Mia sudah tiba di ruang kerjanya. Tidak lama dia duduk di sebuah kursi dan mengaktifkan komputernya, Mia melihat Rebecca datang mengetuk pintu dan berjalan masuk ke dalam ruang kerja tersebut. Dia pun memberikan sebuah berkas kepada temannya agar bisa menambah bukti penelitian bagi kasus yang sedang dijalani. Rebecca pun menjelaskan bahwa berkas itu berisi foto seorang mayat bernama Nelson yang merupakan murid di sekolah tempat Emily berada. Dengan cepat, Mia pun membuka berkas itu dan melihat beberapa bekas luka di tubuh Nelson.
Wanita itu menatap jeli tulisan yang berada di punggung Nelson. Dia mengalihkan pandangannya ke arah Rebecca dengan pikiran yang menerawang jauh. Kata yang sama dengan akhiran huruf yang berbeda membuat Mia membulatkan kedua bola matanya.
"Apa kau menyimpulkan sesuatu?" tanya Rebecca penasaran.
Mia mengangguk, "Di mana Theodore?"
"Kemarin dia pulang lebih awal setelah memeriksa salah satu pasiennya dan mengatakan bahwa dia tidak masuk selama 2 hari ke depan," jawab Rebecca.
"Alasannya?" tanya Mia.
Rebecca menggerakkan kedua bahunya, "Dia tidak memberikan alasan apapun."
"Sepertinya tulisan yang terdapat pada mayat ini dan mayat-mayat sebelumnya memiliki hubungan sesuatu. Aku masih belum bisa menyimpulkan apa maksud dari tulisan ini namun,--" Mia menjeda ucapannya dan mengambil ponsel yang berada di dalam tas. "Aku harus menghubungi temanku Jennie."
"Jennie?" Rebecca mengernyit.
"Iya. Dia sedang meneliti kasus di sekolah tersebut untuk mengungkap siapa dalang dari kematian teman-teman Emily," jawab Mia.
Berbicara mengenai Emily, Rebecca teringat saat di mana teman anaknya itu mendatangi dirinya beberapa pekan lalu untuk berbicara mengenai sebotol obat. Dia menatap Mia yang sedang menghubungi Jennie namun tidak kunjung ada jawaban. Raut wajah Mia terlihat cemas. Dan sepertinya wanita itu sedang beralih untuk menghubungi Owen.
"Hi Mia, aku sedang dalam perjalanan untuk menghampiri detektif Jennie. Ada apa?"
"Aku menghubungi Jennie namun wanita itu tidak menjawab panggilanku. Kalau kau sudah tiba di sana, katakan pada Jennie untuk segera mengirim semua bukti yang sudah ada pada surat elektronikku."
"Baik Mia."
Mia mengakhiri panggilan dan menatap Rebecca yang masih berada di ruang kerjanya. Tidak lama setelah itu, seorang perawat mendatangi ruang kerja Mia karena mencari dokter tersebut. Sebenarnya, Rebecca ingin menceritakan mengenai Emily kepada temannya itu. Namun sepertinya dia harus tetap merahasiakan percakapan mereka karena Rebecca tidak tahu apa yang akan terjadi jika wanita itu memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada Mia.
Owen sudah tiba di sekolah dengan suasana yang amat sangat hening. Bahkan penjaga sekolah pun tidak terlihat berjaga di posnya. Suasana sekolah yang lebih terasa seperti suasana di kuburan, tidak membuat Owen berhenti melangkah masuk ke salah satu koridor sekolah tersebut. Owen berjalan perlahan dengan tatapan yang waspada. Dia mencoba untuk menghubungi Jennie berkali-kali namun wanita itu tidak menjawab panggilan masuk darinya. Dia sendiri tidak tahu di mana Jennie berada saat ini.
Satu buah ide muncul di benaknya. Dia berjongkok di tepi koridor dan membuka ransel untuk mengeluarkan alat pelacak kamera yang dia miliki. Alat pelacak tersebut telah diaktifkan oleh Owen hingga menimbulkan suara berdecit pertanda kamera yang ada bersama Jennie masih aktif. Pria itu melangkahkan kakinya mengikuti arah peta yang berada di layar alat pelacak miliknya hingga benda itu menuntun Owen berhenti di sebuah ruang guru.
Owen melihat dari kaca jendela, ruangan tersebut tampak sepi. Dia hanya melihat sebuah laptop, tas jinjing, serta ponsel milik Jennie namun tidak dengan wanita itu. Gagang pintu ruangan tersebut diputarnya oleh Owen. Dia kembali melihat ke arah layar alat pelacak kamera untuk mengetahui di mana Jennie menyembunyikan kamera miliknya. Setelah berhasil ditemukan tersembunyi pada atap lemari yang cukup tinggi, Owen pun mengambil kamera tersebut dan berjalan memutar untuk menghampiri laptop milik Jennie. Setelah layar laptop itu dinyalakan, terdapat satu buah pesan yang membuat kedua bola mata Owen membulat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Completed] TSS [3]: Emily Dawson and Her Secret Friends
HorrorHIGHEST RATING: #2 in MYSTERY out of 16.5k [02/12/22] #1 in HORROR-THRILLER [20/05/19] #3 in TEMANKHAYALAN [19/06/19] [TONTON TRAILERNYA!] The Secret Series [3]: Emily Dawson. "You can never run from us." ["Kau tidak akan pernah bisa lari dari ka...