Chapter 5: Ibuku Hampir Membunuhku

32 17 14
                                    

Ibuku adalah Ratu pantai selatan, itu yang orang awam tahu, secara teknis ia. tapi jika ini Yunani, maka dia akan dianggap salah satu dari dewa dewi minor dan dia menguasai seluruh perairan di Indonesia. Dan ayahku...

"... Tidak ada hal yang spesial tentang ayahku, Dia hanyalah seorang nelayan biasa." kataku kepada Elsa dalam perjalanan. Mobil jeep yang kami gunakan bergemuruh di tengah siang yang panas.

"Dimana dia sekarang" tanya Elsa

"Hey, apa katanya" tanya Taufiq

"Dia menanyakan dimana keberadaan ayahku" kataku kepada Taufiq. "Sudah lebih dari dua puluh tahun, kami tidak bertemu, jadi aku tidak tahu dimana dia sekarang" kataku kepada semuanya.

"Berapa umurmu?" tanya Nicky.

"Tahun ini akan menjadi dua puluh lima... sepertinya" jawabku.

"Owh, Baiklah" jawab Nicky dengan santai.

Tiba-tiba semuanya menjadi sunyi dan hanya bunyi kendaraan yang terdengar, Elsa terlihat sedang menghitung jari jemarinya, "Tenang saja, kau hanya berpisah selama dua puluh tahun, kau tidak perlu seorang ayah, kami para peri lahir begitu saja, tanpa orang tua, jadi bukan masalah besar." Hibur Elsa.

"Bukan begitu, kalian para peri, terutama peri hutan seperti mu, terlahir setiap 500 hari sekali berasal dari pohon tertua di hutan yang kalian tinggali. Kalau peri air, mereka lebih langka karena terlahir setahun sekali dan sangat rentan terhadap polusi." jelasku. Elsa hanya terlihat mengangguk-angguk. Dan semuanya kembali sunyi, baru pertama kali Elsa diam tanpa diminta.

"Hey" panggil Nicky

"Yaa? Ada apa" jawabku

"Kenapa kembali? Kenapa sekarang" Tanya Nicky dengan wajah yang serius.

"Ya betul, ratu sudah mengusirmu bukan?" Tambah Taufik.

"Apa? Bukannya kalian yang tiba-tiba datang dan memaksa dia untuk kembali?" kata Elsa. Dan mobil pun berhenti di depan jalan setapak.

"Betul, kalian tiba-tiba datang ke tempatku lalu memaksaku kembali." Jawabku.

Kami mengikuti jalan itu sekitar setengah jam dan menemukan sebuah tanda jalan di sebuah perempatan jalan. Menunjukkan bahwa kota Waisai lurus, sedangkan kiri menuju pantai dan kanan menuju sebuah desa.

"Lurus" kataku dengan tegas.

"Eh? Tunggu bukannya kita ke kiri?"

"Ada hal yang sangat penting yang harus ku lakukan di kota." Aku berjalan lurus.

"Apa itu?" tanya Elsa.

"Makan" kataku dengan sangat bangga.

"Setuju" teriak Taufiq.

"Astaga" Nicky kecewa.

"Tapi sebelum itu, kita ganti seragam kita" sekarang aku memakai celana jeans, dan baju kemeja kotak-kotak biru dengan lengan yang kulipat sampai di bawah siku.

Kota yang sangat besar, orang berlalu lalang. Sepertinya tidak ada  yang bisa melihat Elsa. Lalu ku suruh Elsa masuk ke dalam saku bajuku. Aku memantau ke sekeliling dan...

"Itu dia" aku berjalan ke sebuah kedai bakso. "Ternyata masih ada, sudah lama engga kesini" kataku saat masuk kedalam dengan mereka berdua di belakangku. Saat duduk di dalam warung muncul seorang pria paruh baya dengan kaos bertuliskan I LOVE NEW YORK CITY, aku berani bertaruh kalau dia belum pernah sekalipun pergi kesana.

"Lah, nak Bronson kemana aja, kok baru muncul" tanya sang penjual bakso dengan logat jawa kental.

"Ini pakde, ada kerjaan di luar negeri" kataku menipu.

Biro Penanganan dan Penelitian Makhluk Mitologi IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang