ini mungkin misi pertama mereka, tapi kau tak perlu khawatir, mereka itu terlatih. Kau bisa memercayai mereka. Sudahlah kalian harus bergegas." Ibu berbalik dan meninggalkan kami. Aku terdiam, terkejut mendengar kata 'misi pertama mereka'.

"Okeii" Aku berjalan mendekati orang-orang yang nampak tidak nyaman itu. Aku tak tahu apa semua telah hadir atau belum. "Baiklah," Semua mata mengarah kepadaku. Dan ternyata aku salah, mereka gelisah bukan karena tidak nyaman atau gugup. Dari mata mereka terpancar api yang membara. Ini misi pertama dan mereka sangat siap. "Ehemm... ini adalah misi yang cukup penting. Apakah semua sudah siap?" Tidak ada yang menyaut, aku menunggu jawaban yang sampai beberapa menit tidak kuterima. "Heii aku bertanya!!" Bentakku

"Ya ya, sepertinya sudah semua." Nicky secara spontan menjawabku.

"Baiklah, setelah kalian menaiki helikopter ini, there is no turning back. ayo kita selesaikan pekerjaan ini." Tapi sangat terasa bahwa mereka tidak memiliki pengalaman yang cukup, tapi setidaknya semangat mereka cukup. Semua peralatan sudah dinaikan, begitu juga seluruh personil telah masuk. Aku melihat keluar untuk memastikan tidak ada yang tertinggal. Baru saja mesin menyala dan tidak seorangpun yang berbicara. Sangat nampak kalau mereka gugup. Aku juga tidak pandai dalam membuka percakapan. Helikopter itu mulai terangkat. Melalui headphone, pilot memperkenalkan dan memberitahukan kalau perjalanan akan ditempuh selama enam jam, tapi sepertinya suara sang pilot terdengar tidak asing, tiba-tiba cahaya masuk bersamaan dengan terbukanya gerbang atas, helikopter mulai melaju keluar dari merkas utama BPPMMI, nampak dua centaurus yang berjaga, salah satu dari mereka melambai dan semakin mengecil bersaman dengan kami mencapai ketinggian. Helikopter militer dengan dua buah baling-baling dan bercorak loreng abu hitam dan putih dengan lambang unicorn itu melaju dengan kecepatan penuh. 

Baru lima belas menit mengudara, hanya laut yang terlihat sejauh mata memandang. Tidak ada satu suarapun dari pasukan yang kupimpin ini. Atmosfer dalam helikopter ini terasa tegang, mereka semua sepertinya merasa sangat gugup. Mereka semua orang yang asing bagiku, berbeda dengan grup yang kuikuti terakhir. 

Hei! Heii!! Heiii!!!😁

Grup apa nih yang dulu diikuti Bronson???

😆

Ditunggu yaa kelanjutannya.🤭

Biro Penanganan dan Penelitian Makhluk Mitologi IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang