XV

784 80 2
                                    

Mia sudah menghubungi temannya yang bernama Jennie dan juga sudah membuat janji temu untuk esok hari. Wanita itu mengakhiri panggilannya dengan tatapan mengarah kepada Theodore.

"Kau tidak perlu khawatir Theo, dia akan membantumu dalam menangani kasus itu," ucap Mia.

"Baiklah," balasnya dengan sedikit acuh.

Pintu ruang kerja Mia diketuk dari luar yang membuat keduanya menoleh ke arah sumber suara. Rebecca berjalan masuk dengan seragam dokter yang masih melekat di tubuh. Dia menatap keduanya secara bergiliran. Raut wajah Theodore berbeda saat ditatap olehnya. Rebecca merasa bahwa kedua temannya itu baru saja selesai berdebat.

"Apa aku mengganggu kalian?" tanya Rebecca penasaran.

"Apa?" Mia menatap Rebecca. "Oh tentu tidak."

"Theodore, ada apa denganmu?" tanya wanita tersebut mengalihkan wajahnya.

Theodore bangkit dari kursinya dan menghela napas perlahan, "Aku harus kembali ke ruang kerjaku sekarang."

Pria itu segera keluar dari ruang kerja Mia yang membuat Rebecca hanya bisa mengernyit heran. Rebecca merasa tidak biasanya Theodore bersikap seperti itu selama bekerja di rumah sakit Saint Joseph. Dia kembali bertanya apa yang sebenarnya terjadi kepada kedua temannya itu.

"Aku tidak tau pasti. Tapi sepertinya dia marah kepadaku karena aku tidak bisa membantunya dalam sebuah kasus," balas Mia ragu.

"Kasus? Bukankah kau sedang meneliti kasus tuan Ascott, pasien milik Theodore itu," serunya.

"Benar. Tapi dia mendapatkan kasus baru lagi," jawab Mia.

"Kalau kau membantunya dalam menyelesaikan kasus baru, kau tidak akan bisa memiliki waktu bersama anakmu karena kau sangat disibukkan dengan semua kasus yang dilimpahkan kepadamu."

"Aku sudah menjelaskannya pada Theodore, tapi sepertinya lelaki itu tidak mengerti jika dia berada diposisiku," balasnya dengan helaan napas perlahan.

"Dasar lelaki egois," grutu Rebecca.

"Sudahlah, biarkan saja." Mia duduk di kursi ruang kerjanya dan menatap Rebecca yang ikut duduk di hadapan wanita tersebut. "Jadi, apa tujuanmu mendatangi ruanganku?"

"Ah ya. Mengenai tuan Anthony. Aku baru ingat sewaktu pihak keluarganya menjemput pria tua itu, salah seorang perempuan membawa dirinya keluar dari rumah sakit. Dia mengaku sebagai anak dari tuan Anthony dengan menyerahkan bukti bahwa dia memang benar anggota keluarganya," jelas Rebecca.

"Seorang perempuan?" Mia memastikan kembali ucapan temannya.

"Iya benar," balasnya dengan yakin.

"Apa kau masih memiliki data tuan Anthony saat dirinya akan keluar dari rumah sakit?" tanya Mia.

Rebecca menggeleng, "Sayangnya, data itu masih dicari oleh asistenku. Aku heran, dari sekian banyak data pasien yang kupunya, bagaimana hanya data tuan Anthony yang bisa menghilang."

Mia tertegun sejenak. Pikiran negatifnya muncul seketika saat dia berpikir siapa yang berhasil mencuri data pasien tersebut dan motif apa yang diinginkan oleh orang itu.

"Apa kau sudah memeriksa di ruang kamera pengawas? Siapa tau orang itu sempat terekam pada kamera pengawas."

Rebecca mengangguk, "Sudah. Namun di kamera pengawas tidak terekam siapapun. Aku rasa, ada orang dalam yang sengaja melakukannya."

Kalimat terakhir yang diucapkan Rebecca membuat Mia menatap temannya tersebut dengan dahi mengernyit.

🔱🔱🔱

[Completed] TSS [3]: Emily Dawson and Her Secret FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang