♥2♥

4.6K 431 18
                                    

Happy Reading

◆◆◆

Bel masuk berbunyi, sejenak para muridㅡterutama perempuan di hebohkan dengan kedatangan kakak kelas baru. Entah siapa. Jungkook tidak ingin memikirkannya. Ia lebih memilih berbalas pesan dengan sang adik. Jam pertama pembelajaran kosong, di karenakan sang guru yang berhalangan hadir. Bersyukurlah para murid, dengan heboh kembali membicarakan sang kakak kelas baru itu.

'Brak! '

"Hey Jung! " Jungkook mendongakkan kepala saat mejanya di gebrak kasar. Beberapa orang berdiri di depannya. Helaan napas ia keluarkan saat melihat Kim Jongin dan kawan-kawannya menatapnya remeh. Terlampau biasa.

Jungkook menatap datar mereka, ia malas berbicara. "Kami lapar. Berikan kami uang! " ujar Jongin seenaknya. Bibir Jungkook melengkung remeh.

"Ouh! Lihat dirinya bos. Dia meremehkanmu. " celetuk anak buahnya bernama Kim Jongdae itu. "Kau berani pada bos kita?! " tantangnya.

"Sudahlah. Cepat berikan saja uangmu! Dan aku akan mengampunimu. " ujar Jongin sembari tertawa puas akan perkataannya, diikuti tawaan kedua anak buahnya.

'Srek! '

Jungkook berdiri dengan kasar, membuat bangku miliknya jatuh kebelakang. Membuat para siswa dikelasnya terkejut.

"Ayo kita selesaikan. " ujar Jungkook seraya melangkah keluar.

"Cih mulai berani kau sekarang?! " teriak Jongin di lprong sekolah, membuat seluruh siswa berdatangan menghampiri.

"Sejak kapan aku tak berani padamu?! " tanya Jungkook santai.

"Kurang ajar! " umpat Jongin tak terima. Biasanya semua orang takut padanya. Tapi entah kenapa tidak berlaku pada Jeon Jungkook. "Tunggu apa lagi? Habisi dia!!! " perintahnya pada kedua anak buahnya itu.

Dengan sigap Jungkook menangkis setiap pukulan, terkadang mengeluarkan tonjokannya untuk melindungi. Bagaimanapun ia tidak boleh membuat masalah di sekolah. Bisa-bisa nanti beasiswa nya akan di cabut. Penghasilannya hanya cukup untuk membiayai sekolah Yeonjun dan kehidupan sehari-hari.

Terakhir Jungkook melayangkan tendangan pada Jondae. Membuat murid pria itu jatuh sembari terengah. Sedangkan Do Kyungsooㅡanak buah Jongin yang lain, sudah tumbang sejak awal. Dua orang begitu mudah bagi Jungkook.

Kali ini saatnya melawan Jongin, "Masih belum menyerah? " tanya Jungkook. Jungkook melangkah lebih dekat. "Kauㅡ"

"Akh! " Jungkook terkejut saat tiba-tiba Jongin terjatuh, meringis kesakitan dengan tangan di pipi seolah terkena pukulan. Jungkook merasa ada yang tidak beres.

"Jeon Jungkook! " nah kan. Teriakkan Park saemㅡsang guru olahraga terdengar mendekat. Hari yang sial. "Kau datang ke sekolah untuk menjadi preman?! Kenapa kau menjadi brandalan seperti ini?!!" teriaknya sembari meremas bahu Jungkook. Jungkook menatap Jongin benci. Sedangkan sang pelaku, samar-samar hanya menampilkan smirknya.

"Sekarang, ikut aku!! " perintah guru olahraga itu. Jungkook hanya pasrah mengikuti.

.

.

"Sejak kapan kau suka berkelahi Jeon? Kau tau kan, kau adalah murid beasiswa yang sangat bergantung pada prestasi dan sikapmu di sekolah. " jelas Park ssaem. Jungkook hanya menunduk. Memang sudah biasa seperti ini. Beasiswanya selalu dijadikan senjata.

"Maafkan saya, ssaem. " ucap Jungkook lirih. "Awas kau jika melakukan ini lagi. Beasiswa-mu akan di cabut. " Jungkook menghela napas dalam.

"Ba-"

"Ssaem? " suara lain memotong ucapan Jungkook dengan tidak tau dirinya.

"Oh kau Tae? " Jungkook menggeser badannya dan berbelik sekilas, melihat siapa orang itu. Matanya membulat kaget. Dia adalah pemuda dengan jaket denim.

