"kau melakukannya lagi?" Jia hanya mengangguk.
Satu hal yang tidak di ketahui orang-orang tentang ibu peri mereka, dia perokok, walaupun bukan perokok berat, dia hanya merokok kalau dia ingin, tapi dia selalu membawa rokok kemana-mana tanpa ada yang mengetahuinya
"apa sekarang Junkyu juga berubah menjadi Kim Brengsek Junkyu?" tanya ku
"aku rasa iya" dia meniup asap yang ada di depannya itu
"apa masih belum ada kejelasan?" dia hanya menggeleng, aku jadi enggan untuk menanyainya lebih lanjut
"kau sendiri bagaimana dengan Jihoon? Apa dia masih mempertahankan label Brengsek nya itu?" aku hanya menghela nafas
"dia ingin kita, aku dan dia tetap menjadi teman, dia meminta ku untuk tetap berada di sekitar nya" Jia terkekeh
"mungkin dia punya alasan, ikuti saja" aku mengagguk
"jadi kita akan bagaimana? Maksud ku kau, aku tidak punya hak untuk marah pada Jihoon, tapi kau punya hak untuk marah pada Junkyu"
"biarkan saja si brengsek itu, aku sedang tidak ingin memikirkan nya" tapi tidak lama setelahnya dia seperti mengingat sesuatu "aku akan menemuinya sehabis dari sini, doa kan saja semoga aku tidak menjadi orang bodoh didepan nya"
"jangan sampai, mana mungkin seorang ibu peri panutan banyak orang jadi orang bodoh didepan lelaki, kau bahkan melewati krisis Ha Yoonbin dengan mudah" dia lagi-lagi terkekeh, seram sekali dia, apa dia tidak apa?
"kau benar, aku tidak akan tampak bodoh, setidaknya di depan dia" setelah bicara seperti itu dia mematikan rokoknya di asbak yang berada di meja "aku duluan" aku hanya mengangguk
"semoga berhasil melewati krisis cinta mu yang alay ini ya ibu peri" dia lagi-lagi hanya terkekeh sambil melambai kearah ku, dasar sok kuat
Tidak lama setelah Jia pergi ada suara yang memanggil ku dengan cara yang menyebalkan
"Hey, kakak tua" aku menoleh, siapa lagi kalau bukan Park Brengsek Jihoon "sedang apa kau disini?" dia duduk di kursi yang tadi diduduki oleh Jia
"aku bukan burung Park Jihoon" aku merotasikan kedua bola mata ku "dan tidak ada yang melarangku untuk berada disini" aku menatap nya, dia sedang menatap asbak yang masih berisi puntung rokok yang sedikit menyala itu
"apa kau baru saja merokok?" aku gelagapan, kalau aku jawab jujur image ibu peri nya Jia akan hancur, karena sekali Jihoon tau aku tidak yakin dia bisa menyimpan nya
"itu... Bukan aku" dia mengagguk
"temanmu? Kau bersama temanmu?" gantian aku yang mengagguk "apakah dia seorang ibu peri panutan semua orang? Wang Jia?" aku melotot
"kau... Jangan beri tau siapapun"
"tenang saja, kau buang angin saat acara besar dan ada bapak Gubernur saja aku simpan, ini sih kecil" sialan, dia masih ingat kejadian memalukan itu
"yang itu lebih baik kau lupakan saja, mau apa kau kesini?" tanya ku
"tidak ada yang melarang ku untuk berada disini" sialan, dia membalikan kata-kataku tadi "kau, apa ada acara setelah ini?"
"tidak ada, kenapa?"
"temani aku yuk"
******
"kau ingin membeli apa sih?" ini sudah ke tiga kali nya Jihoon mengitari tempat yang sama
"cari kado" kado? Tumben sekali dia beli kado
"untuk siapa memangnya? Tumben sekali kau membelikan kado untuk seseorang"
"untuk perempuan itu, sebentar lagi dia berulang tahun" ingin rasanya aku membenturkan kepala Jihoon ke pilar yang ada di sebelahnya
"kau, katanya sudah malas dengan nya, kenapa masih peduli dan ingin membelikannya kado?" aku benar kan? Untuk apa dia bertingkah manis seperti ini kalau dia sebenarnya sudah lelah dengan perempuan itu?
"jangan cemburu seperti itu, ibu ku yang menyuruh ku untuk membelikannya kado" aku menghela nafas berat, bagaimana bisa lepas jika ibu nya dan ibu perempuan itu ikut campur
"kenapa kau tidak bicara dengan ibu mu? Bilang kepada nya jika kau dan perempuan itu sudah selesai, kalau seperti ini terus perempuan itu akan terus meminta lebih dari mu Park Jihoon"
"kau tidak mengerti Miu, hubungan ini sulit, kadang aku menyesal pernah terlibat hubungan dengan nya kalau akhirnya seperti ini" dia menarik nafas panjang "aku sudah berkali-kali mencoba untuk melepas nya, tapi yang dia lakukan? Dia menangis didepan umum, apa aku tega meninggalkan dia yang menangis begitu saja? Aku tidak sejahat itu, kau tau itu" aku mengangguk, perempuan itu memang penuh drama, terlalu berharap pada Jihoon, Tetapi Jihoon terus-terusan meng-iyakan apa yang dia inginkan
Apalagi dengan adanya ikut campur dari orang tua Jihoon dan perempuan itu, semuanya jadi makin rumit, padahal kedua nya masih sekolah, tapi mereka diperlakukan seakan-akan seperti akan menikah dalam waktu dekat saja.
"bicara lah dengan ibu mu Jihoon, bilang kalau kau sudah selesai dengan nya dan sudah tidak ada perasaan apa-apa lagi, kasian juga perempuan itu seperti kau kasih harapan untuknya"
++++++
Halo chingus!!!
Ehai, jadi papih waiji mau debutin dua grup, gimana-gimana?
Tapi Gon sama Hun .......
Ah sudahlah, berharap yang terbaik untuk mereka ya chingus!! Siapapun yang bakal debut nanti jangan di hate tapi di dukung! Okay?
KAMU SEDANG MEMBACA
really • silver boys [✔️]
FanfictionHalu time with silver boys and another YG trainee (YG Treasure Box trainee) - semi baku