Mia menutup pintu mobilnya dengan kencang sesaat setelah dia tiba di depan sekolah Emily. Langkahnya terburu-buru karena dia sangat panik begitu menerima panggilan masuk dari pihak sekolah yang mengatakan bahwa Emily pingsan dan sampai sekarang tidak sadarkan diri. Wanita itu tiba di ruang unit kesehatan sekolah tempat di mana Emily berada. Pintu yang terbuka dari luar berhasil membuat Angela menoleh ke arah sumber suara. Selama 2 jam, Angela yang masih setia menunggu Emily di dalam ruangan tersebut, langsung berdiri begitu melihat ibu Emily berjalan mendekat.
"Angela," seru Mia.
"Nyonya Dawson," balas Angela.
"Terima kasih karena sudah menemani Emily," jawab wanita itu.
"Tidak perlu sungkan nyonya Dawson. Emily tidak sadarkan diri selama 2 jam. Aku takut ada sesuatu yang menimpa dirinya. Karena kau sudah tiba, aku akan kembali ke dalam kelas," ucap Angela.
"Baiklah. Tidak apa. Kau harus melanjutkan tugasmu," balas Mia tersenyum.
Setelah Angela keluar dari ruangan tersebut, Mia membuka isi tasnya dan mengeluarkan sebuah tempat besi berisi jarum suntik dan obat cair. Mia menyuntikan cairan tersebut ke lengan tangan kanan Emily secara berhati-hati. Setelah selesai Mia menaruh kembali alat suntiknya dan menyimpan ke dalam kotak besi tersebut. Wanita itu menarik salah satu kursi yang berada di ruang unit kesehatan sekolah agar dia bisa duduk di samping ranjang putrinya. Setelah 5 menit berlalu, Emily bisa tersadar dari pingsan yang cukup panjang. Kedua mata perempuan itu dia fokuskan kepada ibunya.
"Ma," seru Emily dengan nada lemah.
"Apa kau tidak membawa obatmu?" tanya Mia.
"Ada di dalam tasku," balas Emily.
Mia menghela napas, "Mama akan mengambil tas milikmu. Kau harus tetap berada di atas ranjang."
Emily mengangguk perlahan.
Mia berjalan keluar ruangan unit kesehatan sekolah untuk menghampiri kelas Emily. Tanpa obat itu, Mia takut halusinasi anaknya kembali datang dan membuat Emily jatuh pingsan seperti yang dialami anaknya saat ini. Setelah tiba di depan pintu kelas tersebut, Mia mengetuk pintu itu perlahan.
Dia melihat seorang guru wanita yang sedang mengajar di depan kelas, menoleh ke arahnya dan berjalan untuk membukakan pintu.
"Selamat sore, aku orang tua dari Emily," jawab Mia menyodorkan tangannya.
"Aku Irene, wali kelas Emily," balas wanita tersebut dengan menyambut tangan kanan Mia.
Mia pun menyampaikan maksud kedatangannya ke kelas tersebut untuk mengambil tas milik putrinya karena sepertinya Emily tidak bisa melanjutkan pelajaran berikutnya hari ini. Guru itu memaklumi salah satu muridnya dan pergi mengambilkan tas yang berada di atas meja tersebut.
Tidak lama setelah itu, Irene berjalan keluar untuk menghampiri salah satu orang tua murid di sekolahnya dan memberikan tas tersebut. Mereka saling menatap untuk sesaat. Mia melihat wanita muda di hadapannya sudah bisa menjadi seorang guru dan hal itu membuat Mia teringat akan masa mudanya.
"Aku ingin mengatakan kepadamu bahwa Emily mendapatkan posisi juara pertama karena memenangkan kontes pidato yang diadakan hari ini," ucap Irene.
"Benarkah?" Kedua bola mata Mia membulat.
Irene mengangguk, "Aku sebagai wali kelasnya sangat merasa takjub melihat Emily. Kau berhasil mendidik seorang anak perempuan yang cantik, pintar, dan juga berbakat."
"Terima kasih atas pujianmu," balas Mia.
Saat itu juga Mia tersenyum lega mendengar pujian yang dilontarkan oleh wali kelas Emily. Wanita itu memutuskan untuk pergi dengan menenteng tas anaknya sementara Irene kembali masuk ke dalam kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] TSS [3]: Emily Dawson and Her Secret Friends
HorrorHIGHEST RATING: #2 in MYSTERY out of 16.5k [02/12/22] #1 in HORROR-THRILLER [20/05/19] #3 in TEMANKHAYALAN [19/06/19] [TONTON TRAILERNYA!] The Secret Series [3]: Emily Dawson. "You can never run from us." ["Kau tidak akan pernah bisa lari dari ka...