XXIX

707 84 2
                                    

"Karena aku menguntitnya. Aku selalu melihat Emily termenung dan ketika ada seseorang yang sedang berbicara dengannya, pandangan Emily terlihat tidak fokus. Dia selalu menoleh ke belakang orang yang sedang mengajaknya berbicara. Menurutku, obat yang selalu diminumnya sama sekali tidak memberikan pengaruh baik untuk Emily. Dia semakin menjadi-jadi. Kemampuan berkomunikasi dengan makhluk tidak kasat mata semakin terlihat jelas dari penglihatanku. Saat dia masuk ke dalam kelas dan hanya aku yang berada di dalam, dia menatapku dengan penuh waspada seakan-akan aku ingin membunuhnya. Tidak lama kemudian, aku melihat dia berteriak tidak karuan dengan kedua telinga yang ditutup oleh tangannya. Selepas itu dia mengarahkan pandangannya ke ambang pintu kelas yang membuatku menoleh ke tempat yang sama. Namun aku tidak melihat siapapun di sana. Emily memutuskan untuk pergi keluar kelas tanpa meninggalkan sepatah kata sedikitpun untukku."

"Tidak mungkin," seru Mia.

"Mungkin. Kenapa kau tidak bisa percaya dengan anakmu sendiri?" Felix terlihat curiga.

Kini Mia hanya bisa terdiam mendengar semua ucapan dari lelaki tersebut. Dia kehabisan kata-kata untuk sesaat.

"Kau mengatakan padaku entitas jahat itu mengincarmu. Apa tujuan entitas itu?" tanya Luke.

"Entitas itu tidak akan melakukan apapun agar tidak ada satupun manusia yang bisa menghalangi jalannya untuk tetap kekal abadi di dunia. Aku berniat untuk menghentikan entitas tersebut sebelum korban kembali berjatuhan, niatku untuk menghentikan entitas itu sepertinya bisa dirasakan olehnya. Itu sebabnya aku bersembunyi di ruang rahasia perpustakaan dengan banyaknya salib serta ayat suci yang menempel pada tembok, agar entitas itu tidak mengambil nyawaku," jelas Felix untuk kesekian kalinya.

"Apa kau pernah melihat wujud entitas itu?" balas Owen.

"Dia tidak pernah memperlihatkan wajahnya padaku, yang kutau dia bertubuh tinggi dan besar. Memakai pakaian berwarna hitam."

Mia menarik napasnya. Dia bangkit dari kursi setelah meraih ponsel yang berada di atas meja. Wanita itu berjalan keluar tanpa berbicara apapun. Luke dan Owen saling bertukar pandang. Mereka pun memutuskan untuk berhenti merekam sampai Mia kembali masuk ke ruang kerjanya.

Wanita itu berjalan menjauhi ruang kerjanya sejenak. Dia menghubungi kembali nomor Emily sebanyak 3 kali namun dengan hasil yang sama. Emily tidak menjawab panggilan tersebut darinya. Dia pun berniat untuk menghubungi Daniel; mantan suaminya itu untuk menanyakan keberadaan Emily. 

Mia menatap kontak Daniel pada ponselnya.

Setelah menimbang-nimbang antara ingin menghubungi Daniel atau tidak, akhirnya dia membatalkan niatnya untuk menghubungi Daniel karena mantan suaminya itu pasti akan menyalahkan Mia mengenai Emily. Mia pun memutuskan untuk menghubungi adiknya agar bisa menghubungi Emily. Jika anak perempuannya itu tidak juga menjawab panggilan dari Olivia, wanita itu memerintahkan adiknya untuk mendatangi rumah mereka karena pikiran Mia saat ini benar-benar negatif mengenai Emily. Mia takut kalau Emily pergi dari rumah tanpa sepengetahuannya.

Setelah selesai berbincang dengan Olivia, wanita itu mengakhiri panggilannya dan melihat Rebecca berjalan mendekat.

"Jenazah Jennie akan segera dimakamkan, apa kau berniat untuk ikut melihat pemakamannya?" tanya Rebecca.

Mia menunduk sejenak. Melihat pakaiannya dari bawah hingga ke atas. Dia tidak memakai pakaian duka yang seharusnya dikenakan. Namun Rebecca mengatakan itu bukanlah suatu keharusan bagi mereka untuk mengenakan pakaian tersebut jika situasi sedang tidak memungkinkan.

"Aku akan menyusul ke pemakaman bersama dengan Luke, Owen, dan juga Felix," serunya.

"Felix?" Rebecca mengernyit.

[Completed] TSS [3]: Emily Dawson and Her Secret FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang