"...ahh shit" ternyata dia menyadari kehadiranku. Tiba-tiba saja sebuah trisula melayang tepat ke arah wajahku, dengan refleks yang super cepat aku hanya perlu menggeser wajahku sedikit ke kiri alhasil trisula itu melukai pipi kanan ku, "eh!" aku langsung berbalik mengingat perempuan yang mengantar ku tadi dan ternyata dia sudah tidak ada di situ dan hanya ada trisula tertancap di dinding.
Aku berbalik dan berteriak "Woii!! Pak tua! Apa kau ingin membunuhku, bagaimana kalau aku tidak bisa menghindari, dimana kau taruh otak mu, heh?" aku berbalik dan mencabut trisula itu.
"Kalau kau tidak bisa menghindar itu berarti kau sudah mati saat ini" dia berbicara dengan santainya. Memangnya di dalam otaknya isi apa sih?
"Baiklah, kalau kau memang ingin membunuhku" kataku sambil memutar trisula seperti pemandu marching band "Akan kubunuh kau duluan"
Aku berlari ke arahnya, melompat dan menusuk, dia menghindar dengan santainya. Pak tua ini meremehkan ku. Kuayunkan trisula menyapu kakinya, dia melompat lalu ku alihkan ke arah kepala. Dia menunduk dan langsung memukul wajahku dengan keras, entah dari mana datangnya kekuatan sebesar itu, membuatku terlempar ke lantai. Aku berdiri dengan susah payah.
"Dasar tidak berguna, kau sudah berkarat" dia melipat kedua tangannya, lalu mengisap rokok pipanya lalu menghembuskan ke udara. Sekali-sekali dia menghentak-hentakan kaki kambingnya.
"Benarkah?" ku tarik nafas panjang, ku hembus dengan perlahan. Aku butuh air untuk mendinginkan kepalaku, eh tunggu aku punya kekuatan untuk itu.
Aku menancapkan trisula ku, sehingga lantai khusus berwarna biru laut di bawah ku hancur dan genangan air muncul. Gerald mengambil posisi bertarung, sepertinya dia ingin menyerang. Lalu kupejamkan mataku dan ku rasakan air menyelimutiku. Rasa nyaman seperti di pelukan ibu.
Okeh sekarang kepalaku sudah dingin. Aku memutuskan untuk membuka mataku dan yang kulihat bukan Gerald, bukan Taufiq, bukan Nicky, ternyata aku sudah tidak berada di lapangan di dalam ruangan itu lagi. Ini bukan tempat yang kukenal, tempat yang sangat asing bagiku. Aku berada di dalam sebuah apartemen yang berantakan, buku-buku berserakan, pakaian berhamburan dan terlihat seorang perempuan yang sebelumnya kulihat dalam mimpi ku. Aku yakin bahwa itu perempuan karena memiliki rambut hitam yang panjang dan bokong yang montok, bisa di bilang ideal untuk seorang wanita dan belum lagi ada bra berwarna hitam di atas sofa. Sungguh wanita yang malas. Dia memegang buku yang tidak jelas bertuliskan apa, lalu dia duduk di depan komputer dan mulai mengetik. Saat aku melangkah maju, sebuah tapak kaki kambing melayang kewajahku.
Melemparku dari tempat ku berdiri. Kepalaku terasa sangat sakit, pandangan ku kabur, tapi kulihat bayangan berlari kearahku dan sekali lagi menerbangkanku menghantam dinding, dan kesadaranku pun hilang. Lalu aku terbangun dan aku tidak ingat apapun. Lalu aku sadar, aku baru saja dikalahkan. Kepalaku masih terasa sangat sakit. Ku lihat Gerald terseyum puas. Dengan bersusah payah aku berdiri. Taufiq dan Nicky membantuku berdiri. Aku berjalan semponyongan menuju ruang senjata. Gerald hanya melihatku dengan senyum diwajahnya. Wajah yang membuatku muak. Wajah Gerald terlihat penuh dengan kebahagian karena kekalahan ku. Aku tahu kalau aku tidak akan menang dari dia, jadi kuputuskan untuk benar-benar membunuhnya. Kuambil dua buah pedang. Aku berbalik dan langsung berlari kearahnya. Seketika itu senyum dari wajahnya sirna. Dia membuang rokok pipanya, dan memasang kuda-kudanya. Saat aku mendekat, dia mengayunkan tendangan. Aku melompat dan melanyangkan tendangan yang disusul dengan tusukkan pedang kearah wajahnya, dia melompat cukup jauh menghidari seranganku.
"Kau masih saja lemah, seperti dulu." Dia berjalan mengambil trisula yang tergeletak didekatnya. Dia melemparkan trisula itu kearah ku, aku pun ikut berlari kearah trisula itu datang. Aku berfokus kepada trisula itu, hingga tepat didepan mataku, kuhantam trisula itu menggunakan pedangku dan terpotong menjadi dua. Trisula itu menghilang dari pandangan ku, digantikan oleh Gerald yang menerjang dan melayangkan sebuah pukulan tepat di ulu hatiku. Meskipun aku tak memakan apapun semenjak datang kesini, sebagai gantinya, olahan bakso yang ku santap tadi siang keluar dalam bentuk bubur berlendir akibat dari asam di lambungku. Aku terjatuh berlutut tepat dihadapan Gerald.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biro Penanganan dan Penelitian Makhluk Mitologi Indonesia
FantasiTempat ini bernama Biro Penanganan Dan Penelitian Makhluk Mitologi Indonesia, tampat memiliki tugas dan kewajiban untuk menyelamatkan, melindungi, menyembunyikan 'Mereka' dari mata dunia yang penuh dengan keserakahan. Aksi, kebrutalan, peperangan...