"Ini formulir eskul basket saya ssaem. " ucap pemuda itu. "Syukurlah kau akhirnya ikut juga, Taehyung. Tim kita membutuhkanmu. " ujar Park saem, bernapas lega. Pemuda bernama Taehyung itu hanya mengangguk. Sesekali Taehyung melirik Jungkook penasaran. Sedangkan Jungkook sedang melamun dengan mulut yang sedikit terbuka, menampilkan gigi kelincinya.

"Saem? Bo-"

"Ya ya ya.. Pergilah Jeon! Ingat jangan berbuat ulah lagi! " potong guru olahraga itu. Jungkook hanya mengangguk pasrah sembari melangkah pergi dari sana. Sedangkan Taehyung memandang kepergian Jungkook dengan tatapan penuh arti.

"Saem, kalo gitu saya permisi. " ucap Taehyung pada akhirnya. Park saem hanya mengangguk ramah mempersilahkan.

.

.

Bel istirahat berbunyi nyaring, hampir seluruh siswa pergi menuju kantin untuk sarapan. Begitu pula dengan Jungkook. Ia mengambil beberapa lauk dalam nampan makannya dan berjalan ke salah satu meja kosong di sana. Kantin belum terlalu penuh saat ini.

Baru saja Jungkook satu suapan masuk ke mulutnya, "Lihatlah murid beasiswa itu. Menjijikan sekali. " ejek Jongin yang duduk bersama teman-temannya yang hanya berseling satu meja dengan meja Jungkook. Sial sekali. Jungkook mencoba mengabaikannya. Kembali memakan makanannya. Berusaha menikmati.

"Mana bisa murid beasiswa mencoba menguasai sekolah ini? Cih, sombong sekali dirinya." ejek Jongin yang tak ada hentinya. Jungkook sudah muak.

Akhirnya Jungkook berdiri dengan penuh emosi dan menghampiri sekelompok sampah itu. Sebenarnya ia sejak tadi sudah menahan emosi, sejak Jongin membuat Park saem memarahinya. Jelas saja, tadi Jongin hanya beracting.

'Brak! '

"Jangan jadi pengecut! Lawanlah aku kalau bisa. " ujar Jungkook mantap. Lalu, Jongin tertawa terbahak diikuti kedua anak buahnya.

Jongin berdiri dengan angkuhnya, "Kau yakin beasiswamu tidak akan aman? " ejeknya.

Tangan Jungkook mengepal tak terima. Ia sudah tak tahan. Dengan sigap, ia menarik kerah seragam Jongin dan melayangkan pukulan pada wajahnya.

Jongin meringis sakit, "Brengsek. "  umpatnya. ia mencoba bangun. Dan membalas pukulan Jungkook. Jungkook yang tak mau kalah ia terus melayangkan pukulannya. Sampai seseorang menghentikannya

"Hentikan! " Jungkook menatap pemuda yang mencengkram tangannya. Jungkook terkejut dalam hati. Dia tidak menyadari sedari tadi Jongin tidak hanya di temani dua dayangnya.

"Bukan urusanmu! " ucap Jungkook sembari melepaskan cengkraman Taehyung itu.

"Tentu saja ini urusanku! Kau memukuli teman-temanku! " teriak Taehyung dengan tatapan tajamnya. Jungkook tertawa remeh, "Ck.. Kau berteman dengan mereka? Memalukan sekali. " ujar Jungkook. Tangan Taehyung mengepal kuat.

"Berapa yang kau inginkan? " tanya Taehyung datar dengan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

Jungkook menahan emosi di ubun-ubun, "Apa maksudmu? "

"Berapa uang yang kau mau? " tanya Taehyung dengan santainya.

"Brengsek! " umpat Jungkook. Tangannya melayang bersiap memukul wajah Taehyung. Tiba-tiba terhenti. Rasanya sulit sekali ia memukul pemuda itu.

"Jaga ucapanmu. Tidak setiap orang sesuai berdasarkan pandanganmu. " pada akhirnya Jungkook hanya melangkah pergi meninggalkan gerombolan itu. Jongin terkejut, tidak biasanya Jungkook membiarkan musuhnya tanpa luka. Aneh sekali.

Sedangkan Taehyung? Ia masih memandang punggung Jungkook sampai menghilang di pandangannya. Hatinya berdenyut saat mendengar ucapan anak itu dengan mata jernihya yang basah. Apa ia keterlaluan?

Tidak. Bagaimanapun, Taehyung tidak pernah bersalah dan merasa bersalah.

Hatinya telah terlanjur mati.



-tbc-

Ditunggu di chap selanjutnya, ya?

BELOFT (약속) - taekook ★ vkook •Brothership• [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang